10

109 17 6
                                    

"Heh?"

"Aku bertanya padamu, gadis berambut [h/c]"

"A-aku?"

"Iya. Kau siapa? Kenapa bisa kau ada disini?"

"Aku [Y/n], [L/n] [Y/n]. Aku disini karena kau pingsan tadi, Gumiya! Aku khawatir padamu!"

"Apa?"

"Kau pingsan di belakang panggung setelah kau mempersembahkan puisimu"

"Aku tidak ingat"

!

"Aku tidak ingat pernah membuat puisi. Aku juga tidak tau panggung yang kau bicarakan. Aku bahkan tidak mengenalmu"

Wajahmu memancarkan sebuah ketakutan kecil. Kau masih percaya bahwa Gumiya hanya kecapekan saja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi. Tapi...

"Hahaha!" Kau tertawa hambar. "Gumiya, jangan bermain-main. Aku tidak akan tertipu oleh muslihatmu lagi!"

Dengan wajah keheranan, Gumiya menjawab. "Aku tidak menipumu"

Raut mukamu kali ini menunjukkan senyuman miris. Sungguh disayangkan, tapi ini adalah kenyataan.

Keesokan harinya

Kau berjalan menuju stasiun kereta; kau ingin berkunjung ke suatu tempat. Sebelumnya kau mendapat berita dari Gumi, berita menyedihkan yang membuatmu tidak bisa tidur semalaman. Rasa kantuk saja kau tidak rasakan, padahal kau tidak tidur sejak penutupan festival tadi malam.

Bicara tentang saat di festival, kau sengaja tidak ikut upacara penutupan. Setelah pembicaraanmu dengan Gumiya yang menurut orang lain tidak berguna, Mizki menyuruhmu untuk pulang ke rumah. Mizki juga menelpon keluarga Megpoid untuk memberitau keadaan Gumiya. Entah apa yang dipikirkan Tuhan, malam itu kau diguyur hujan lebat ketika di perjalanan pulang. Mungkin saja hujan itu merasakan kepedihan yang kau alami.

Sama halnya dengan kejadian tadi malam, kali ini kau ditimpa kepadatan saat menaiki kereta. Kau tidak bisa membantah dengan takdir yang sudah ada. Kau tidak peduli dengan sekelilingmu sekarang. Kau tidak memikirkan apapun kecuali kesehatan Gumiya. Namun, kau hanya bisa memohon kepada Tuhan agar Gumiya bisa kembali mengingat masa-masanya denganmu.

Bagaimana kau menggebrak meja karena kau menjadi kandidat ketua panitia festival; bagaimana kau gugup saat dipanggil ke ruang guru bersamanya; bagaimana kau berdebat dengannya; bagaimana kau sedih ketika dia bertengkar dengan Len; bagaimana kalian berbelanja; bagaimana dia mengalami kecelakaan; bagaimana dia menipumu saat siuman; bagaimana dia memaksakan diri untuk menjaga stand kelas; bagaimana dia menyatakan perasaannya; bagaimana kalian memulai hubungan; sampai bagaimana dia jatuh di belakangmu dan lupa ingatan. Kau ingat semuanya, sedangkan Gumiya tidak.

Kau sampai di bangunan pencakar langit yang terlihat megah. Namun, kau tidak bahagia atas kemegahan yang dipancarkan. Karena bangunan yang ada di depanmu adalah rumah sakit tempat Gumiya dirawat.

"Jadi ini tempatnya?" Gumammu ketika melihat papan bertuliskan Internasional Hospital Japan; nama rumah sakit itu.

Kau melangkahkan kaki memasuki rumah sakit tersebut. Kau juga mencari letak resepsionis. Saat kau menemukannya, kau beranjak ke tempat resepsionis; dimana sudah ada dua orang perawat yang menjaga di bagian itu.

"Permisi, suster" tegurmu pada seorang suster yang nganggur

"Ada yang bisa saya bantu?" Respon suster itu

Kau mengerjap-ngerjapkan matamu untuk basa-basi. "Apa.. ada pasien atas nama Gumiya disini?"

"Sebentar, ya. Akan saya carikan" suster itu melihat layar monitor; mencari di ruangan mana Gumiya berada. "Megpoid Gumiya; pasien pengidap amnesia sementara..?"

Way To Love [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang