Part 29 : Duet

77 19 1
                                    

"Ta, gimana Resi mau ikut ngeband lagi kan?" tanya Darel sambil melahap baksonya.

"Ga tau Rel, udah gue ajakin berkali-kali tapi tetep aja dianya ga mau.." jawab Sita dengan wajah memelasnya.

"Padahal gue pengen ikut," sambung Sita.

"Eh iya Ta, di kelas 10 cuma kita doang loh yang mau tampil ngeband di pensi." ucap Darel.

"Serius? yang lain?" tanya Sita sedikit terkejut.

"Rata-rata kelas 11." jawab Darel. Sita hanya beroh-ria mendengar jawaban Darel.

"Ah kalo Resi mau ikut aja, kan bagus bisa duet sama si Rezki, lagian kenapa sih sama tuh anak dua, beda banget, ga kayak biasanya." gerutu Sita.

"Ga tau gue juga, mungkin ada problem.." jawab Darel sambil mengangkat bahunya.

-----

"Isshh ..!! ko gue jadi ga konsen gini sih.." ucap Resi dengan melempar novelnya ke atas meja. Ya, saat ini ia sedang berada di perpustakaan. Ia rasa tempat ini bisa membuatnya lupa terhadap semua kejadian yang saat ini berkumpul di otaknya, termasuk kejadiannya bersama Rezki. Namun nyatanya tidak, biasanya dengan membaca novel di perpustakaan yang selalu sepi bisa membuatnya lupa akan segala hal, tapi saat ini ia malah tidak konsen pada novel yang ia baca karena pikirannya sekarang entah ada dimana. Ah Rezki, nama itu yang selalu terngiang di pikirannya.

"I hate like this, I do not know why he was like that .. God help get rid of him in my mind.." lirih Resi lalu mengambil novelnya kembali dan berjalan menuju tempat peminjaman buku. Sudah terlihat dari jauh, bu Widi sedang menuliskan sesuatu di bukunya. Yaa mungkin sedang menulis pekerjaannya. Mungkin. Ngomong-ngomong, bu Widi itu penjaga perpustakaan. Kalau siswa mau minjam atau mengembalikan buku, yaa pasti ke bu Widi. Beliau juga terbilang masih muda, karena dia baru saja lulus kuliah dan belum menikah, jadi kalau diajak curhat juga nyambung. Termasuk Resi, ia begitu akrab dengan bu Widi semenjak ia rajin baca novel ke perpustakaan. Kadang mereka mengobrol berdua pada jam istirahat, ketika Resi memilih ke perpustakaan dibanding ke kantin. Sekilas obrolan tentang bu Widi. Cukup tau aja tentang dia.

"Bu saya mau minjem novel ini.." ucap Resi sambil menyerahkan sebuah novel karya penulis terkenal.

"Satu aja Res?" tanya bu Widi.

"Iya Bu, satu aja." jawab Resi.

"Ohh oke," ucap bu Widi. Ketika ia menuliskan tanggal pengenbalian buku tiba-tiba Resi berbicara,

"Bu kalau boleh tanggal pengembaliannya lamain yaa, jangan tiga hari Bu.. takut belum beres kan ga seru kalau cerita digantung.. digantung ga enak loh Bu.." ucap Resi dengan wajah dimelas-melaskan.

"Kamu bisa aja. Yaudah nih Ibu lebihin.." ucap bu Widi.

"Hehe.. makasih ibu cantik," ucap Resi melenggang pergi meninggalkan bu Widi yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

----

"Eh Res, dari mana aja lo? tadi katanya mau nyusul ke kantin?" tanya Sita ketika Resi sudah duduk di kursinya.

"Hehe.. sorry Ta, tadi keasyikan baca novel di perpus jadi lupa deh ke kantin.." ucap Resi berbohong, padahal ia sama sekali tidak fokus saat membaca novel, karena dipikirannya hanya ada Rezki, Rezki, dan Rezki.

"Kebiasaan deh lo." ucap Sita yang dijawab kekehan oleh Sita.

"Tes tes.. Panggilan kepada Rezki Pratama Yudha dan Resi Anindhita Wigya ditunggu di ruang OSIS sekarang."

"Eh Res lo dipanggil sama si Rezki.." ucap Sita sedikit terkejut.

"Iya gue juga denger, kenapa ya gue di panggil?" tanya Resi.

"Yaa mana gue tau.." jawab Sita sambil menaikkan bahunya.

Resi melirik ke arah sampingnya, disitu Rezki sudah berdiri hendak keluar.

"Bu tadi saya dipanggil, saya izin keluar Bu" ucap Rezki.

"Saya juga Bu, tadi dipanggil." ucap Resi yang langsung bangun dari duduknya.

"Ohh oke, silahkan" ucap guru yang sedang mengajar di depan. Mereka berdua pun keluar meninggalkan kelas. Mereka berjalan tidak beriringan. Resi berjalan di belakang Rezki, sedangkan Rezki sudah berjalan di depan mendahului Resi. Dengan keraguan yang melanda pikirannya, akhirnya Resi memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu yang sudah lama mengganjal dalam hatinya.

"Ki, lo kenapa sih?" tanya Resi sambil menatap punggung tegap yang ada dihadapannya.

"Kenapa gimana?" ucapnya datar namun tenang.

"Lo beda, lo bukan lo yang gue kenal sebelumnya.." lirih Resi.

"Gue emang gini," ucapnya masih datar tanpa menengok ke belakang.

"Apa gue punya salah sama lo sampe sikap lo dingin lagi sama gue?" ucap Resi yang membuat Rezki menghentikan langkahnya. Resi pun berhenti tepat di belakang tubuh tegap dan tinggi milik Rezki.

"Kenapa? please jawab pertanyaan gue.." lirih Resi yang berjalan ke depan lalu menghadap ke arah Rezki, tepat di depannya.

"Nanti juga lo tau, dan inget satu hal, ini bukan salah lo.." ucap Rezki yang langsung berjalan lagi menuju ruang OSIS. Resi? Ia hanya diam, tidak ingin bertanya lagi, karena jawaban itu cukup untuk dirinya saat ini, walaupun dalam hati kecilnya masih banyak pertanyaaan dan jawaban tadi masih belum cukup untuk menjawab semuanya.

sesampainya di depan ruang OSIS, Rezki langsung mengetuk pintu. Tak perlu menunggu lama, Hilza, selaku wakil ketua OSIS langsung membukakan pintunya dan menyuruh mereka berdua untuk masuk. Di dalam sudah ada Ganiel; ketua OSIS di sekolahnya.

"Maaf sebelumnya kalau kakak mengganggu aktivitas belajar kalian. Langsung aja, berhubung dari kelas 10 hanya ada 1 yang mendaftar maka dari itu kakak pengen kalian jadi tampil. Karena teman kalian, Darel ya, dia sudah bilang kalau kalian tidak jadi ikut di band ini, apa benar? " tanya Ganiel.

"Emm benar Kak, saya berubah pikiran. Saya tidak jadi ikut tampil di pensi nanti." jawab Resi.

"Kenapa memang? " tanya Hilza.

"Karna saya tidak bisa menyanyi Kak.. " ucap Resi.

"Kalau kamu mau kan? " tanya Ganiel pada Rezki.

"Ga tau Kak. Sepertinya tidak. " jawab Rezki.

"Kenapa? Karna ga bisa nyanyi juga? " ucap Ganiel.

Rezki hanya terdiam. Sebenarnya bukan itu alasannya. Alasan utamanya adalah gadis yang sedang duduk disampingnya ini. Jujur, ia merasa gugup jika di dekat gadis itu, apalagi jika harus berduet di atas panggung pensi yang akan ditonton oleh seluruh siswa di sekolah.

"Gini-gini, sebenarnya bukan hanya kita yang ingin kalian tampil, ini juga perintah kepala sekolah karna beliau tau kalau di kelas 10 hanya ada satu grup yang mendaftar, dan ketika beliau tau kalau kalian mengundurkan diri, beliau meminta kami untuk mengajak kalian kembali.. " jelas Ganiel panjang lebar.

Resi masih terdiam dengan berbagai pikirannya. Hingga suara berat itu menyadarkan Resi dari lamunannya atas kalimat yang baru dia ucapkan.

"Baiklah kalau itu permintaan dari bapak kepala sekolah saya mau tampil di pensi.. "

BAAMMM

Resi benar-benar terkejut mendengar ucapan Rezki barusan. Kini ia bingung, apa ia harus menyetujui permintaan dari ketua OSIS atau tidak karena ia tidak ingin lagi berurusan dengan Rezki.

"Jadi bagaimana dengan kamu, Resi? " tanya Ganiel.

"Dia juga mau kak. " jawab Rezki yang membuat mata Resi membulat penuh.

*****

Haii.. Maaf ya kalau ga sefeeling sama kalian 😔 karna ini yang aku bisa😃

Terus baca ceritaku yaa, jangan lupa vomment nya😊

Diary Resi For Rezki [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang