Mingyu tersenyum kecil saat melihat Sungyoung mulai tertidur. Dengan posisi tengkurap tanpa baju. Punggungnya dikompres Mingyu dengan air dingin. Berharap jika lebam itu cepat menghilang. Jarum jam menunjukkan pukul 11 siang.
Mingyu menyenderkan punggungnya disofa yang ditarik lebih dekat pada ranjang. Menatap Sungyoung dengan sangat miris. Rasanya sangat geram dan kesal. Kenapa ia begitu bodoh membiarkan gadisnya terluka? Begitu bodoh karena tak bisa menjaganya. Merasa benar-benar bodoh karena perubahan sikap Sungyoung beberapa hari yang lalu. Bibi Shin selalu membawa kompres 3x sehari setiap harinya. Dan ia benar-benar tak berpikir jika Sungyoung terluka separah ini.
Ponsel disakunya bergetar. Nama Wonwoo tertera disana.
"Bagaimana, hyung?" Tanyanya pelan. Tak ingin mengganggu tidur Sungyoung.
"Sungyoung dianiaya lebih dari 3x oleh kelompok yang berbeda-beda. Pertama saat kau mulai mengabaikannya, dia dianiaya oleh komplotan Jungmi sebanyak 4 orang. Sungyoung dipukuli dengan potongan kursi kayu. Lalu saat dia meninjumu dilapangan, saat pulangnya dia dibawa ke gedung tua oleh komplotan Minrin sebanyak 6 orang. Kala itu ia dipukul dengan balok, Sungyoung sampai muntah darah. Dan yang terakhir, oleh komplotan Tzuyu sebanyak 5 orang. Sungyoung dianiaya digudang belakang sekolah dengan menggunakan sapu. Itu semua yang aku dapat." Jelas Wonwoo panjang lebar.
Mingyu shock!
Tangan yang tengah memegang ponsel itu bergetar. Tak pernah lepas sedetikpun pandangannya pada sosok gadis yang terlelap damai dihadapannya. "Separah itukah yang mereka lakukan pada gadisku?" Suaranya tercekat.
"Ya. Aku sudah menandai mereka semua. Dan siap untuk pertunjukkan nanti sore. Mau kau apakan para gadis ini?"
"Batalkan pertandingan sore ini! Dan untuk pembalasan, besok pagi saja."
"Baik. Aku akan urus semuanya."
"Jika mereka pria, tentu akan sangat mudah kulenyapkan kan? Tapi wanita, aku bahkan kadang tak tega melakukan sesuatu yang jahat."
"Pikirkan! Sungyoung terluka parah karena mereka."
"Ya aku tahu, hyung. Kita rundingkan nanti."
"Jujur saja, aku sendiri sangat geram pada mereka. Jika kau tak sanggup melakukan apapun, biar aku yang urus."
Flip!
Sambungan telepon terputus begitu saja. Mingyu memijit pelipisnya dengan pelan. Berusaha berfikir cara apa yang tepat untuk menghukum mereka semua. Namun semua itu terhenti saat melihat ponsel Sungyoung diatas nakas berbunyi. Lee Taeyong!
"Yak! Kenapa kau tidak sekolah, eoh? Aku menunggumu dari tadi. Kau sakit? Sakit apa? Haruskah aku menbawa sesuatu ke rumahmu? Jadi nanti sore kita jadi pergi tidak?"Cecar pria itu disebrang sana.
"Kau bisa diam tidak?"
"Nu-nuguseyo? Apa kau kekasih Sungyoung?"
"Ya, aku kekasihnya. Kau siapa? Berani sekali mengajak kekasihku kencan!"
"Tidak, aku tak mengajaknya berkencan. Sungyoung ingin menonton pertandingan basket nanti sore dan ia memintaku menjemputnya."
"Dia punya aku, untuk apa pergi denganmu? Sudahlah, jangan mengganggu kekasihku lagi! Kau akan berurusan denganku."
Diputusnya kasar sambungan telepon itu. Saingannya bertambah banyak semakin hari. Dan lagi-lagi telepon gadisnya berbunyi. Kali ini Sehun!
"Sayang, kau menelpon siapa, hum? Aku tadi menelpon tapi jaringannya sibuk. Ah ya, kau sudah makan siang? Nanti sore, ayo kita berkencan lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Mingyu Seventeen) ✔✔
Fanfiction(PRIVATE) (COMPLETE) Ketika Sungyoung yang ingin melupakan mantan kekasihnya, namun bertemu 'bad boy' seperti mingyu