Sisa hari itu terasa merayap bagiku, begitu perlahan namun pasti. Tidak banyak hal yang kami—aku dan Min Yoongi—lakukan untuk menghabisi waktu. Hanya sekedar duduk bersandar pada kursi tunggu halte dan membagi cerita yang kami lalui beberapa waktu lalu, beberapa kali diselingi gelak tawa renyah yang berhasil memecah sepi. Min Yoongi sedikit berbeda hari ini, secara gamblang banyak hal yang dia bagi. Entah hanya untuk sekedar basa-basi atau memang dia begitu saja ingin membagi apa yang telah dilalui.
Bus terakhir sudah berlalu, aku dan Min Yoongi masih menikmati sisa hari itu yang bahkan mulai merangkak ke hari baru. Terasa merayap tapi membuat candu. Bahkan diam-diam aku berharap, semoga matahari terlambat terbit esok pagi.
Min Yoongi tertawa, payung hitam yang ada di sisi tubuhnya terlepas, menggelinding di bawah kolong kursi tempat duduk kami. Min Yoongi tidak berniat mengambilnya, dia hanya menginjak ujung payungnya dan tahu-tahu payung itu kembali berdiri di sisi tubuhnya.
Min Yoongi mengadu ujung payung dengan ujung sepatu boots hitamnya dan berkata, "Kadang takdir memang sejahat itu mengolok-olok kami."
"Kau tahu... Kejahatan yang paling menyakitkan adalah bukan kejahatan yang dilakukan oleh si penjahat handal tapi oleh mereka yang sedang memerbaiki diri." Aku menjeda ucapan ku. Di seberang jalan, deretan ruko berjejer dengan rapih dan lampu-lampunya perlahan mulai dipadamkan. "Kupikir gagal ada cara untuk berproses."
Min Yoongi mengangguk-angguk pasti. "Sudah pukul satu... Ku kira tidak akan ada lagi bus yang melintas," katanya dengan kening berkerut.
Aku terkekeh menyahuti.
"Min Yoongi, mau mampir ke kedai di ujung jalan sana?"
Dari mimik wajahnya Min Yoongi terlihat jelas tengah menimbang kiranya jawaban apa yang akan ia berikan. Aku tahu persis Min Yoongi adalah sejenis manusia yang memiliki perhitungan yang matang untuk setiap hal yang akan dilakukannya.
Min Yoongi menatap ku ragu, "Memang besok pagi kau tidak bekerja?"
Aku menggeleng, "Sebotol soju tidak akan membuat ku terkapar." Min Yoongi masih terlihat berpikir. Seraya menunggu jawabannya, aku mengerti apa yang ada di dalam benaknya, ku keluarkan sebuah kunci dari dalam tas ku, "jika kau keberatan tidak masalah, masih banyak waktu untuk hal itu. Mari ku antar."
Min Yoongi masih tampak ragu, sampai sebuah jawaban yang tidak pernah kuduga-duga sebelumnya meluncur dari bibir tipisnya, "Sepertinya sekaleng bir tidak masalah."
"Kau yakin?"
Min Yoongi mengangguk lalu menambahkan dengan suara yang dikeraskan ketika sebuah mobil melintas dan meredam suaranya, "kau menyetir jadi kau tidak diijinkan mabuk."
•Min Yoongi, He is footprints in the snow... Dia tidak ingin dipandang sebagai sosok yang misterius dan penuh teka-teki.•
KAMU SEDANG MEMBACA
MANUSCRIPT OF STRINGS • MYG
Fanfiction[on-going] Main Cast: BTS's Min Yoongi || Genre: Life || Length: Chaptered || Rating: PG-17 || Disclaimer: Inspired by Song Anji's "Dia", Novel Rainbow Rowell's "Eleanor & Park" © thdrmr Started from February 1st, 2017