Cahaya masuk melalui celah jendela, mengusik tidur nyenyaknya. Jati menguap lalu sedikit mengucek matanya sambil mendudukkan tubuhnya. Pandangan Jati beralih ke kanan, melihat jam yang bertengger diatas nakas. Matanya melotot melihat jam menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit.
"Anjiirrr gue telat, sialan kak Juan gak banguni gue"Jati blingsatan berlari ke kamar mandi
Untung saja Jati menyediakan baju sekolah serta tas dan beberapa buku. Dengan terburu-buru Jati memakai baju sekolahnya, tak ada waktu lagi, dasinya hanya disampirkan di lehernya lalu memakai sepatunya. Rambut di biarkan berantakan, karena memang style-nya. Secara asal Jati menyemprotkan parfum ke bajunya, meraih kunci motor beserta dompetnya. Jati berlari-lari kearah besmen dan segera menancap laju motornya.
Sesampai di sekolah gerbang sudah di tutup, murid-murid pun tak terlihat, pastinya mereka sedang mengikuti mata pelajaran berlangsung. Tak ada cara lain, Jati harus memanjat tembok belakang. Terlebih dahulu, Jati menitipkan motornya di warung dekat sekolah, memulai memanjat tembok dengan mudah, karena Jati sudah sering melakukan ini.
Happ. Jati berhasil memanjat tembok dan membungkuk, mengambil tas yang di lemparnya tadi. Dengan mengendap-endap Jati berjalan ke lorong gedungnya. Bukannya memasuki kelas Jati malah menaiki tangga ke atap gedung. Melemparkan tas nya ke sofa kumuh, lalu merebahkan tubuhnya, menjadikan tas nya sebagai bantal dan memejamkan matanya melanjutkan tidurnya.
Bel berbunyi menandakan jam istirahat, Jati terbangun dan mendudukkan tubuhnya. Bisa di lihat dari atas gedung siswa-siswa berhamburan. Dengan malas Jati bangkit sambil menenteng tas nya ke kantin.
Matanya mengedar keseluruh penjuru kantin, tak sengaja matanya melihat gadis imut yang pernah di ikutinya sedang tertawa dengan laki-laki yang tak lain musuhnya saat SMP. Jati mengepalkan kedua tangannya, entah kenapa emosinya naik begitu saja melihat gadis imut itu bersama musuhnya. Hembusan nafas kasar Jati terdengar, mengalihkan tatapannya ke arah lain, menangkap dua sosok yang dikenalnya, yang tak lain adalah sahabatnya.
"Hebat elo berdua yah, gak nunggu gue ke kantin"sentak Jati, keduanya langsung menoleh ke belakang terkejut mendengar suara Jati
"Gue kira elo gak datang"Jati mendengus mendengar jawaban Ajun
"Lagian kita udah nelponi elo dari tadi, tapi gak aktif"Ajun mengangguk, membenarkan ucapan Reno
Jati menghembuskan nafasnya pelan "Gue kesiangan, sialan emang kak Juan, pergi tanpa banguni gue"ucapnya sebal, ikut duduk di hadapan kedua sahabatnya sambil meletakkan tasnya di meja
Keduanya terkekeh, masih terlihat wajah ngantuk Jati "Lagian elo kalau tidur sama kayak babi mati"ejek Ajun
Jati mencebikkan bibirnya "Sialan"umpat Jati dengan tangan terkepal di atas meja, bukan mengumpat pada sahabatnya tapi pada dua sosok yang di lihatnya tadi, matanya tak lepas dari dia sosok itu
Ajun dan Reno mengernyit bingung lalu mengikuti arah padangan Jati mengarah ke sosok laki-laki yang sedang mengapit leher gadis mungil, diselingi dengan suara tawa mereka.
Kedua sahabatnya mengerti "Udah jangan di liatin nanti bikin elo sakit perut"Jati menoleh menatap Reno
'Gue kenapa sih, rasanya pengen nonjok itu orang'gerutu Jati dalam hati
"Yaudah gue pesen makanan dulu"Ajun beranjak dari duduknya dan memesan makanan
Tak berapa lama Ajun datang membawa baki pesanan mereka. Meletakkan pesanan sahabatnya di atas meja lalu pergi lagi, dan membawa minuman setelah kembali ke meja mereka.
Anjun kembali duduk, dan mulai ikut menyantap baksonya. Keringat mengucur di wajah mereka, bibir mereka semakin mereka karena rasa pedas pada kuah bakso. Reno langsung menyeruput minumannya hingga setengah, tak tahan rasa pedasnya, begitu juga dengan Jati dan Ajun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandalan SMU (Pending)
Ficção AdolescentePertemuan antara gadis pindahan dari Amerika dengan brandalan SMU yang selalu membuat berbagai masalah hingga sang brandalan dengan keputusan sepihak menjadikan gadis tersebut sebagai pacarnya. Awalnya sang berandal hanya berniat main-main dengan ga...