Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini aku menunggu bus di Halte yang sama, hanya saja hari ini aku menunggu bus seorang diri. Benar-benar seorang diri, tidak ada calon penumpang lain di Halte ini sekalipun itu Min Yoongi.
Aku mengadu ujung sepatuku dengan trotoar. Lusa adalah hari pementasan seni tahunan, banyak hal sudah kupersiapkan. Walaupun bagianku hanya mengajari murid-murid untuk dapat berperan dengan baik, tapi kesuksesan pentas seni tahunan ada pada pundakku dan juga pundak setiap pekerja serta murid-murid sanggar tempatku bekerja.
Aku menghembuskan napas perlahan saat melihat bus yang kutunggu datang. Aku tidak mengerti, tapi aku seperti merasa kecewa karena tidak bertemu dengan Min Yoongi hari ini. Kulangkahkan kakiku memasuki bus, di dalam bus keadaan cukup lenggang sehingga aku tidak perlu berdiri untuk tetap sampai tujuan.
Aku memilih tempat duduk di deretan bangku paling belakang, berseberangan dengan jendela. Aku tidak ingin terlihat menyedihkan, fakta bahwa aku selalu pulang seorang diri sudah sangat menyedihkan.
Aku mendekap erat tas yang berada di pangkuanku dan memejamkan mata rapat-rapat. Hari ini aku merasa lelah. Pikiranku menyuarakan hal-hal yang aneh, seperti bagaimana jika Snow White tidak bertemu dengan tujuh kurcaci, bagaimana jika Cinderella adalah seorang gadis matre, bagaimana jika kita mendengar versi asli dongeng-dongeng itu. Tubuhku bergidik memikirkannya.
Aku merasakan bus bergerak perlahan kemudian berhenti dan tidak lama setelah itu aku merasakan bangku di sebelahku terisi. Aku ingin pura-pura tertidur kalau orang yang menempati bangku di sebelahku tidak membuka suara.
"Sepertinya kau bekerja keras hari ini?" Suara itu menggema di telingaku.
Tanpa membuka mata, aku menganggukkan kepala.
"Kau juga... Sepertinya kau belajar dengan giat," kataku.
Dia berdeham lalu menggeser posisi duduknya, aku tahu karena kurasakan bangkuku bergoyang. "Omong-omong... Tempo hari, dari mana kau tahu namaku?"
Aku membuka sebelah mataku, dan yang kulihat pertama kali adalah rambut yang berwarna mint.
"Aku mendengarnya saat temanmu yang bergigi kelinci menyapamu."
Min Yoongi hanya mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Dimana biolamu?" Tanyaku saat tidak menemukan biola tidak bersarung itu bersamanya.
"Temanku meminjamnya," jawabnya.
"Si gigi kelinci?"
Yoongi menggeleng. "Si pemilik lesung pipi. Sebenarnya aku khawatir, terakhir kali saat dia meminjamnya, nyaris seluruh senar biolaku terputus," kata Yoongi nada suaranya menunjukan kekecewaan.
"Min Yoongi... Lusa kau bisa datang 'kan?"
Yoongi menggaruk pelipisnya. "Ah iya... Lusa." Yoongi berdeham sebelum akhirnya mulai melanjutkan. "Aku tidak janji."
"Tidak apa-apa," kataku.
"Maaf," kata Yoongi lalu memberikan selembar kertas kepadaku.
Aku memerhatikan kertas itu baik-baik lalu menatap wajah Yoongi. "Kau tahu persis bagian terbaik dalam hidupmu." Tanganku terangkat untuk meraih tangan Min Yoongi lalu memberikan selembar kertas itu kepada pemilik awalnya. Aku tersenyum kikuk. "Berusahalah."
Yoongi memandangku yang masih asik menatap wajahnya. "Boleh aku bertanya?" Katanya.
Aku terkekeh mendengar ucapan Min Yoongi. "Kenapa harus meminta ijin... Kau baru saja bertanya, bung."
"Maaf."
"Kenapa harus meminta maaf?"
Min Yoongi menggeleng dan aku tidak mengerti maksud dari gelengan kepala itu.
"Hm... Maksudku." Yoongi berdeham sekali lagi. "Kau tahu namaku lalu—"
"Min Yoongi," kataku cepat memotong ucapannya. "Apa yang kau lakukan jika besok adalah akhir dunia?"
Min Yoongi mengerutkan dahinya, alisnya nyaris menyatu. "Aku belum bertanya," gerutunya.
"Apa yang kau lakukan jika besok adalah akhir dunia?" ulangku mengabaikan Yoongi yang memutar matanya jengah.
"Apa saja. Yang pasti bukan... Berlatih biola dan menunggu bus," katanya kemudian tertawa dengan suara seperti kentang digoreng.
"Kenapa tertawa?"
"Kau ada-ada saja, bertanya seperti itu... Jika besok adalah akhir dunia, yah? Sudah jelas aku tidak ingin melihat matahari terbit besok pagi," kata Yoongi kali ini nadanya terdengar santai. "Akan lebih baik jika aku mati hari ini," tambahnya.
Kemungkinan bahwa aku dan Min Yoongi bisa menjadi teman baik untuk mengobrol saat menunggu bus ternyata terwujud menjadi nyata. Lebih dari itu kami juga tetap mengobrol ketika sudah di dalam bus dan meski hari ini Yoongi menunggu bus dari Halte yang berbeda.
•Min Yoongi. He is new and original... Bukan hanya karena rambutnya yang berwarna mint, caranya berbicara juga membuat ide-ide kembali berterbangan di kepalaku.•
KAMU SEDANG MEMBACA
MANUSCRIPT OF STRINGS • MYG
Fanfiction[on-going] Main Cast: BTS's Min Yoongi || Genre: Life || Length: Chaptered || Rating: PG-17 || Disclaimer: Inspired by Song Anji's "Dia", Novel Rainbow Rowell's "Eleanor & Park" © thdrmr Started from February 1st, 2017