Ngompol

14.4K 920 33
                                    

Yang di mulmed kira-kira gitulah visual Taca

---

Tatiana menunduk malu-malu sekaligus penasaran dengan Kania yang sedang tertidur di box bayinya. Kania dengan piyama berwarna kuning gading tampak damai. Setelah pertemuan tidak terduga dengan ibu kandungnya dan menangis, Kania langsung terlelap. Andai Tatiana mengerti bahwa tadi itu memang waktu-waktu tidur Kania sebelum nanti bangun sore hari. Padahal, dulu Tatiana lah yang selalu menemani Kania tidur menjelang sore.

"Sini, Nak. Mendekat ke sini," ajak Rissa pada menantunya. Rissa sudah berada di sebelah box bayi Kania. Sementara Tatiana berdiri di dekat pintu, di balik tubuh tegap sang suami.

"Katanya mau liat Dedek Kania, kok malah diem aja?" Kali ini Rakha yang berbicara. Kepalanya menoleh untuk melihat istrinya.

Tangan Tania mencengkeram kaus Rakha sambil berjinjit untuk mengintip ke dalam dari balik bahu Rakha. "Nggak nangis lagi?" tanya Tatiana berbisik di telinga Rakha.

Rakha tersenyum simpul mendengar pertanyaan Tatiana. Diambilnya tangan yang mencengkeram bajunya, lalu ia genggam. "Nggak kok. Kania lagi bobok," ujar Rakha menenangkan. Rakha menuntun Tatiana untuk mendekat ke ranjang tidur anak mereka.

Perasaan membuncah dirasakan Rakha ketika ia membawa Tatiana memasuki kamar pribadi mereka. Kamar di mana mereka memadu kasih setelah menikah, sebelum kecelakaan yang menimpa Tatiana dan menyebabkan istrinya seperti ini. Sebelum kecelakaan, keluarga kecil itu banyak menghabiskan waktu bersama di kamar ini.

Begitu Rakha dan Tatiana sampai di sisi box bayi, Rissa berbisik pada Rakha, "Mami tinggal ya."

Rakha menyahutnya dengan anggukan. Sebelum benar-benar pergi, Rissa sempat menepuk pundak Rakha sebagai dukungan pada anak kesayangannya.

Sepeninggal perempuan paling berjasa di hidupnya, fokus Rakha kembali pada dua perempuan berharga di dekatnya. Tatiana terlihat antusias menatap Kania. Tanpa kedip, mata Tatiana terus memandangi Kania yang terlelap.

Tangan Tatiana bergerak mencari tangan Rakha, meskipun tatapannya tidak lepas dari Kania. Digerakkannya tangan Rakha yang sudah ia genggam. "Rakha, lucu ya bayinya. Kalau tidur seperti boneka. Nggak seperti hantu."

Rakha balas menggenggam tangan Tatiana, sehingga tangan mereka bertautan. "Kamu mau pegang Kania?"

Tatiana menoleh mendengar pertanyaan berbentuk penawaran itu. "Taca boleh pegang bayi?" tanya Tatiana polos, walau begitu matanya terlihat berbinar.

Tatiana masih saja memanggil anak mereka dengan sebutan bayi. Biar saja dulu, Rakha yakin lambat laun Tatiana akan memanggil nama anak mereka, menyayanginya, bila perlu menyusui lagi seperti dulu. Rakha merasa kasihan pada Kania, yang sudah menerima asupan susu formula padahal dia masih berada di masa ASI eksklusif.

"Boleh, kamu boleh pegang Kania. Disayang ya Kanianya." Rakha membawa tangan Tatiana untuk mengelus rambut Kania. Lalu perlahan turun menuju pipi lembut Kania.

Ekspresi Tatiana begitu datar. Entah apa yang ada di pikiran 'anak kecil' seperti Tatiana. Tubuh dewasa yang terjebak di pemikiran usia lima tahun.

"Rakha," panggil Tatiana pelan. Tangan ibu satu anak itu masih dituntun tangan suaminya untuk membelai kening Kania.

"Hm?"

"Taca jadi ngantuk."

---

"Gimana, gimana? Taca udah mau terima Kania?" tanya Rissa saat melihat Rakha keluar dari kamar.

Mama KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang