Ajari Aku Ikhlas

42 3 0
                                    

"Yah kok berangkat besok sih Lak.. Ntar abang cium siapa hayo pas selesai akad?" rengek Dika.

"Gini ya, kalo aku mau pergi aja ditahan-tahan, kalo ada di marah-marah. Tau ah sebel. Ya cium istri abang lah, kan udah sah wlek" jawab Akila

"Ntar pesta sate deh" Dika tidak menyerah

"Berfoya foya itu hukumnya HA-RAM."

Dika bungkam. Ia sudah kehabisan cara untuk menahan Akila agar tidak berangkat ke Makkah besok pagi.

  Jadwal yang mengejutkan, seharusnya 1 bulan lagi Akila berangkat. Tapi tiba-tiba 5 hari yang lalu Akila menerima telfon bahwa jadwal dimajukan. Padahal 3 hari lagi Dika akan melangsungkan pernikahan.

"Abang Dikaku sayang, Akila mau jihad loh. Masa ditahan? Kan untung kalo Kila bisa lebih awal disana, bisa jalan-jalan dulu muterin ka'bah hehe. Meskipun badan Kila ga ada di sini, tapi doa Kila ngikut kok kemanapun bang Dika pergi."

Dika tersentuh dengan perkataan Akila. Setetes demi setetes air mata Dika jatuh. Dika menarik Akila kedalam pelukannya.

"Yee calon pengantin pria nangis yaampun cemen banget hahaha"

"Biarin, nangisin adek sendiri kan sah aja kaga dosa wlek"

Dika semakin mengeratkan pelukannya. Lama-lama Akila terlarut juga dengan suasana.

"Bang Dika jangan lupa doain Kila ya biar bisa barokah ilmunya" muka Akila memerah penuh air mata.

Malam yang biasanya penuh dengan cekcok dan bunyi ketomprangan barang jatuh, kini hanya terdengar isak tangis Dika dan Akila.

--------------------------

  Air mata Akila tak dapat dibendung lagi ketika kakinya menapak di Makkah. Kota dimana diriwayatkan di Quran merupakan kota suci, kota Haram. Akila bersimpuh sujud syukur. Tak henti hentinya mulutnya mengucap hamdalah.

'YaAllah, Ya Karim, Alhamdulillah, Allah Allah'

Kegiatan Akila dimulai dengan sholat Dhuhur berjamaah. Ia mendapat banyak sekali kenalan dari berbagai penjuru dunia. Seperti Turkey, Dubai, banyak sekali.

  Saat Akila hendak mengambil sabun dari kopernya, ada kertas putih terlipat rapi jatuh. Karena penasaran, akhirnya Akila membuka kertas itu.

ABANG GA RIDHO KAMU MAIN SAMA COWO

  Hampir saja Akila terjengkang. Tanpa nama pun ia sudah tau siapa penulis kertas itu. MashaAllah, abangnya benar-benar hebat.

"MashaAllah, aku lupa!"

Dengan cepat Akila mengambil ponselnya dan mengetik pesan.

Teruntuk abangku Dika,

  Cie yang itungan jam udah sah. Selamat ya bang, semoga sakinah mawaddah warahmah. Andai aja aku bukan adeknya bang Dika, pasti dari dulu aku yang ngebet ditaarufin wkw.
Bang Dika yang selalu sabar sama tingkahku, Akila punya rahasia yang Kila sembunyiin dari abang. Kila minta maaf udah main rahasia"an. Kila tau kok, dari SMA, bang Dika ga pernah putus Tahajjud, dan disetiap Tahajjud bang Dika selalu nangis doain Kila.
  Sebenernya dulu pas berangkat nonton konser, Kila semobil sama Zukruf, dan Kila.. Kila copot kerudung bang.. Maafin Kila bang.. Kila juga sempet deket sama Zukruf.
  Sekarang terserah abang, abang mau apain Kila. Tapi demi Allah Kila udah berubah bang. Kila juga ga mau ngajuin pembelaan. Disini murni salah Kila.
  Cuma itu yang mau Kila sampein. Maaf kalo abang ngerasa gagal ngedidik Kila. Abang ga gagal, Kila nya yang nyeleweng.

Akila.

Akila mengirim pesan itu sambil menangis. Lega rasanya, tidak ada lagi hal yang perlu disembunyikan.

-----------------------

Pagi sudah mulai menampakkan sinarnya. Beda dengan penghuni kamar nomer 211 ini.
Kalau habis sholat subuh tidak tidur bukan Akila namanya.

Tut tut tut tut

Mata Akila mengerjap.

Aisyah calling

"Assalammualaikum, halo ada apa syaa?" tanya Akila malas

"Lak emang bener kamu udah di Makkah? Yah padahal seminggu lagi aku mau nikah. Gabisa dateng dong ya?"

"Hah sumpah mau nikah? Sama siapa? Wah selamat selamat" seketika rasa kantuk Akila hilang.

"Sama Zukruf Lak, temen SMA kita dulu"

Prak! Reflek ponsel Akila terjatuh.

Sama Zukruf Lak
Sama Zukruf Lak
Sama Zukruf Lak

Kata-kata Aisyah terngiang di telinga Akila. Tanpa permisi, air mata Akila lolos lagi.

'Ya Allah, ujian apa lagi ini?'

  Kaki Akila serasa melemas, tak mampu menahan berat badannya lagi. Akila meraih ponselnya yang terjatuh tadi lalu menekan beberapa nomor.

"Ada apa Lak pagi-pagi telfon?"

"Bang, ajari aku ikhlas."

Akila.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang