Karma

1.9K 221 19
                                    

.

Kalian pernah sadar tindakan yang kalian lakukan akan dipertanggung jawabkan nantinya...

Mungkin bisa setelahnya, atau mungkin kedepannya, atau mungkin kedepannya lagi.

Bahkan kita tak pernah tau kapan balasan akan menimpa diri kita sendiri.

Aku percaya bahwa karma itu ada dan berlaku.......

Suga kembali keaktifitasnya seperti biasa, kuliah dan bekerja. Jimin lebih perhatian dan terkesan offer sekarang. Saat istirahat siang ia tak akan segan untuk membawakan makanan untuk Suga, kadang ia akan merengek seperti anak kecil jika Suga tak memakannya. Suga haya pasrah dan mulai terbiasa ketika Jimin mengekorinya.

"hyung nanti main kerumah yah?, eomma masak daging banyak". Suga berbinar mendengar kata daging. Sebenarnya Jimin sengaja menekan kata daging untuk menarik perhatian hyung kesayangannya itu.

Suga hanya mengangguk dan jemari Jimin yang gemas segera mencubit pipi chubby miliknya. Suga mendelik menatap garang Jimin yang dengan berani menyentuhnya.

.

.

.

Sore hari seperti yang dijanjikan Jimin membonceng Suga melesat cepat menuju rumah besarnya. Beberapa pasang mata meantap keduanya iri, mereka iri pada Suga yang berhasil menarik perhatian Park Jimin. Kenapa demikian?, bahkan Suga tak tau latar belakang Jimin, ia terlalu malas untuk mengurusi urusan orang lain. Sebenarnya perlu diketahui, Jimin adalah putra tunggal keluarga Park tentu saja. Appanya adalah direktur utama Park company, perusahaan textil dan elektronic terbesar di asia. Namanya bahka sering muncul di majalah bisnis, tak heran ketika Jimin banyak digilai oleh banya orang.

Back to kediaman Park.

Nyonya park nampak gemas melihat namja mungil, manis nan imut dengan pipi menggembung tersenyum senang melahap daging masakannya. Jimin hanya memandangi keduanya dengan perasaan bersyukur karena sang eomma menyukai pilihannya.

"kau tak makan Jim?". Suga menatap heran ke arah Jimin, sedang yang ditatap hanya menggelen dengn cengiran boodonya.

"aku sudah kenyang melihatmu makan banyak dengan rakusnya". Kedua orang yang berada disana tertawa mendapati Suga yang tengah memanyunkan bibirnya.

"kau akan menginapkan hyung'. Suga melotot tajam. "aku punya apartemen Jim, kau pikir aku ini tak punya rumah dan harus menumpang". Jimin menggeleng cepat. "ani... pokoknya kau harus tinggal disini selamanya". Nyoya Park hanya tertawa pelan menanggapi kelakuan bocah putranya.

"kau harus menikahinya dulu sayang, baru Suga akan tinggal disini" semua orang nampak menoleh mendapati namja paruh baya dengan setelan kantor yang tengah tersnyum.

"kurasa itu ide yang bagus appa, hyung mari menikah". Suga menelan salivanya, apa menikah?. Mimpi apa ia harus menikah dengan Jimin.

"kami berdua merestui kalian, dan kau Jim berhentilah bertingkah manja. Bekerja keraslah mulai dari sekarang". Jimin mengangguk cepat dengan patuh.

Sedang Suga memandang heran ketiga orang yang tengah membicarakannya. "apa kalian tak perlu memeriksa latar belakang keluargaku". Ia kemudian menunduk dengan wajah sendu.

Sang eomma tersenyum manis menanggapi pertanyaan Suga. "kami percaya pada pilihan Jimin, ia sudah dewasa dan berhak menentukan masa depan dan pilihannya, kami selaku orang tua akan mendukungnya dari belakang".

"kau tau sayang, setiap eomma memiliki perasaan sensitif terhadap sesuatu hal, termasuk hal ini. Aku percaya padamu, bahwa kau adalah yang terbaik untuk putra kami". Jimin bahagia sekali mendengar ucapan eomanya dan tanpa basa-basi ia merengkuh Suga dalam dekapannya.

Suga tak habis pikir, ia baru mengetahui bahwa keluarga Jimin sekaya ini. Ia sungguh canggung dan tak nyaman akan perbedaan status mereka, karena pengalaman yang dulu membuktikan bahwa porang kaya akan lebih selektif memilih pasangan anaknya, tapi ungkapan itu kini terpatahkan.

Dirinya masih ingat dulu, saat orang tua Taehyung menolaknya karena Suga telah menanggalkan marga kaya yang melekat dalam keluarganya, bahkan saat itu ia ingat betapa rendah harga dirinya dimata orang kaya, dan dengn perasaan yang hancu Suga berpikir mungkin kedepannya ia akan mencari pasayangan yang selevel dengannya.

Well takdir berkata lain, kini ia memang berurusan dengan kelurga kaya, tapi apa berbanding terbalik. Keluarga Jimin bahkan lebih kaya dari keluarganya dan keluarga Taehyung. Tapi lihatlah mereka dengan entengnya percaya terhadap dirinya, yang bahkan belum lama mereka kenal. Sungguh keberuntungan yang langka.

.

.

.

.

.

Setelah restu mengalir dengan lancar dari kedua belah pihak, Jimin terang-terangan untuk menujukkan rasa cintanya terhadap Suga. Ia bahkan tak meghiraukan sifat tsudure kesayangannya apalagi pandangan orang lain, yang terpenting menurutnya saat ini adalah namja kesayangannya.

Keadaan Seokjin sudah lebih baik dari sebelumnya, kini ia bisa kuliah seperti biasa. Didampingi Namjoon disebelahnya seperti biasa. "aku ingin bertemu Yonngi, chagiya". Namjoon paham dan mengangguk.

Keduanya terhenti menangkap sosok dua namja yang dulu seperti tom dan jery sekarang jadi seperti botol dan tutup. Mereka nampak heran melihat kemesraan yang dibuat Jimin, dan heran ketika Suga bahkan tak menolaknya seperti dulu.

"apa mereka berdua berpcaran?". Namjoon hanya mengdeikkan bahunya menanggapi lontaran kata dari kekasihnya.

"hei Jim". Sapa Namjoon dan Seokjin disampingnya. Jimin hanya meambaikan tangannya menanggapi sapaan Namjoon. Sedang Suga hanya memasang wajah datarnya seperti biasa.

"kau berhutang penjelasan pada kami Jim". Namjoon menaikkan alisnya bergantian menggoda Jimin yang nampak trtawa bodoh sedang Suga menampakkan pipi yang beubah merona.

"Yonggi-ah". Suga memandang hyungnya dengan wajah yang tak berubah dari kata datar.

"maafkan aku, maaf baru sekarang aku bisa mengucapkannya padamu". Suga hanya mengangguk paham dan menajwabnya dengan cepat.

"bagaimana keadaanmu hung?".

"aku baik, kau bagaimana?"

"hmmmm tentu baik". Nmjoon dan Jimin hanya terdiam tak mau mengganggu obrolan canggung kedua kakak adik itu.

"kurasa aku punya pertanyaan yang sedari tadi sudah kutahan-tahan Jim".

"apa?". Jimin hanya memandang Namjoon dengan santainya.

"apa kalian berpacaran?". Jimin menggeleng membuat Namjoon semakin berkerut bingung.

"lalu?".

Jimin tersenyum "lebih dari itu hyung, kami akan menikah".

"MWOOOO....". Seokjin dan Namjoon berteriak embuat beberapa penghuni kantin memandang mereka heran.

"sudahlah Jim, kapan aku mengatakan akan menikah denganmu huhh". Suga berjaan meninggalkan beberpa orang yang masih memandanginya heran. Dengan cepat Jimin berari menyusul Suga sembari berteriak kencang. "sudah pasti kita akan menikah chagi". Teriakan itu membuat ribut seluruh penghuni kanti. Bahkan Namjoon dan Seokjin masih bertahan dengan posisi cengo mereka..

Tbc......

Okey cukup segini saja,,

dilanjut untu ff yang lain okey..

makasih..

K.I.N.A.N

be Happy (MINYOON ft. Taegi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang