Langkah gadis itu terhenti, ia melihat pria itu, melihat balik kearahnya, berdiri didepan gerbang sekolah.
Senyumnya? jangan ditanya lagi, sangat manis.
"Hai." Sapa Aidan.
"Ngapain?" Tanya Deira dengan wajah yang sangat heran.
"Nunggu masa depan."
Gadis itu semakin heran dengan jawaban Aidan, wajahnya melihat kearah kiri dan kanan, tidak ada perempuan lagi selain dirinya, hanya ada sekumpulan pria yang sedang berkumpul.
"Masa depan kamu?" Tanya Deira sembari menunjuk kearah gerombolan pria didepan gerbang yang sama.
"Hem."
Deira tidak mengerti dengan apa yang Aidan katakan, selalu begitu.
"Hari ini pengumuman kelas." Ucap Aidan.
"Kata siapa?"
Aidan tertawa mendengar pertanyaan gadis itu. Deira masih saja tidak mengerti, jika keluarga Aidan yang mempunyai sekolah ini, sudah pasti Aidan mengetahui semua informasi tentang MOS dan hal lainnya.
Mereka melangkahkan kaki kearah mading yang tak jauh dari tempat mereka sekarang. Untuk mencari informasi kelas mereka, tidak tahu dimana.
makannya dicari juga ehehe.
Terlihat banyak sekali siswa yang berdiri didepan mading, semua ingin mengetahui letak kelasnya, berada dimana, apakah kelas unggulan atau kelas yang biasa saja.
Deira Deandra [X IPA I]
"Mimpi deh, serius ini mimpi." Ucapan gadis itu sembari menampar pipi kanannya.
Aidan yang melihatnya hanya tersenyum manis kearahnya.
"Kamu?" Tanya Deira kepada Aidan.
Aidan Adnan [X IPA 8]
"Wah, Aidan liat ketidakadilan disekolah ini, masa aku yang pinter kalah sama kamu yang lemot sih." Jawaban Aidan membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak, bukan karena pernyataan Aidan, tetapi karena pria itu menyebut dirinya dengan kata Aidan, terdengar geli bagi Deira.
Jarang sekali gadis ini tertawa, dimana tertawa juga terlihat seperti tidak ikhlas.
"Untuk semua murid kelas sepuluh yang telah mengetahui kelasnya, dipersilahkan untuk masuk kedalam kelas, jika belum mengetahuinya, bisa kalian lihat dimading, didepan ruang guru satu, terimakasih."
"Yah." Kata Aidan sambil menunjukan wajahnya yang terlihat sedih.
Deira tidak mempedulikannya, ia langsung berjalan kearah kelas barunya itu.
Senyum diwajahnya mulai terukir kembali, ia senang bisa ditempatkan di kelas unggulan, tidak sia-sia rasanya belajar pada saat daftar kesekolah ini untuk test.
Langkahnya terhenti, matanya membulat melihat seseorang diambang pintu, mengunyah permen karet, terdapat luka di dahi, senyuman yang manis, namun dengan rambut yang terlihat sedikit rapih dibandingkan waktu itu.
"Hai."
Iya, siapa lagi jika bukan Aidan. Gadis itu menyadari, langkahnya sangat lelet, sampai bisa dikalahkan oleh calon anak nakal ini.
"Ih."
Tatapan sebal Aidan dapat dari gadis itu. Pria itu membuang permen karet yang berada dimutnya kedalam tempat sampah disampingnya.
"Aku mau masuk." Ucap Deira.
Pria itu pun segera beranjak dari ambang pintu menuju kedalam kelas.
"Ngapain kamu masuk juga?" Tanya gadis itu.
"Nungguin masa depan duduk di kursinya." Jawab Aidan.
Masa depan, kata itu membuat sedikit rasa risih dikepala Deira, ia tetap saja tidak mengerti kenapa pria tersebut selalu bilang bahwa Deira adalah sebuah masa depan.
Seorang wanita yang kehadirannya tidak disangka-sangka masuk kedalam kelas. Dia adalah Bu Nana, guru mata pelajaran Biologi, sekaligus wali kelas X IPA 1.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa guru tersebut seluruh murid yang berada didalam kelas duduk dengan manis, terkecuali satu orang.
"Pagi juga bu guru yang cantik." Sapa balik salah satu pria memakai celana berwarna abu, iya dia adalah Aidan.
"Kamu kenapa ga duduk? Terus, maksudnya apa baru jadi murid udah ngegoda saya?"
Aidan tertawa kecil dan tersenyum kearah guru itu, sembari mencium punggung tangan Bu Nana.
"Saya masuk kelas saya dulu ya bu." Ucap Aidan yang diikuti langkah kakinya menuju pintu.
"Loh, kamu bukan kelas ini?" Tanya guru tersebut dengan wajah yang terlihat kebingungan.
"Saya kelas ipa delapan." Jawab Aidan sembari tersenyum kearah guru itu.
"YAAMPUN, KAMU KENAPA GAK BILANG, CEPET MASUK KELAS ATAU SAYA LAPORIN KE WALI KELAS KAMU, MAU?" Nada suara guru itu tiba-tiba membesar, membuat satu kelas terkejut oleh suaranya.
"Wah, kalem bu, iya saya masuk kelas, jangan kangen saya bu." Satu kelas itu tertawa mendengar jawaban Aidan, Termasuk Deira, Bu Nana tidak.
Pria itu melangkahkan kakinya segera mungkin kearah pintu, ia juga tidak mau terlambat masuk kelas sebenarnya, tapi sulit, sangat sulit rasanya untuk menjadi murid yang taat pada tata tertib bagi seorang Aidan.
Hati gadis itu sedikit tenang dengan kepergian Aidan dari kelasnya, tidak ada yang menggangunya lagi, namun hal yang tidak diinginkan Deira terjadi, belum genap semenit pergi dari kelasnya, Aidan melihat lagi kearah kelasnya dengan senyuman.
"SALAM BUAT YANG NAMANYA DEIRA."
Malu, itu yang Deira rasakan. Untung saja teman sekelasnya belum ada yang mengetahui namanya, membuat hatinya sedikit tenang.
Kelas pun dimulai, walau waktunya sedikit terlambat. Semua memperkenalkan dirinya satu per satu kedepan.
Ada yang terlihat malu-malu, sangat percaya diri dan masih banyak lagi.Semua orang memang berbeda, tidak ada yang sama walaupun mereka kembar sekalipun.
...
Holaa, minta vomment nya dungg wkwk💘
KAMU SEDANG MEMBACA
1998
Fiksi Remajacalon anak nakal -deira kamu, calon aidan -anak nakal ... "Jangan ganggu." "Engga, maunya ganggu." "Engga boleh." "Kenapa?" "Engga tau, pikir aja sendiri." "Kalo aku sendiri, kamu sama siapa? Kan kamu udah sengaja disepaketin di dunia ini, sama aku...