Your Last (Kim Sunghyun)

77 2 4
                                    


[Smut alert]

"Ahjumma, tolong sojunya satu botol lagi~" Aku mengguncangkan botol soju kosong diatas kepalaku.

"Aigoo Ahgassi~ kau sudah menghabiskan 5 botol soju sendirian, apa kau begitu frustasi?" Ahjumma pemilik kedai itu datang membawakan satu botol soju lagi padaku dan aku merasakan tepukan-tepukan ringan di tanganku yang terjatuh diatas kepalaku yang terpaku di meja.

"Ini yang terakhir, aku janji.." Aku mengambil botol soju itu dan menuangkan isinya pada gelas kecil di hadapanku.

Ahjumma itu pergi sambil menatap kasihan padaku.

Aku tidak tahu apa yang membawaku kesini, tapi kepalaku seperti ingin meledak sewaktu waktu jika aku tidak melampiaskannya. Terlalu banyak pikiran di kepalaku, aku ingin melupakannya walau aku tahu ini hanya sementara.

Aku menaiki tangga sebelum pintu masuk apartemen. Membuka pintunya dengan susah payah dan menaiki lift dengan sisa-sisa kesadaranku. Beberapa kali aku terjatuh di lorong sebelum sampai didepan pintu apartemen seperti orang lumpuh.

Ah, berapa pin-ku? 1400? Ah, bukan. 0401? Bukan.. Ah berapa pin-ku?! Tubuhku terlalu lelah untuk sekedar berfikir. Aku akan beristirahat sebentar disini.

"Na..! Noona..!" Sayup-sayup aku mendengar suara familiar itu. Refleks dahiku mengernyit mendengarnya, seperti suara yang tak ingin ku dengar. "Noona!" Kali ini suara itu jelas didepan wajahku. Jelas pula siapa pemilik suara itu. Benar saja, pemilik suara itu adalah seseorang yang menyebabkan aku seperti ini. Bukan, bukan. Ia bukan Ahjumma pemilik kedai itu. Dia.. ah aku bahkan tak mau menyebutkan namanya.

"Noona! Ah, cham!" Ia mengangkatku berdiri, meletakkan tanganku di bahunya yang tinggi. Aku melihatnya menekan pin di pintu flatku. 1004. Ah ya, kenapa aku bisa lupa? Oh mungkin ini adalah salah satu hal yang ingin ku lupakan, karena ini salah satu hal darinya.

Ia meletakkanku di sofa di depan tv. "Noona, kau mau minum?" Aku menggeleng dan menunjuk sepatuku. Ia reflek menunduk membukakan sepatuku. Saat ia menunduk, aku merebahkan badanku di sofa. "Apa kau mau kekamar?" Ia meletakkan sepatuku di samping sofa. Aku mengangguk dan ia mengangkatku seperti tadi.

Aku mengerang dan menepuk dadanya. "Gendong aku~" aku merasa lemas sekali bahkan aku tak sadar apa yang aku katakan dan lakukan barusan.

Ia terlihat kaget. Namun tetap menggendong ku didepan ala bridal style. Aku menyandarkan kepalaku di dada bidangnya. Nyaman, hihi.

Ia meletakkanku di atas kasur, namun sebelum ia menjauh, aku menarik kerah bajunya sampai ia harus menahan badannya dengan tangannya di sisi kepalaku.

"Sunghyun-ah.. aku sangat lemas, hihihi, bisa kau membukakan coat ku?" Aku mengusap pipinya yang bisa kulihat perlahan memerah, hihihi ia sangat lucu!

Adam's apple-nya yang naik-turun menggodaku untuk mengecupnya. Aku menarik lehernya dan kuciumi lehernya, meninggalkan bekas-bekas kemerahan disana.

Sunghyun melepaskan tanganku pada lehernya, "n..Noona!"

Aku berhenti dan memperhatikannya. Merah di wajahnya kini sampai ke telinganya. Ah, ia sangat lucu.

"A..aku menginginkannya juga, tapi.. tapi.." Sunghyun tergagap sambil mengusap tengkuknya. Kemudian ia berdiri, merapihkan dirinya, bersiap untuk pergi.

Aku meraih tangannya. "Kau mau pergi?"

Sunghyun tak menjawab. Hanya menatap tanganku pada tangannya.

Melihatnya seperti itu, rasanya ia tak nyaman, aku menepis tangannya, "Pergilah." Aku memutar badan membelakangi Sunghyun.

Aku bisa menengar suara helaan nafasnya. Tak berapa lama aku mendengar suara pintu tertutup. Ia benar-benar pergi.

Aku tak ingat apa aku sudah lama tertidur atau belum, saat aku terbangun karena aku merasa ada sesuatu di atas pinggangku.

Eh? Tangan? EH?! AKU TAK MEMAKAI BAJU?!

"Ah, kau terbangun Noona?" Sunghyun berkata dari belakang telingaku.

Aku membalikan badan, dan melihat ceruk leher Sunghyun tepat didepan mataku. Aku menyentuhnya dan memainkan jariku disana sebelum turun pada dadanya yang bidang.

Sunghyun bergerak memutus jarak di antara kami. Badannya hangat, aku bisa merasakan detakan jantungnya yang cepat, dan,.. Oh! Aku merasakan ada sesuatu yang keras dan licin dibawah sana mengenai pahaku.

Daguku terangkat dan tanpa jeda, bibirku dilumat dan Sunghyun mengabsen deretan gigiku berulang kali. Satu tangannya menekan leherku, sedangkan tangannya yang lain mengusap punggungku hingga perutku.

Aku merasa ada sejuta kupu-kupu didalam perutku dan tangan Sunghyun sedang bermain dengan kupu-kupu tersebut.

Sunghyun mengubah posisinya menjadi diatas. Ia memposisikan kakiku pada pinggangnya. Sunghyun menciumi leherku dengan cepat dan kemudian turun perlahan sampai perutku. Tangan besarnya tak berhenti bergerak di atas kulit tubuhku. Menghantarkan hangat dan sensasi menggelitik pada tubuh dan otakku.

Tanganku yang bebas meremas rambutnya sebagai balasan dari apa yang ia lakukan padaku. Saat ia menyatukan dirinya denganku, aku sedikit terkejut dan meremas rambutnya lebih dari sebelumnya.

Sunghyun menatapku, "sepertinya aku terlambat, ya, Noona? Aku bukan yang pertama untukmu."

Aku terlalu lelah untuk mendengar dan berfikir, aku hanya bisa merasakan Sunghyun bergerak dibawah sana dan membuatku menyebutkan namanya sampai matahari menunjukkan wujudnya.

Aku terbangun dengan sakit kepala akibat soju yang ku minum semalam dan menghadap dada bidang Sunghyun. Aku segera menjauh namun selimut yang tertarik oleh tubuhku hanya semakin menampakkan bagian tubuh Sunghyun yang lain. Aku menutup mata dan mencoba mengingat potongan-potongan kejadian tadi malam yang kukira hanya mimpi.

Itu bukan mimpi. Aku tersadar saat merasakan sakit pada pangkal paha ku. Sunghyun bergerak dan terbangun. "Kau sudah bangun? Kepalamu sakit?" Sunghyun mendekatiku yang sedang memegang kepalaku.

"Ya." Jawabku singkat. Sunghyun membalasnya dengan tersenyum. "Apa masih terasa sakit dibawah sana? Maaf aku terlalu bersemangat semalam."

Aku mengalihkan pandanganku pada jam diatas nakas yang menunjukkan pukul 7 pagi lebih beberapa puluh menit. Kemudian aku teringat sesuatu. "Semalam kau bilang kau terlambat, kau bukan yang pertama untukku? Apa maksudnya?"

Sunghyun menggaruk kepalanya, "yah, melihat bagaimana kau bereaksi dan aku tak melihat adanya darah disana..."

Ucapannya menggantung namun aku tahu maksudnya. "Yah.." belum selesai aku menjawab perkataannya, Sunghyun menutup mulutku dengan mulutnya. Hanya sekilas, namun ia berhasil membuatku diam.

Sunghyun tersenyum tepat didepan wajahku, "Tidak apa-apa, karena aku akan menjadi yang terakhir untukmu."

Listen to The NightWhere stories live. Discover now