3. Tetaplah Bahagia

110 24 113
                                    

•••••
"Sungguh indah bila semuanya bisa termiliki hanya dengan kehendak hati, bukan dengan jalan yang menyakiti."
•••••

❃ₗᵢₘₑᵣₑₙcₑ❃


ADELA, baru sampai di ruang kelasnya yang sudah mulai ramai. Terlihat Freya, Dhea, dan Afrill yang sudah ada di tempat duduk masing-masing. Hari ini Adela merasa lebih tenang daripada kemarin saat dia belum mengenal siapapun di sekolahnya. Namun sekarang Adela sudah mengenal banyak orang. Bahkan dia sudah mempunyai Freya, Dhea, dan Afrill.

"Gimana mobil lo kemarin? katanya ada yang ngerjain?" tanya Afrill yang baru saja mendengar cerita dari Freya dan Dhea tentang mobil Adela kemarin.

"Udah gapapa kok sekarang," ucap Adela.

"Belom apa-apa lo udah punya haters." Afrill tersenyum miring.

"Biarin aja, gue males ngurusin yang kayak begituan," ucap Adela dan membuat ketiga gadis itu mengangguk setuju.

"Ketika kita terlalu mengurusi orang yang gak suka sama kita, kita bakal kehilangan waktu buat orang yang bener-bener butuh perhatian kita." Dhea berlagak seperti Mario teguh.

"Apaan sih lo, lebay," ucap Freya dan membuat Dhea manyun.

Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda kehadiran guru yang akan mengajar. Penghuni kelas 11 mipa 2 tampak sangat menikmati hari yang tenang ini tanpa pelajaran.

"Ini gak ada pelajaran atau gimana sih?" ucap Adela yang sudah mulai bosan dengan suasana kelas yang tidak jelas. Memang semuanya sibuk dengan dunianya sendiri.

"Gak tau tapi kayak nya sih emang gak ada pelajaran," jawab Freya.

"Bentar lagi kan ada pensi, mungkin lagi ada rapat atau gimana gitu," tambah Freya.

"Hmm tau gitu di rumah aja bobo kan enak."

Adela dengan malas kembali memasang earphone nya karena memang musik adalah hal yang sangat dibutuhkan olehnya setelah makan dan minum. Apalagi pada saat membosankan seperti ini.

Lagu demi lagu mengalun indah di telinga Adela. Membawa gadis itu mulai memejamkan mata diatas pangkuan tangannya.

❃ₗᵢₘₑᵣₑₙcₑ❃

(Di lain kelas)

"Kok kosong? kemana lagi nih orang?" tanya Egha saat melihat bangku di sebelah Arka kosong.

"Biasalah, lagi rapat," jawab Arka yang tetap tidak beralih dari layar ponselnya.

"Tumben lo gak ikut?" Bryan baru saja datang dan langsung ikut bergabung bersama teman-temannya.

"Yang di perluin cuma ketua osis sama sekretaris. Jadi Malvin aja yang pergi," jawab Arka.

"Gue mencium bau-bau jamkos nih," ucap Egha dengan nada girang.

"Waktunya ngapel juga nih," tambah Bryan yang juga sangat bersemangat.

"Gue laper, mending ke kantin aja," Ucap Arka membuat Egha berdecak karena ucapan Arka yang berbanding terbalik dengan keinginannnya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang