part 4

64 6 0
                                    


Hari ini langkah kakinya terasa sangat berat dan pelan saat menuju tempat seleksi vocal grup kampus di adakan, ia sudah membulatkan tekad ikut mengikuti audisinya,

Tarikan nafas panjang saat di depan ruangan. Nafasnya tak teratur keluar masuk dan sesekali mondar mandir di depan pintu.

"hi ray..." tegur cia saat ray terdiam di depan pintu.

"eemmhh??  hi cia" lambaian tanganya sedikit ragu.

"kamu ngapain disini?" Tanya cia membuat ray grogi, padahal dirinya sudah lebih tenang.

"ituuu"

"mauu test aja masuk ke vocal grup kampus hehe, siapa tau masuk" tanganya kembali gemetar kalau bertatapan langsung seperti ini.

"seriuusss??" wajahnya langsung antusias mendengar ucapan ray.

"Ya udah masuk, kebetulan aku juga jurinya lohhh " senyum lebarnya

"Mammpusssssss" gumam dalama hati sambil memasang wajah tersenyum, tersenyum ketakutan.

"gak bakalan bisa gue kalau ada ciaaa" gerutunya terus menerus, seolah ia ingin lari saat ini juga.

"yuk masuk" ajaknya membuka pintu dan hampir 10 orang lebih sudah datang terlebih dahulu. Langkah ray semakin berat saat semua mata tertuju kepadanya. Ia pun memilih duduk dekat jendela sambil mencoba kembali menenangkan dirinya.

Cia duduk berjajar dengan 4 orang lainnya, terdiri dari 3 mahasiswa termasuk cia dan satu kemungkinan dosen. Satu per satu mereka pun berdiri dan menyanyi dengan lancar dan suaranya membuat ray kembali pesimis.

"huufffffftt" helaan nafas panjangnya yang sudah agak tenang, gugupnya kembali muncul saat ia sudah berdiri di depan mereka berempat. Keringat terasa mengalir di dahinya melewati pipinya walau udara di dalam ruangan ini sangat dingin.

"maaf, saya undurin diri, permisi" ucap ray menundukan kepalanya dan langsung berjalan keluar ruangan dan setengah berlari mencari tempat yang sepi untuk menenangkan kembali dirinya.

"gak bisa, gak bisa gue haa, pasti malu-maluin gue di depan cia" tangannya masih terasa bergetar, terbayang saat cia melihat kearahnya dengan serius seolah tak sabar ingin mendengar suaranya.

Kedua tangannya langsung menutupi wajahnya, dan berusaha bersikap tenang. "kenapa kamu lari ray?" suara yang tak asing yaitu suara cia.

"hee?" ray sontak terkejut karena cia udah berada di sampingnya entah sejak kapan cia udah disini.

"kenapa kaget gitu kayak liat setan aja"

"kenapa kamu lari? Gugup ya?" tanyanya santai, ray kembali menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaannya.

"yup, hehe. "

"gue mau denger dong lo nyanyi.." ucap cia dengan wajah yang datar.

"haaa? Nafasnya kembali tertahan.

"coba deh lo nyanyi sambil pejamin mata, pasti lebih tenang" cia sambil mempraktekan menutup matanya. Tarikan nafasnya langsung memejamkan matanya mengikuti arahan dari cia.

"nah gitu, mau nyanyi lagu apa?"

"hmm, zigaz- sahabat jadi cinta" ray sedikit meringis karena takut salah berbicara.

"wahh, lagu galau haha, ya udah kalau udah tenang langsung nyayi aku denger kok, gak bakal di tinggal kalau jelek" candanya membuat ray sedikit tersenyum.

"oke siaapp.." ray kembali menarik nafasnya.

Song, Zigas – Sahabat jadi Cinta

Bulan terdampar dipelataran

Cinta Tak Bersampul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang