Bab II

680 32 0
                                    

Akhirnya suara surga terdengar membuat Jati bersorak dalam hati seakan terbebas dari jeruji neraka seakan bisa membunuhnya perlahan karena kebosanan.

Kini Jati telah bertengger di atas motor besarnya dan berpisah pada kedua temannya yang sudah pamit pulang terlebih dahulu. Jati menjalankan motornya keluar dari gerbang sekolah menuju kearah halte. Tak sengaja Jati kembali melihat gadis yang berada di kantin tadi. Tampak gadis itu gelisah sesekali melihat ponselnya lalu melihat mobil yang berlalu lalang. Segera Jati menghentikan motornya tak jauh dari halte sambil memperhatikan gadis itu.

Jati terus menatap gadis itu hingga senyum gadis itu tertampil membuat Jati tertegun sesaat. Lalu matanya beralih pada mobil mewah yang berhenti tepat di hadapan gadis itu. Saat pintu mobil otomatis terbuka, gadis itu langsung masuk ke dalam mobil mewah tersebut. Dengan sigap Jati menghidupkan kembali motornya dan mengikuti mobil mewah itu hingga memasuki kawasan komplek perumahan mewah. Jati berhenti tak jauh dari rumah berpagar tinggi berwarna emas lalu memutar motornya setelah mobil itu memasuki rumah elite tersebut. Kini dirinya tau dimana tempat tinggal gadis berparas imut itu. Jati menggeleng tak percaya dengan perbuatannya sekarang sebagai penguntit gadis imut itu. 'Ahh tak apa mungkin aku hanya penasaran'pikirnya

Motor Jati melaju kencang menuju perumahan kawasan elite, yang tak lain adalah rumahnya sendiri. Saat sampai di depan gerbang berwarna perak, Jati membunyikan klakson motornya lalu pagar di buka oleh satpam yang menjaga rumahnya. Jati kembali menjalankan motornya memasuki pekarangan rumahnya. Lalu membiarkan motornya terparkir secara asal tepat di depan rumahnya. Sedikit berlari Jati memasuki kamarnya tanpa membuka sepatu terlebih dahulu, lalu melempar tasnya ke kasur dan dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu sedikit keras.

Keluar dari kamar mandi, Jati menghelakan nafas lega sehabis membuang air kecil. Jati duduk di kasurnya sambil melepaskan sepatu sekolahnya lalu merebahkan tubuhnya. Saat mata Jati hendak terpejam, terdengar suara teriakan memanggil namanya.

Dengan malas Jati duduk kembali melihat perempuan yang sedang berkacak pinggang di pintu kamarnya. Yah itu adalah kakak kedua Jati, Amanda si cerewet yang selalu memarahi Jati bak seorang ibu tiri.

"Itu motor kamu ngapain di depan rumah..? Nanti kalau ada tamu gimana..? Papa kan udah sediain garasi, apa kamu tidak tau dimana garasi terletak..?"dengan beruntun kakaknya berucap, memarahi Jati

Jati memutar bola matanya malas "Tadi aku buru-buru karena kebelet pipis yaudah aku parkirin didepan rumah deh, dari pada aku pipis di celana kan gak lucu, lagian papa buat garasi jauh banget mana tahan aku kalau markiri dulu baru lari ke rumah"

"Alasan mulu, itu lagi apa-apaan sepatunya masuk ke dalam kamar, nanti kalau kamu nginjek tai atau apa kan rumah kita jadi kotor"omel kakaknya lagi sambil menujuk sepatu Jati

Astaga rasanya Jati ingin meledak mendengar berbagai omelan kakaknya, Jati menghembuskan nafasnya mencoba menahan kekesalannya "Tadi kan udah di jelasin, aku kebelet pipis jadi buru-buru, lagian apa gunanya pembantu di gaji, ya dialah yang bersihin, udah sana kakak keluar, aku mau istirahat capek baru pulang sekolah"

Kakaknya pergi sambil menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan kamar Jati "Hadeh untung gue cuma punya kakak cewek satu, bisa mampus gue kalau kak Juan juga cewek, satu aja omelannya gak berhenti-henti apalagi dua, astaga gak bisa gue bayangin, lagian itu orang kapan sih nikah biar di angkut sama suaminya, dengan begitu hidup gue bebas dari segala rentetannya"Jati menggerutu sebal sambil mengacak-acak rambutnya frustasi

"Lebih baik gue berendam, mendinginkan kepala"Jati langsung bangkit dari tidurnya, berjalan memasuki kamar mandi

"Ahhh nikmatnya, badan gue jadi sedikit rileks"gumam Jati dengan mata tertutup saat telah berendam di bathtub

Brandalan SMU (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang