Part 22 - Epilog

114 6 6
                                    



Benar kata orang, orang yang jatuh cinta itu harus siap melepas. Yang semua ray lakukan selama itu melepas cia berharap ia mendapat yang terbaik.

Itu cukup untuknya, ray bukannya gak bisa gentle soal cinta. Tetapi rasa takut kehilangan rasa nyaman yang mulai tumbuh semakin besar.

"brakkkkkk!!" kak rani tiba-tiba mengebrak meja saat ray duduk sambil tersenyum-senyum melihat layar ponselnya.

"iah siap pesan apa?" ray yang terkejut langsung berdiri.

"haha, cieeeee" ledeknya sambil menujuk-nunjuk dengna telunjuknya.

"apa sih kak rani, bikin kaget aja" jawab ray saat hampir terpegok saat memperhatikan foto cia yang berlibur via line beberapa hari lalu.

Hari itu ray kira cia sudah tak memakai line, dan ternyata ia sengaja mengganti fotonya dengan foto default, seolah-olah sudah tak memakai line.

saat ini kak rani berhenti dari pekerjaan dan fokus membuat menu minuman baru, karena usaha rumah makan semakin berkembang.

dan berencana membeli satu ruko lagi untuk membuka cafe, membiarkan kak rani mengekpresikan seninya dalam minuman.

memang berat untuk mencapai hal seperti ini, tak seperti mie goreng, buka, seduh, dan tinggal makan.

keluarga kecil ini memberikan tujuan ini bukan hasilnya yang terpenting, tetapi prosesnya. karena dari hal itu kita akan memahami artinya hidup.

***

Hari ini tempat dua minggu sudah, ray sudah janjian malam ini dengan cia.

Taman kayak biasanya selalu sepi, pohon jambu yang berubah menjadi pohon mangga sudah tumbuh lebat dan beebrapa bulan lagi bisa berbuah.

Dari kejauhan cia berjalan sambil membawa sesuatu di tangannya, rambutnya yang biasanya terurai kini di kuncir.

Lambaian tangannya menyapa saat mulai mendekat, rasa gugup tak kunjung mereda membuat ray mengambil nafas dalam-dalam.

"hi"

"hi " senyumnya langsung duduk di sampingnya.

"oh ia ini oleh-oleh buat kamu hehe" cia langsung memberikan bingkisannya yang tadi ia bawa

"apa?"

"buka aja" pintannya.

"bingkai foto?" anggukannya pelan.

"oke aku ambil yah, terima kasih" ray kembali menutupnya kembali.

"ray" ucapnya cia perlahan.

"kamu inget gak, kamu bikin surat buat aku?" tanyanya menoleh.

"haa ituuu, hheehe, udah lama banget " jawabnya menyeringai.karena itu termasuk bagian yang memalukan baginya.

"iniiii"cia menunjukan amplop putih yang sudah kusut dan kusam kekuningan.

"jangan-jangan itu" ray benar-benar terkejut surat yang dulu ia buang berada di tangannya.

"hahaah, eitss, ih ini kan buat aku, ngapain kamu ambil lagi" cia berusaha menghindar saat tangan ray berusaha mengambilnya.

"itu udah lama banget, kamu dapat darimana?"

"shanty,"

" dia ambil saat kamu remes-remes terus di buang gitu aja," nada cia sedikit meledek membuat ray langsung mengingatnya dimana saat terjadi penembakan itu.

Cinta Tak Bersampul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang