005

50 7 2
                                    

Karena jika memang berjodoh, sejauh apapun ia berkelana, ia pasti akan kembali pulang.

*****

Deandra pov

Syukurlah hari ini penderitaanku berakhir. Terutama mata pelajaran Bahasa Jepang. Sekilas tadi aku melihat dia tersenyum padaku ketika aku akan kembali ke bangku tempatku duduk. Apakah benar dia tersenyum padaku? Entahlah aku tak mau ambil pusing. Saat ini sudah pukul 13.15 bel pulang sudah berbunyi 5 menit lalu. Aku segera mengambil helm kesayanganku dan berjalan ke parkiran karena tadi Naufal berjanji akan mengantarku pulang.

Aku berjalan menyusuri koridor lantai satu yang mulai terlihat sepi. Terlintas lagi pertanyaan Naufal tiga hari yang lalu. Kamu mau nggak balikan sama aku? Sebaris pertanyaan itu yang membuatku tak enak berdekatan dengan Naufal. Tapi apa daya, aku tidak membawa motor dan uang sakuku juga sudah habis untuk membayar kas kelas. Jadi aku harus menerima ajakan Naufal untuk pulang bareng.

Naufal sudah terlihat melambai dari atas motornya, aku pun segera menghampirinya.

"Hai kak, langsung pulang yuk, " kataku sedikit canggung.

"Oke bosqu, " balasnya ramah.

Aku segera naik ke motor sport Naufal dan ia langsung tancap gas untuk mengantarku pulang.

Saat berhenti di lampu merah, aku melihat ke arah kafe di pinggir jalan terlihat spasangan muda mudi yang saling diam terlihat canggung untuk berbicara persis seperti apa yang ku rasakan kepada Naufal. Kecanggungan.

Hatiku bimbang, aku ingin segera mengakhiri kecanggungan ini namun aku takut Naufal tidak bisa menerima jawabanku.

Dari kejauhan aku melihat tukang es dawet Ayu langgananku, tempatnya di pinggir jalan namun rasa es nya enak sekali.

Aku memberanikan diri mengajak Naufal berhenti untuk membicarakan pertanyaannya kemarin dan untuk mengakhiri kecanggungan ini.

"Eh kak kak, ada tukang es langganan aku tuh. Berhenti yuk, minum dulu sekalin aku mau ngomong, " kataku seraya menunjukkan tukang es yang berada 10 meter di depan kami.

"Oh kamu pengen es, oke deh sekalian ngomong, " jawab Naufal.

Setelah Naufal memarkirkan motornya di samping gerobak es, aku segera memesan dan mncari tempat duduk. Tidak lama kemudian Naufal ikut duduk di sebelahku. Aku hanya diam, takut untuk memulai pembicaraan.

"Eh ndra, katanya mau ngomong. Ngomong aja, " kata Naufal memulai pembicaraan.

"Ha? Eh anu, itu kak apaan sih tadi lupa mau ngomong apa hehe, " jawabku kikuk.

"Yeh, kok gitu aneh deh. Kalo udah inget ngomong aja ya, " balasnya.

Aku tidak menjawab karena Mang Adun datang membawakan pesananku tadi. Kami menikmati es dawet Ayu ini dalam diam tanpa obrolan sama sekali.
"Kak, aku mau jawab pertanyaan kemaren, " ucapku lirih.

"Uhuk ukh, hah, apaan ndra? Sori aku keselek, " jawab Naufal terbatuk batuk.
"Aku mau jawab pertanyaan kemaren kak. Dan jawabanku gak bisa. Aku gak bisa balikan, " balasku cepat tanpa menatap mata Naufal.

Apakah Naufal akan marah, atau dia akan meninggalkanku di sini. Bodo amat yang terpenting aku sudah meluruskan keadaan canggung ini, pikir Andra.

To Be With You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang