Jan,26th. Tata's apartment.
Dentingan bel menggema di dalam apartmen Tata, tapi gadis itu tak menyadarinya karena ia masih berkutat dengan tugas yang ia sama sekali tak bisa.
Ia sangat geram pada dirinya sendiri, karena tak bisa menggambar anatomi pembuluh darah manusia yang ia lihat dari google.
Setelah dentingan ke tiga Tata baru menyadari jika ada seseorang di depan pintu apartemennya.
Gadis itu bangkit dan berjalan menuju pintu, terlihat lah seorang lelaki yang Tata sangat kenal.
“Kun? Ayo masuk.”
Setelah dipersilahkan masuk oleh tuan rumah, Kun pergi mengekori Tata yang membawanya menuju ruang televisi, ia melihat beberapa benda seperti kertas, cat air, dan beberapa pensil serta debu-debu penghapus berserakan disana.
Tata menyuruh Kun untuk duduk, sementara dirinya pergi kedapur untuk membawa minuman dan beberapa makanan ringan.
“Ta, sebenernya kamu lagi ngapain? Ini berantakan banget.” Kun berujar, yang tentu saja masih bisa didengar oleh Tata karena memang dapur dan ruang televisi tidak berjauhan.
“Aku lagi selesain tugas anfis, disuruh gambar anatomi pembuluh darah, kamu tau kan aku paling payah kalau soal ngegambar.” Tata lalu meletakkan beberapa makanan ringan dan minuman di atas meja. Lalu mengambil pensil untuk melanjutkan gambar anatominya.
"Bentar ya, aku coba beresin tugas dulu, kamu baca apa kek gitu, atau ngapain."
Kun sangat tahu bahwa Tata sama sekali tak memiliki bakat dalam menggambar, tapi Kun tidak mengerti juga mengapa dosen Tata menyuruh gadis itu untuk menggambar anatomi selagi mereka bisa saja mengeprint gambar untuk mempelajarinya.
“Aku tadi berkali-kali telfon kamu, tapi nggak diangkat.” Tata baru menyadari jika ia meninggalkan handphonenya di kamar dalam keadaan sedang di charge.
“Oh iya handphonenya aku tinggal dikamar, maaf ya.”
"Pantesan." Kun mengangguk paham dengan penjelasan Tata. Ia lalu mengambil sekaleng soda yang Tata sajikan.
Melihat Tata masih sibuk dengan tugasnya, Kun memilih memainkan handphone, mengecek beberapa notifikasi dan pesan yang masuk.
“Tau gak? Kayanya aku kangen kamu.” Ujar lelaki itu tiba-tiba.
Tata tersenyum geli pada Kun dan memperhatikan lelaki itu yang masih sibuk dengan handphonenya. "Dih, kangen kok pake kayanya, gengsian banget."
"Sini sini mau aku peluk ga kalau kangen?"
Tata merentangkan tangannya mengisyaratkan Kun untuk mendekat dan memeluknya.
Lelaki itu sekilas memandang kekasihnya lalu terkekeh singkat. Ia mendekati Tata, namun bukan untuk memeluknya, melainkan hanya duduk disampinya.
"Kerjain dulu gih tugasnya, nanti baru I'll give u a warm hug."
Tata mengerucutkan bibirnya, mencibir lelaki itu, tapi ia menuruti saja perkataannya untuk menyelesaikan tugas.
Dilihatnya Kun sedang membaca komik yang ia beli beberapa hari lalu bersama Kanya ketika ia menemani gadis itu untuk mencari buku filosofi.
Jika dipikir-pikir memang belakangan ini ia jarang bertemu dengan Kun, kekasihnya selama satu tahun terakhir. Setelah Kun disibukkan dengan kegiatan magangnya di salah satu perusahaan, dan Tata juga sibuk kuliah serta organisasi, kebersamaan mereka kian menipis. Hal itu membuat Tata maupun Kun seperti susah sekali untuk bertemu di kampus maupun diluar kampus.
"Susah banget sih gambar ginian doang, mana kecil-kecil lagi nih pembuluh darah."
Kun mengusap pelan pucuk kepala Tata. "Ya kalau gede bukan pembuluh darah dong? Selang air kali."
"Mau aku kasih solusi gak? Tapi agak gak bener juga sih." Kun berujar sambil mempertimbangkan perkataannya.
"Apa tuh?"
"Kamu print aja tuh satu satu, vena-nya satu arteri-nya satu, terus kamu coba tebelin aja di kertas gambarnya, nanti tinggal diikutin."
Tata mencerna apa yang Kun katakan, dan bodohnya ia baru menyadari kenapa sedari tadi ia tidak memkirkan ide seperti itu.
Tata tersenyum memandang Kun, gadis itu mendekat dan memberikan sebuah kecupan singkat di pipi lelaki itu. "Pinter banget, pacar siapa nih?"
"Lah kemana aja baru tau?" Kun tertawa. "Tapi aku gak tanggung jawab ya kalau nanti kamu dimarahin dosen." Lanjutnya.
"Ah Pak Ari mah gapapa, yang penting ngumpulin, lagian juga kita bukan anak seni yang gambarannya harus bagus."
"Bentar aku tinggal ke kamar dulu mau print."
Sepeninggal Tata, Kun kembali membaca komik yang tadi sempat dibacanya sembari memakan snack.
Setelah beberapa menit berlalu, Tata kembali menuju ruang tengah apartmennya, tempat ia tadi mengerjakan tugas, sambil membawa kertas hasil printan anatominya tadi.
"Ini aku tinggal coba tebelin aja kan? Nanti dia ngejiplak gitu?" Tanya Tata.
"Iya, nanti kamu langsung tebelinnya pake spidol aja biar gak kerja dua kali."
Tanpa banyak bicara lagi, Tata dengan segera mengerjakan tugasnya, mengabaikan Kun yang terlihat tengah asyik dengan komik itu.
Hampir sekitar dua jam yang dibutuhkan Tata untuk menyelesaikan tugasnya. Gadis itu menghela napas lega. "Hhhhh, akhirnya beres juga, seneng banget."
"Liat deh Kun, mendingan banget ini sumpah gambarnya, malahan mirip." Tata tertawa singkat.
"Bagus banget ini Ta." Kun bertepuk tangan kecil lalu mengusap pelan pucuk kepala Tata.
"Hehehe Makasih. Btw, abis aku beresin ini mau nonton film ga? Tapi disini aja, lagi males keluar." Ajak Tata.
"Film apa?"
"Apa ya? Be with you, mau ga? Aku di rekomendasiin Yeri sih kemaren. Katanya sedih."
"Boleh, sini aku bantu beresin juga."
Kun membantu Tata merapihkan barang-barang yang ia gunakan untuk tugasnya tadi. Kemudian Tata menyimpan semua itu dalam kamarnya, dan kembali menuju ruang TV sambil membawa sebuah flashdisk.
"Perlu nyiapin tisu banyak gak nih?" Tanya Kun sambil tertawa.
"Ngapain? Kan masih ada baju kamu."
Kun hanya bisa tertawa mendengar ucapan Tata, tapi laki-laki itu tetap saja membawa tisu ke dekat kursi, jaga jaga, walaupun tentu saja Tata bisa dengan bebas menjadikan bahu dan bajunya untuk menangis.
Setelah Tata selesai memutarkan filmya, ia segera sajanduduk di samping Kun yang sudah memegang camilan untuk mereka berdua.
Mereka berdua cukup fokus menonton film walau sesekali Tata menjahili Kun, yang sangat fokus.
Setelah adegan yang cukup sedih sehingga membuat Tata sesenggukan, gadis itu terlelap, mungkin karena capek setelah mengerjakan tugas dan menangis cukup lama.
Tata tertidur di bahu Kun, lelaki itu membiarkan saja gadisnya itu memakai bahunya. Walaupun film belum sepenuhnya selesai.
"I Love you Ta."
.
.
End.
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us
Fanfic[Ini cuma kumpulan cerita pendek. Setiap partnya menceritakan sesuatu yang berbeda. Jadi tiap part tidak saling berhubungan. Dan juga ini hanya bacaan ringan, tidak ada masalah yang serius dalam setiap partnya.] "The meeting of two personalities is...