01

37.3K 2.9K 123
                                    

"Ailee!! Ailee!!" itu adalah suara Sarah, asisten pribadiku, yang merangkap sebagai alarm pagi yang paling menyebalkan.

"Aku baru bermimpi bisa liburan ke Lapland, Sarah..." gumamku lemas tanpa menggerakkan badan untuk sekedar melihatnya atau mendengarkan ocehan apapun yang akan ia ucapkan.

"Lupakan rumah Santa Claus-mu, kau harus dengar ini!"

Ia duduk, bukan, terjun ke atas ranjang di mana aku sedang menikmati gravitasi pagi hari di awal musim semi yang menyenangkan di atas ranjang, menggoncang awan lembutku itu dan membuyarkan kenyamananku. Sarah yang bertubuh dua kali lipat dariku itu sungguh tak tahu diri. Aku duduk, membuka bed cover dan menatapnya kesal. Hampir menerkam dan meraung saking kesalnya. Oh, tidak. Musim semi mengubahku menjadi setengah serigala.

"Kau tahu, Sarah? Kau baru saja merusak hubungan cinta segitigaku." Aku melotot padanya yang ikut membulatkan mata tak percaya dengan apa yang baru saja kuucapkan.

"Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?!" sekarang giliran Sarah yang melototiku kesal dan bibirnya yang mungil seperti terjepit kedua pipinya itu tengah mencibirku.

"Ya, cinta segitiga antara aku, ranjang, dan bantalku. Kini aku melepaskan mereka dan memilihmu. Kuharap kau tak mengecewakanku kali ini." aku membenarkan posisi duduk di hadapannya, menunjuk hidungnya yang bulat menggemaskan yang mendengkus kesal pada perkataanku.

Sarah memutar bola matanya. Hampir mengajukan cibiran lain yang tidak dibutuhkan untuk lebih menghancurkan jadwal padat "tidak melakukan apapun di pagi ini" milikku. Seperti teringat sesuatu yang amat penting, Sarah segera menyambar kedua pundakku, memcengkramnya dengan erat, membuatku kaget bukan main.

"Ailee!"

"Y-ya?" jawabku tak yakin.

"Jadi pagi ini aku membawa dua kabar. Tidak ada kabar baik. Kabar buruk dan sangat buruk. Kau mau mendengar yang mana dulu?" wajah serius di muka konyol Sarah mengagalkan segala macam kengerian yang seharusnya diakibatkan oleh kabar buruk itu.

"Ya Tuhan, Sarah... Serius? Di pagi ini? Setelah aku menyelesaikan konser sukses kemarin? Tidak bisakah kau memberiku istirahat barang sehari saja?" gerutuku kesal.

"Yang buruk dulu? Oke. Dengar," dia yang tidak mendengarku, tidak sama sekali. Dia selalu seperti bicara dengan dirinya dan fantasinya sendiri. "Ini tentang kekasih tampan sialanmu itu. Evans Robin. Aku menemukan info dari mata-mataku." Sejak kapan si Big Lady ini memiliki mata-mata? Aku hampir berlaku tak sopan dengan menertawakannya. "Kau mungkin takkan memercayaiku, Ailee. Tapi Evans... dia... astaga..." si gembul Sarah memijit-mijit keningnya dan menunduk sedih.

Evans Robin adalah aktor muda berbakat yang berkencan denganku sekarang. Pria itu lebih dulu bergelut di dunia entertain dari pada aku yang baru memulai di dapur rekaman setelah seorang produser melirik video song cover yang kuunggah di channel Youtube milikku dua tahun lalu.

Evans memiliki berbagai penghargaan dalam prestasinya berakting di beberapa film Box Office. Wajahnya sangat tampan. Ia tinggi, memiliki senyum yang manis, rambutnya pirang, matanya bercahaya indah. Seperti model-model pria yang fotonya menghiasi explore Instagram para gadis zaman sekarang. Ya, aku hanya bisa menggambarkannya sejauh itu. Di dunia yang kugeluti sekarang, begitu banyak orang tampan, dan sebagian besar dari mereka terlihat sama untuk digambarkan demikian.

Aku bukan wanita yang mementingkan penampilan fisik dalam hubungan percintaan. Tapi wanita mana yang diciptakan dengan kemampuan menolak seorang pria, aktor, tampan, kaya, yakg menyiapkan candle light dinner romantis di Hawaii dan menyatakan cinta diiringi lagu klasik romantis seperti yang dilakukan Evans beberapa bulan lalu untukku? Aku masih ingat, itu adalah malam saat aku diundang untuk menyanyi di acara Victoria Secret dan followers-
ku di media sosial tiba-tiba melunjak.

Beauty and The StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang