Malam ini Irene banyak melamun. Tawaran soal promosi itu memang menggiurkan. Siapa yang tidak mau jabatannya naik. Hanya saja Irene memikirkan bagaimana suaminya nanti. Setiap hari Selasa ia akan full di Jakarta. Banyak meeting juga dengan pusat yang mengharuskannya bolak - balik. Irene benar - benar bingung.
"Lo kenapa kak?" Tanya June
"Kagak Jun. "
"Lo ga bisa boongin gua kak. Lo bisa pasang fake face ke semua orang tapi ga mempan ke gua." kata June
"Lo tuh kepinteran baca muka orang Jun. Coba pinter juga di kampus." Ujar Irene
"Mau ngeles ya lo. Ceritalah Kak. Beban kalau dipendam sendiri ga baik." Kata June
"Nanti dah, gua cerita ke suami gua dulu."
"Wesss udah bersuami sekarang ya. Eh kaka Suho kok belum keliatan?" Ledek June.
"Dia ada meeting sama orang EO nya. Makanya gua masih di dapur jam segini karena tau pasti dia belum makan." Kata Irene
"Akhirnya kakakku si kebo betina ini berubah." Ujar June yang langsung kabur. Sebelum ada benda melayang ke kepalanya.
Benar dugaan Irene, suaminya belum makan malam. Untung intuisinya sebagai istri berjalan dengan baik. Jika tidak menyediakan makan Irene akan merasa sangat bersalah.
"Untung kamu pengertian ya sayang. Aku pulang malam masih disediain makanan." Kata Suho.
"Aku kan diceritain mama kamu. Biasanya kamu ga suka makan malam di luar. Makanya aku masak walau sederhana menunya." Ujar Irene.
"Ini lebih dari cukup kok. Aku bersyukur kamu selalu di rumah sebelum aku pulang." Kata Suho.
Kalimat yang sensitif di telinga Irene. Bagaimana ia akan menanyakan soal keputusan ikut promosi atau tidak. Ucapan Suho barusan saja sudah mengisyaratkan ia ingin Irene selalu seperti ini. Akhirnya Irene mengurungkan niatnya bertanya soal promosi jabatannya.
"Kamu mandi dulu , udah disiapin air anget sama baju tidurnya." Kata Irene.
"Makasih istriku." Ujar Suho.
Dan Irene pun semakin bingung. Apalagi melihat wajah Suho yang terlihat kelelahan setiap pulang kerja.
***
"Lo kenapa sih kak?" Tanya Mina
"Ga apa kok."
"Jangan - jangan lo lagi ngidam ya kak." Kata chen
"Ngga juga. Biarin aja gua begini." Kata Irene
Sejak pagi hari Irene memang terlihat badmood. Ia terlalu bingung. Antara memberi tahu soal promosi pada Suho atau langsung menolaknya. Irene tahu betul suaminya itu tak akan melarangnya. Karena, Suho bukan tipe orang yang diktator. Hampir dipastikan ia akan mendukung promosi jabatan Irene walau belum tentu hatinya iya. Ia tak akan mengatakan ketidak-setujuannya, bahkan ia akan menghindari topik pembicaraan soal itu.
"Ah ren kalau ga ditanyain kamu cuma nerka nanti nyesel sendiri. Apapun jawabannya kasih tau dia." Kata Irene menyemangati dirinya sendiri.
Semua teman sedivisinya merasa aneh. Tidak biasanya Kak Irene bersikap begini. Ia pribadi yang ceria dan jarang uring - uringan.
"Mina, nanti kalau lo nikah jangan jadi berubah 180 derajat kaya gitu ya. Pusing gua yang seruangan." Kata Taeil. Mina cuma melirik sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya.
***
"Tumbenan ngajak makan siang bareng?" Tanya Suho.
"Aku mau ngomong sesuatu." Jawab Irene
"Tumbenan di luar. Kan bisa nanti malam." Kata Suho
"Ini urgent."
"Coba omongin." Kata Suho,mimik wajahnya jadi lebih serius.
Irene menaril nafas panjang. Ada rasa takut Suho kecewa.
"Aku ditawarin promosi jabatan." Kata Irene
"Baguslah kalau gitu." Ujar Suho
"Tapi aku akan sering ninggalin bandung. Jadi aku pertimbangkan dulu karena semua tergantung izin kamu." Kata Irene
Suho diam. Tidak berkata apapun.
"Makan dulu aja. Kita bahas serius nanti malam. Aku pulang cepet malam ini." Kata Suho.
Kalimat yang bikin Irene pengen narik lagi ucapannya barusan.
***
Sampai di kantor Irene menelepon Baekhyun, sahabatnya untuk curhat.
"Takut gua baek." Rengek Irene
Najisun lo takut. Biasanya waktu pacaran cowok lo jadi susis semua.
"Ini suami gua. Harus gua hormatin lah baek. Pertama kalinya liat wajah Suho marah, serem."
Laki lo anaknya pendiem kalau marah pasti membara. Lo mendingan nurut aja
"Lo ga ada solusi ya."
Abis personality laki lo besa sama gua. Jadi ....
Irene memutus sambungan teleponnya. Sangat membuang waktu curhat pada Baekhyun, tidak menghasilkan solusi sama sekali.
Malam ini Irene bersikap tenang, walau sejak tadi jantungnya berdetak tak karuan karena takut.
"Aku mandi dulu ya." Kata suho. Seperti biasa Irene sudah menyiapkan keperluan suaminya.
Irene semakin was - was. Suho sudah duduk di sebelahnya.
"Kenapa mukanya tegang gitu kaya mahasiswa aku mau sidang skripsi?" Tanya Suho.
"Aku takut kamu marah." Jawab Irene
"Aku ga akan marah sayang. Jujur awalnya aku setuju aja kamu ambil promosi jabatan itu, karena kesempatan ga datang dua kali. Tapi setelah tahu kamu akan sering pergi, aku ga bisa ren. Karena kesempatan kita bareng juga cuma sekali seumur hidup. Waktu ga bisa diulang. Aku ga mau kehilangan momen disambut istri pas pulang kerja. Dimasakin tiap hari. Aku ga larang kamu kerja, selama masih di Bandung." Jelas Suho panjang lebar.
Irene malah meluk Suho. Dia terharu sama kalimat yang diucapkan suaminya. Memang benar setelah menikah prioritas utama bukan soal aku tapi soal kita.
"Kok malah meluk?" Tanya Suho.
"Aku takut kamu ga akan larang , aku taku kamu iya iya aja kaya pas deket dulu tapi kamunya ga sreg. "
"Kita udah nikah harus saling terbuka mengenai hal apapun." Kata Suho
Irene tersenyum dalam pelukan suaminya.
***
"Kok si kakak ga ikutan makan, Ma?" Tanya June
"Katanya mau ada omongan penting, urusan rumah tangga mereka." Jawab Mama
"Oooh mungkin ade mau jadi om ya Ma." Kata June
"Doain ajalah De. Mama juga pengen cepet nimang cucu." Kata Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga - (BJ X KJ) ✔
FanfictionKehidupan awal rumah tangga Irene dan Suho Cover by HYUNSUKVEVO #69 in SS [15052017] nabongseu©2017