001

115 9 4
                                    

Karena jika memang berjodoh, sejauh apapun ia berkelana, ia pasti akan kembali pulang.

****

Sinar Mentari mulai menyelinap melalui celah gorden saat Deandra masih terlelap. Widiarti-mamanya-memanggil manggil Andra sejak tadi tapi tidak ada jawaban. Segera ia melangkah dari dapur menuju kamar Andra untuk membangunkan anak gadis semata wayangnya.

"Andra!! Kamu mau sekolah atau nggak sih, " hardik mamanya kepada Andra.

Andra hanya menyipitkan matanya lalu menarik selimut dan kembali tidur.

"Oke, uang jajan akan mama potong sebulan kedepan, " gertak Widiarti.

Andra yang mendengar uang jajanya akan dipotong segera bangkit dari sleeping beauty nya,

"eh, mama jangan gitu dong ini juga mau bangun. Nanti, kalo di potong Andra bisa busung lapar ma. Andra kan makannya banyak,perut Andra kayak kadut kan kata mama!".

Widiarti hanya mendengus kesal mendengar jawaban putri kesayangannya dan melenggang pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Andra yang sudah terlanjur bangun harus segera bersiap sekolah jika tidak ingin mendengar amukan macan betina-mamanya-di pagi hari. Sampai di kamar mandi ia menatap air di bak mandi dan mencelupkan jarinya ke air,

"Buset ini aer apa es dingin banget" celetuknya dalam hati.

Karena ia takut kesemutan-ngeles-akhirnya Andra hanya cuci muka, sikat gigi dan bersih-bersih. Jorok memang, namun itu tak masalah bagi seorang Deandra, baginya yang penting ia terkena air itu sudah cukup meskipun hanya wajah dan mulut. Deandra melangkah keluar kamar dan mendapati seragam sekolahnya telah disetrika rapi, tentu saja oleh mamanya. Ia merasa sangat dimanja oleh kedua orang tuanya namun ia tak memungkiri bahwa ia menikmati semua perlakuan orang tuanya. Deandra langsung menyambar seragam sekolahnya dan bergegas memakainya. Setelah selesai bersiap, ia segera melangkah menuju meja makan untuk sarapan bersama mama dan papanya.

Di meja makan sudah ada papa nya yang sedang membaca koran dan mamanya yang menata meja makan.

"Nah gitu dong Ndra, cewek itu harus rajin. Ini bangun aja males, mau jadi apa kamu nanti," cerocos mamanya sembari menata meja.

Papanya-Broto-hanya menatap sambil terkekeh. Andra hanya nyengir kuda. Mereka melewati sarapan dengan tenang, hanya terdengar suara alat makan yang bersenggolan.

Setelah selesai makan, Andra berpamitan kepada kedua orang tuanya,

"pa ma Andra cuss ya, Assalamualaikum, lop yu all muah" seru Andra dengan riang gembira setelah mendapat uang saku.

"Kebiasaan, udah dapet uang saku aja gayanya lop yu ol segala, dasar Andra," celetuk mamanya tanpa sadar.

Segera ia melesat pergi ke sekolah dengan sepeda motor kesayanganya setelah bersalaman dengan mama papa.

Pukul 06.45,ia tiba di parkiran sekolahnya yang megah nan Indah. Yap, itulah SMA Bhakti Bangsa sekolah swasta yang cukup terkenal di daerah ini.Yang notabene muridnya high class semua. Yah, kecuali Deandra Hardiany, ia hanya gadis dari keluarga sederhana. Ia bisa bersekolah di SMA Bhakti Bangsa karena mendapatkan beasiswa.

Brugh!

Deandra tertegun melihat helm biru dongker kesayangannya jatuh dari motornya.

"Sialan, lo kira helm ini gak beli apa. Mahal o'on! ",rutuknya dalam hati.

Patra mendengus sebal karena spion motor sportnya menyenggol helm seseorang. Ia mengambilnya dan mengembalikan ke tempat semula. Setelah ia mendongak ternyata sang empunya masih di sebelah motornya. Sontak ia kaget dan langsung merubah raut wajahnya menjadi datar lagi.

"Sori, ga sengaja." ucapnya acuh tak acuh. Lalu pergi meninggalkan Andra.

"Kampret emang, ga merasah bersalah banget sih. Dasar muka rata! " desis Andra. Ia pun mengecek keadaan helmnya, ia bersyukur ternyata tidak ada bagian yang rusak.

Deandra segera menuju kelasnya yang berada di lantai tiga bersebelahan dengan lab komputer dengan hati sedikit jengkel.

"Assalamualikum wahai teman-temanku, " seru Deandra saat memasuki kelas XII-IPS1 dengan riang untuk menutupi bad moodnya.

"Wa'alaikum salam, " jawab seisi kelas srempak.

"Idih gilak, tumben temenku akrab banget masak meja satu dibuat nulis 5 orang, seneng deh liatnya, tapi kasihan mejanya jadi reot noh," ucap Andra ketika melihat temannya bahu membahu menyalin pr PPKn.

Temannya hanya nyengir gak jelas sambil menyalin pr PPKn dari buku tulis Sita-perwakilan CCWK sekolah.

"Eh Ndra, emang lo udah ngerjain? Bagi dong, kita kan sohib, " cerocos Cicil sahabatnya sejak kelas X sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ah elah cil, santai kali, tuh ambil aja di tas, punya gue udah selesai, " jawab Deandra santai.

Namun, ada satu orang yang tidak terpengaruh sama sekali dengan candaan dan ocehan Andra yang terdengar seperti toa masjid. Bahkan, melirik pun tidak.

Dia laki-laki yang duduk di bangku nomor dua deret Selatan. Yang tadi menjatuhkan helm kesayangannya.

Ya dia, dia yang selalu membuat Andra jengkel dan penasaran.

Entah mengapa lelaki itu tidak pernah mau berbicara dengan Andra, ia bersikap sedingin es kepada Andra namun sehangat mentari kepada yang lainnya. Andra menjadi pengecualian dalam hidup lelaki itu.

Andra adalah mood breaker bagi lelaki itu.

Apa karena kejadian itu?

--------------------- 00 --------------------

~~~~Hai hai para readers, aku baru nyoba bikin cerita nih, semoga kalian suka ya, maklum ya kalo aneh soalnya newbie nih 😄~~~~

To Be With You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang