Siput

153 4 0
                                    

"Lak udah jam berapa ini buruan!"

"Sipuuut!!"

"Kilak lama amat sih ayoo cepetaan!"

"Lak abang ga mau mati muda gara-gara tiap hari omelin kamu terus!"
"Akilaaa!!"

"Hitungan ketiga abang tinggal"
"Satu.."

"Iya baang Kilak dateng nih" ucap Akila sambil tergesa-gesa.

"Bekalnya udah?" tanya Dika datar

"Udah kok bang."

Hening. Diam-diam Akila melirik Dika yang sedang fokus menyetir.

"Bang maafin Kila ya selalu bikin abang emosi.. " Akila tertunduk. Perlahan tatapan Dika melembut.

"Gapapa siput, asal jangan diulangi lagi ya.. " ucap Dika penuh kasih sayang.
"Ntar minta dijemput jam berapa?"

"Jam 3 kaya biasanya lah bang .." bibir Akila mengerucut. Dika hanya terkekeh pelan melihat tingkah adiknya.

"Eh kalo udah minta maaf gaboleh cemberut gitu wlek" goda Dika sambil menoel pipi Akila.

"Kila turun ya bang, Assalammualaikum!"
"Waalaikumsalam, jangan lupa sholat!!!!"
Ucapan Dika hanya dibalas anggukan oleh Akila.

   Saat Dika hendak menyebrang jalan, ia melihat siswi SMA yang bajunya tidak sopan. Kemeja ketat, rok diatas mata kaki. Dika hanya bisa beristighfar dalam hati. Inilah yang ditakutkan seorang Narendra Dika. Ia takut jika Akila salah pergaulan. Yah, meskipun Dika bukan lulusan pesantren, tapi Dika tahu betul bagaimana hukum Islam.

-------------------

"Lama banget sih bang jemputnya?!" tanya Akila grusah-grusuh.

"Maafin dong laak, kan tadi abang masih ada kerjaan"

"....."

"Lak udah sholat?" Dika melirik Akila yang sedang bersungut-sungut.

"Hm"

"Hm itu udah apa belum sipuuuttt"

"Udaaah! Lagian yg ditanyain itu mulu. Sebel tau" nada Akila meninggi.

"Kamu aja bangun pagi susah, gimana abang ga khawatir sama sholatmu?"

"......."

"Lak?"

"......"
Hening. Tidak ada jawaban.

"Nyate yuk Lak!"
DOR! Pertahanan Akila runtuh.

"Em, itu kata Rizal sate di Jl. Pahlawan enak" akhirnya Akila membuka mulutnya.

"Rizal siapa?" nada Dika berubah mengintrogasi.
"Temeen. Tau ah kan mulai" Akila kembali mengerucutkan bibirnya.
"Ya kan abang cuma mau ngingetin, pacaran itu haram."

Setelah hampir 15 menit mereka pun sampai di kedai sate.

"Yakin Lak mau makan disini? Banyak orang pacaran tuh, zina mata" ucap Dika risih.

Akila menatap Dika dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan menyelidik. Tak lama bibirnya melengkung membentuk senyuman.

"Not bad. Yuk pacar kita makan!"
Dika tertawa terbahak bahak melihat tingkah adiknya.

"Pelan-pelan dong kalo makan, jilbabnya kena bumbu sate tuh."
Akila tak menghiraukan ucapan Dika.
"Doyan apa doyan put wkwk" lagi lagi Dika tertawa karena kelakuan Akila.

   Diam-diam Dika menerawang jauh ke atas. Andaikan.. Jika orang tua mereka masih ada, mungkin ini terasa lengkap. Ya,orang tua mereka meninggal saat menjadi relawan di Palestina, tepatnya di Nahal Oz. Orang tua mereka benar-benar zuhud,hingga mereka rela jihad melindungi Palestina dari serangan binatang laknatullah.

"Bengong mulu! Pantesan jomblo hihihi" ucapan Akila membuyarkan lamunan Dika.

"Yeee, jomblo yang dinaungi Allah di padang mahsyar niihh wlek" balas Dika tak mau kalah.
"Udah ah yuk pulang, asharnya abang yang imamin."

Akhirnya mereka pulang sambil bergandengan tangan.

Akila.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang