Cheesy Madeleine (Lee Haejun)

77 4 0
                                    

A/N : Cerita ini terinspirasi dari Manga berjudul 'The Trapped Princess' yang berada di kumpulan cerita 'Gunjou Gakusha'  karya Irie Aki.


Kling.

"Hahaha..."

Denting lonceng yang digantung di atas pintu dilanjutkan dengan suara tawa sekelompok anak lelaki mengalihkan perhatianku dari buku yang terbuka di tangan. Pria itu, dia datang lagi.

Aku mengenali salah satu dari mereka – yang senyumnya paling manis dengan tato besar di tangan kirinya. Apakah itu tatonya yang baru? Aku seperti tak melihatnya beberapa hari yang lalu? Tapi, entahlah apakah itu tato baru atau lama aku tak terlalu peduli. Lelaki itu sering datang kemari, setidaknya aku bertemu dengannya sekitar dua atau tiga kali dalam satu minggu di sini, dan poin utamanya adalah dia tak pernah datang kemari sendiri. Dia selalu bersama gadis yang berbeda setiap kali aku melihatnya. Dengan tangannya di pinggang mereka atau tangan mereka di lengannya.

Kurasa tingkahnya tak semanis senyumnya, benar?

"Agassi,"

Kini giliran suara seorang pelayan yang mengalihkan perhatianku dari gerombolan anak lelaki itu. Seorang lelaki lain mengenakan apron melilit pinggangnya berdiri di samping mejaku, dengan secangkir teh, teko, dan beberapa potong madeleine keju di atas baki. Kuanggukkan kepalaku ke arahnya sebelum dia menyajikan pesananku di meja dengan senyum hangat yang mengembang.

Tak lupa kuucapkan sebuah terimakasih singkat kepadanya sebelum lelaki berapron itu beringsut menjauh – masih dengan senyumnya. Asap teh masih mengepul dari cangkirnya, aku akan membaca beberapa halaman dulu sembari menunggunya agak dingin.

"Gadis itu ada di sana lagi."

Aku tak yakin apakah ini karena angin yang bertiup cukup kencang malam ini, ataukah karena keadaan cafe yang cukup sepi, atau keduanya yang membuat percakapan mereka melewati tiga meja di antara kami – sampai ke telingaku.

"Bukankah dia anak pemilik cafe ini?" suara yang lain terdengar menyahut, dan benar saja. Empat orang lelaki di sebelah sana tengah berbicara seraya diam-diam mencuri pandang ke arahku. Dasar bodoh.

Aku bisa mendengar semuanya.

"Ah, benarkah? Pantas saja cafe ini bertema Inggris. Dia terlihat seperti campuran." Si Manis, matanya bertemu pandang denganku – dan dia tak menghindarinya. "Bukankah dia sangat cantik?"

Dheg.

Apa ini? Apa yang terjadi dengan jantungku? Mengapa dia menjadi hiperaktif hanya karena senyum lelaki asing itu yang mengembang? Sial kau jantung bodoh! Jangan memompa terlalu banyak darah ke pipiku!

Shi – lebih baik kulanjutkan untuk membaca novelku daripada melayani senyumnya!

"Yaa Lee Haejun, ke mana kau?"

"Diamlah, biarkan aku bersenang-senang sebelum masuk ke dungeon."

"Yaa! Dia benar-benar gila."

Mereka benar-benar berisik. Bahkan lebih berisik dari sekumpulan siswi SMA yang tersiram cokelat panas.

"Agassi," suara yang sebelumnya terdengar agak jauh itu kini terdengar begitu dekat denganku, di seberang mejaku lebih tepatnya. Lengkap dengan senyum itu tentunya. "Bolehkah aku duduk di sini?"

Bolehkah aku menghentikan jantungku saja? Gerakannya benar-benar keterlaluan kali ini.

"Kau tak menjawab, maka kuanggap sebagai iya." Kedua ujung bibirnya masih tertarik lebar ketika tangannya menarik kursi di seberang meja. Aku penasaran, apakah ujung bibirnya pernah robek karena senyumnya yang selebar itu?

Listen to The NightWhere stories live. Discover now