Sorry kalo banyak typo. Proceed with caution wkwkwkk.
" Eh gaess tolongin gue dong, pintu kamar mandi lantai 1 macet tolong dobrakkin dong wkwkwkwk ." Ketik Michelle di iphonenya sambil berusaha tidak panik.
PING!
" Lah kok bisa? Yowes gue ama Rere dateng. Tenang aja santai." Balas Louis yang mulai keluar dari kamarnya dengan malas bersama Rere.
" Woi Michelle! " Teriak Louis dan Rere bersahutan.
" Iyaa gue di kamar yang ini." Kata Michelle sambil menendang pintu kamar mandinya agar berbunyi.
" Yowes. Sekarang elo mundur, gue si pangeran ganteng siap menyelamatkan Michelle, sang kekasihku." Kata Reinardi sambil berancang ancang untuk berlari.
" Hihh... Yaudah cepetan bukain deh!" Teriak Michelle dari kamar mandi dengan nada tawa campur kesal.
Brak!!
" Aduh sakit lengan gue. Ini pintu ato tembok? Kuat banget sih." Ringis Reinardi kesakitan sambil memegangi lengannya.
" Oh tidak pangeranku terluka." Canda Michelle yang berusaha melupakan surat yang ia terima tadinya.
" Ngaku juga lo, Chelle." Balas Rere dari luar pintu kamar mandi sambil berancang ancang untuk berlari lagi.
" Yaelah... Udah situasi kek gini kalian masih aja bercanda. Sini ah Re gue tolongin." Kata Louis yang tiba tiba menyambar dengan nada kesal karena waktu tidurnya terpotong.
" Santai dong." Kata Rere sambil terkekeh kekeh. " Yaudah yuk dobrak yang kenceng." Ucap Rere lagi. Mereka pun terus mencoba coba mendobrak pintu kamar mandi tersebut yang dibuat dengan kayu jati sehingga sangat kuat dan susah didobrak.
" Hehe... Bagus. Gue jadi punya waktu untuk nyakitin si Melani, mumpung pada sibuk di bawah dan Melani lagi tidur." Gumam orang tersebut di tangga sambil mendengar percakapan mereka bertiga yang tadi.
KRIET..
Bunyi suara pintu kamar Melani yang berdecit yang menyebabkan Melani kaget dan menyalakan lampu untuk melihat keadaan.
" Chelle? Louis? Rere? " Tanya Melani sambil mengucek matanya dan berusaha melawan kantuknya. Karena tidak ada respon ia pun mematikan lampu kamarnya dan mulai beranjak ke tempat tidurnya, dengan segera Melani mulai terlelap lagi.
"Fyuh... Untung aja tuh anak goblok. Hahaha percuma cantik cantik, kaya tapi goblok." Ucap orang itu dalam hatinya dan segera berganti posisi karena rasanya tidak nyaman harus mengumpet di belakang gorden jendela yang lumayan besar sampai menutupi seluruh tubuh orang itu. Dengan cepat orang itu mengeluarkan sebuah gunting kuku dan sebuah gunting dan tak lupa stapless kesayangannya, lalu ia berpikir sebentar " Aha! Gue harus cari lakban nih masa gue ngebongkar identitas gue." Gumam orang itu dengan suara yang hampir tidak terdengar. Orang itu segera mencari lakban dan akhirnya menemukan lakban tersebut di meja belajar pada kamar Melani, dengan gesit ia langsung melakukan dua hal sekaligus yaitu menempelkan lakban pada mata Melani dan pada mulut Melani sehingga Melani tidak dapat berteriak ataupun melihat, lalu orang tersebut mengikat tangan Melani dengan lakban yang ia temukan tadi. " Ah. Kelar juga, nah sekarang bagian yang paling menyenangkan." Bisik orang tersebut di telinga Melani dengan suara yang dibuat buat sehingga membuat bulu kuduk Melani terangkat semua dan mulai menangis yang disusul rintihan kesakitan. " Shh... Jangan berisik ya..." Kata orang itu lagi dengan segera menggunting rambut Melani dengan berantakan atau asal asalan dan beberapa menjadi botak. " Yah mau gimana lagi... Sorry yah tapi ini balasan gue karena elu pernah ngatain gue tentang penampilan gue yang jelek." Kata orang tersebut. Melani bahkan bisa membayangkan bahwa orang itu sedang tersenyum sinis kepada nya. Tak hanya sampai disitu orang tersebut lalu memakai gunting kukunya " Eh gue tadi mau guntingin kuku elo tapi rasanya terlalu biasa, jadi gimana kalo kita seneng sedikit lagi?" Tanya orang tersebut tanpa menunggu jawaban Melani yang berusaha melarikan diri dan tiba tiba darah mengucur dari kepala Melani, karena orang tersebut menggunting beberapa bagian dari kepala Melani yang botak. Melani pun berteriak kesakitan. " TOLONGG! ". " Sudah kubilang jangan berteriak!". Orang itu pun menampar Melani sampai pipinya merah.
" Hei! MELANI!" Teriak Louis dengan suara kakinya yang terdengar semakin keras. Orang itu segera memukul kepala Melani hingga Melani pingsan, orang itu pun segera keluar dari jendela dan turun ke bawah lalu kabur.
"Mel! Mel!" Seru Michelle berusaha membangunkan Melani.
Melani PoV.
Melani ingin membuka matanya tetapi matanya terlalu berat untuk dibukanya, kegelapan pun menelan dirinya seorang diri tanpa siapapun disampingnya. Lalu tiba tiba ia mendengar suara seseorang memanggil namanya yang diderai dengan isak tangis, ia pun berusaha membuka matanya, dan akhirnya setelah hampir 15 menit mencoba akhirnya ia sadar.
" Melani... Elo k-kenapa? " Tanya Michelle tergagap gagap dan langsung memeluk Melani walaupun dengan kondisi Melani yang berlumuran darah. " Tadi ada orang d-dateng t-terus dia mau bunuh gue, tapi kalian untungnya dateng." Kataku ketakutan dan dengan suara yang kecil. " Aduh kok jadi gini semua sih. Kayaknya kematian ngikutin kita terus nih." Kata Louis sambil berpikir dengan keras. Lalu mereka semua langsung mengobati Melani dengan gesit." Yaudah untuk hari ini kita tidur bareng di kamar ini aja. Jangan sendiri - sendiri nanti kejadian lagi. " Kata Rere mengusulkan yang lalu disetujui semua orang. " Gue takut..." Bisikku kepada mereka. " Udah tenang kita bakal bareng bareng." Kata Michelle mencoba menenangkan Melani yang masih ketakutan
-----------
Holaa... Maaf udah lama kaga update.
Jangan lupa ngevote, comment dan lain lain wkwkwkwkwk.
823 words
Baiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Scream
Mystery / ThrillerCobalah kamu berpikir secara logis. Apakah rasanya menyenangkan disakiti, dijauhi? Tentunya tidak, bukan? Tapi bagi para pelaku disarankan untuk berhati - hati, karena anda mungkin tidak tahu siapa sebenarnya orang yang anda bully. Bisa saja ia anak...