"Para peserta! Ambil posisi kalian!"
Aurum dan ayahnya menempati posisi paling kanan, tempat mereka setiap tahun. Aurum pun langsung mengambil panah yang telah disiapkan.
"Yang mulia Raja Fangard dan para ayah sekalian, sulut apinya!"
Mereka menyulut api di mata anak panah yang anaknya pegang.
"Kau bisa Aurum"
"Seperti setiap tahun" seringai gadis itu.
"Kuharap ini bukan terakhir kalinya aku yang menyulut apinya.."
"Ya.. Karena kalau Arman yang melakukannya, mungkin bukan anak panah ini yang disulut api!" mereka tertawa hambar.
Ditariknya tali busurnya. Mata merahnya yang disipitkan menatap targetnya, menunggu aba-aba.
"Tembak!" ratusan anak panah menyala pun meluncur ke atas, tapi tak ada satu pun yang mengenai lingkaran itu, sampai Aurum melepaskan anak panahnya.
Semua orang menatapnya dengan hati yang berdegup kencang.
"Tepat sasaran..." sebuah tepukan dari tangan hangat yang familiar terasa di pundak kanan Aurum. Ia pun menaruh tangannya diatas tangan ayahnya itu.
"Aku tahu..."
"TEPAT SASARAN!!" Ujar seseorang memecah keheningan malam, dan semua orang pun langsung bersorai gembira.
"Aku tak pernah meleset..." senyumnya.
Memang dari kecil tangannya sudah terlatih memegang busur panah. Dan tak satupun dikerajaannya, hingga saat ini, yang dapat mengalahkan ketajaman mata sang putri mahkota.
Perayaan itupun berlangsung sepanjang malam hingga lonceng tengah malam berbunyi jauh diatas menara.
"sudah tengah malam?"
"aku tahu? terasa sebentar saat menghabiskan malam bersamamu tuan putri"
"Sungguh rasanya ingin setiap saat bersamamu cintaku..."
"begitu pula diriku.." Lando mencium lembut punggung tangan Aurum. "Aku berjanji, akan kembali esok hari.. Menunggumu keluar dari jendela itu dan melukiskan dirimu dengan sajak-sajak-ku"
"Aku menantikan hal itu pula" senyum manis dibibir pink pucat putri itu dibalas dengan senyum hangat sang pujaan hatinya. Lando pun pergi meninggalkannya sembari melepas topinya lalu membungkuk.
Aurum tertawa renyah melihatnya, ia terlalu dramatis, pikirnya. Ia pun kembali dalam kesendiriannya, menatap semua orang yang sedang bersuka ria, sementara dirinya? Ia lebih memilih pergi dan menuju istana, lebih tepatnya taman belakang. Tapi, mengapa?
"Mengapa kau harus melakukan itu? Kau tak tanya padaku-kan.. Jujur saja, aku lebih memilih opsi kedua"
***
"Ayolah.. Ini baru tengah malam! Kau sudah mengantuk" Eolynda yang memang sedari tadi melihat Fangard mulai menutup matanya itu pun menyenggolnya.
"Aku tak mengantuk, kata siapa aku...hhmm.. tertidur..." ia pun kembali menutup matanya. Eolynda tersenyum melihat tingkah anak-anak penguasa itu.
"Baiklah... Ayo kita tidur" ia memegang tangan Fangard dan menuntunnya masuk kedalam istana.
"Memang jika kita masih disana, apa yang mau kau lakukan?" ujar Fangard menatap Eolynda di kaca saat ia sedang merapikan rambutnya.
"Hhmm..... Entahlah. Menurutmu?" sekilas ia menatap rajanya itu lewat cermin yang sama.
"Menurutku kau akan pergi menuju kios kain, dan memilih sutra hijau atau biru terbaik. Oh.. dan juga kau akan pergi ke kios dimana kau akan mendapatkan helm viking antik!" ia menyentuh lembut pundak Eolynda yang tertawa kecil dengan bibir kecil tebalnya.
"Kau tahu favorit-ku sejak kecil Fangard. Kau sahabat-ku, dan Varda, dia favorit-ku. Kau tahu itu!" ia menyentuh tangan yang menempel dipundaknya.
"Ya... Tapi yang aku bingung, kalian seperti bulan dan matahari"
"Maksudmu?"
"Lynda, kau seperti Matahari bagiku, kau cerah, dan ceria, juga terbuka. Sedangkan Varda, dia segelap Malam, dia tersembunyi dan misterius, juga sedingin danau Faterna saat malam"
"Uh! Itu dingin sekali kau tahu.. Bahkan kau bisa membeku hanya dengan berdiri di tepinya"
"Aku tahu, tapi itulah yang aku suka darinya. Dia menyimpan semuanya, dan membiarkan orang lain tahu semuanya dengan sendirinya, dan ia tak menyangkalnya.."
"Ya, tentu. Dan kau ingat senyumannya!
Ah ya.. Itu bagian terbaik""Di bibir tipisnya, terukir sebuah senyuman terhangat dari wanita terdingin yang pernah kutemui"
"Ya, itulah alasan-ku mengizinkan kalian bersama..."
"Apa maksudmu Lynda?"
"Saat kau akan menikahinya, aku sempat tak setuju. Maksudku, dia seorang pejuang hebat, bertempur dengan gagah berani dengan tak mengenal yang namanya rasa sakit itu sendiri, sementara kau...
"Kau dulu Pangeran manja yang selalu dikawal kemana-mana. Ya... Aku tak setuju saja" Fangard mengerutkan keningnya, ia sedikit jengkel dengan hal itu. Eolynda justru tersenyum melihatnya.
"Tapi... Setelah ku mengenalmu lebih jauh, aku tahu satu hal yang membuatku yakin padamu!""Apa itu?"
"Kau sudah pernah melihat senyumnya"
"Hanya itu?"
"Ya! Hanya itu.. Karena sebelumnya, hanya aku yang dapat membuatnya tersenyum bahkan tertawa"
"Aku senang kau setuju"
"Kau tahu, Fangard. Aku ingin menanyakan hal ini padamu sudah lama. Bolehkah?" Eolynda memutar badannya, dan kini ia menghadap Fangard yang bersimpuh didepannya.
"Apa itu Ratuku, katakan saja!" ia memegang lembut tangan Lynda.
"Mengapa kau menikahiku, dan pada kenyataannya kau masih mencintai Varda?"
"Aku hanya tak ingin sendiri, Lynda. Aku butuh teman yang bisa disampingku.. Maaf aku belum bisa menjadi milikmu seutuhnya"
"Sshh... Jangan begitu. Aku juga belum mencintaimu seutuhnya. Jiwaku masih jiwa petualang. Jadi, jangan salahkan semuanya pada dirimu sendiri"
Mereka beranjak dari duduknya, dan tanpa aba-aba, Fangard memeluk erat Lynda. Sesaat matanya mengerjap tak percaya, jarang sekali Fangard memeluknya, dan bahkan sekarang ia bahkan bisa merasakan pelukannya itu setulus cinta romeo dan juliet. Ia pun membalas pelukan Fangard dengan penuh kehangatan.
Sungguh malam yang indah.... Bagi mereka yang merasakannya...
.
.
.
.TBC
Uuuhhh... Lama banget baru update lagi... Sedikit lagi
Ini di part ini bingung mau bgimana lagi. Yah! Yg setia, dan mendukung nih cerita keep vote ya.. Terima kasih 😊Kotak kritik dan saran masih dibuka untuk kalian semua....
Flo
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword Of The Archer
FantasyDitempa dari api gunung berapi terpanas di dunia utara. Berbahan baja hitam terkuat bahkan mampu menebas batu sekalipun. Seringan bulu yang diterpa angin musim gugur dari selatan. Pedang tersempurna yang pernah dibuat, AXCELLO Tersimpan aman dan nya...