Mimpi

8.1K 651 135
                                    

"Kha, kamu di mana sih?" tanya Tatiana dengan suara cemas saat mendengar nada sambung yang malah tersambung dengan suara pemberitahuan bahwa ponsel suaminya sedang tidak bisa dihubungi. Sudah belasan kali Tatiana mencoba menghubungi Rakha, tetapi belum juga berhasil.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dalam gendongan Tatiana, ada si kecil Kania yang sedang menangis kencang. Sementara di luar, hujan sangat deras disertai angin kencang dan petir yang saling sambar.

Tidak ada orang lain di rumah ini. Ibu mertuanya sedang menginap di salah satu sanak keluarga, sementara Bu Asih, pekerja di rumah ini, sudah pulang sejak pukul tujuh tadi. Rakha, suaminya, sudah sejak sejam yang lalu tidak bisa dihubungi.

Tatiana dilanda kepanikan menghadapi ini sendirian. Tatiana tidak mengerti mengapa putrinya yang cantik itu menangis. Disodori ASI pun Kania menolak, dan memilih untuk menangis. Popok Kania sudah Tatiana ganti, pakaian sudah bahan senyaman mungkin, begitu juga dengan suhu ruang yang diatur agar sejuk. Padahal suhu badan Kania tidak panas, bayi itu juga tidak sedang batuk atau pilek.

"Kania kenapa, Nak? Mama bingung, Sayang." Tatiana mencoba berbicara dengan Kania sambil terus menimangnya pelan. Tepat di saat itu, ponsel Tatiana berdering. Ada nama suaminya tertera di sana.

Sebelum mengangkat panggilan itu, Tatiana mengembuskan napasnya lega. Akhirnya suaminya menghubunginya balik.

"Kha, kamu di mana?" tanya Tatiana langsung, bahkan tanpa memberi salam.

"Ini siapa? Rakha lagi di kamar mandi."

Tubuh Tatiana mendadak kaku mendengar suara perempuan di seberang sana. Tidak mau berpikiran negatif, Tatiana kembali bertanya.

"Saya istrinya Rakha, Taca. Saya bicara dengan siapa ya?"

"Oh, saya Shera. Rakha lagi di kamar mandi ..."

"Baju aku mana ya, Sher?" tanya sebuah suara di belakang sana.

Tatiana tahu betul itu suara suaminya, Rakha. Tapi untuk apa Rakha bertanya di mana bajunya pada perempuan bernama Shera itu? Memangnya Rakha tidak pakai baju? Malam-malam menjelang tengah malam, hujan pula. Mau seberapa keras Tatiana berusaha untuk berpikiran positif, tetap saja pikiran jelek itu datang sendiri.

Tatiana langsung memutuskan panggilan itu. Tanpa terasa air matanya sudah mengalir di pipinya. Dipandanginya Kania yang tangisannya sudah mulai reda meskipun masih ada isak kecil. Kania pasti lelah sendiri karena terlalu lama menangis.

"Papa Kania itu ayah yang baik. Kania percaya sama Mama ya, Sayang," ujar Tatiana pelan lalu mengecup kening putrinya. Tapi mungkin bukan suami yang baik untuk Mama.

---

Pagi ini kembali heboh di kediaman Rakha. Bagun tidur tadi, Tatiana bangun sambil menangis. Yang anehnya, Tatiana malah mencari Rissa, bukan Rakha. Padahal biasanya, setiap Tatiana menangis, yang dicari selalu Rakha.

Ini Rakha baru mendekat saja, Tatiana sudah menghindar. Tatiana malah langsung kabur dan menghindari pelukan Rakha. Tatiana gradak-gruduk menghampiri Rissa yang sedang bersama Kania di halaman belakang rumah. Melihat Rakha sudah seperti orang yang ketakutan.

Alhasil, Kania yang sedang berjemur, ikut kaget dan mulai merengek. Rissa dengan sigap kembali menenangkan cucunya itu. Tapi Rissa kebingungan, ditemplokin sama Tatiana yang penampilannya masih awut-awutan.

"Taca kenapa?" tanya Rissa pada mantunya yang sedang memeluk sebelah tangannya. "Mami kan lagi gendong Kania, Sayang," tambah Rissa mengingatkan Tatiana.

Yang ditanya malah menggeleng sambil menghapus air matanya di lengan baju Rissa. Rissa menoleh pada putranya yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dengan pandangan bertanya yang menyiratkan kata tanya kenapa.

Serupa dengan istrinya, Rakha menggeleng pelan. Ditambah embusan pelan. Rakha memang tidak tahu kenapa Tatiana tiba-tiba histeris melihat dirinya. Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Rakha tidur memeluk Tatiana. Semalam pun Tatiana sendiri yang manja-manjaan minta dipeluk Rakha. Yang mendadak berbeda pagi ini adalah Rakha bangun karena suara tangis Tatiana. Didekati, Tatiana malah meraung-raung sambil mengatakan, "Taca nggak mau Rakha, Taca nggak mau Rakha." Terus berulang-ulang sampai Tatiana pergi mencari Rissa.

"Taca sama Mami ya," ujar Rissa pada Tatiana. "Sebentar Mami mau kasih Kania ke Rakha dulu." Rissa menyerahkan bayi cantik itu pada ayahnya. "Kamu lanjut jemur Kania deh. Sepuluh menit lagi kamu bawa masuk ya. Mami biar ngomong dulu sama Taca."

Rakha menerima Kania dalam gendongannya. Saat Rissa membawa Tatiana melewati dirinya, Tatiana menunduk sambal terus memeluk lengan Rissa. "Mama kenapa sih, Nak? Papa bingung," curhat Rakha pada Kania yang menatapnya polos.

---

"Sebenarnya kamu apain Taca sih, Kha?" tanya Rissa pada Rakha.

Rakha yang baru saja meminta Bu Asih untuk memandikan Kania merasa bingung dengan pertanyaan Rissa. Perasaan Rakha tidak berbuat yang aneh-aneh pada Tatiana. Peluk cium kan bukan sesuatu yang aneh.

"Nggak ngapa-ngapain Mi. Belum sempet diapa-apain malah," jawab Rakha malah nyebelin. "Makanya Rakha juga bingung. Pas bangun langsung nangis gitu."

"Yakin?" tanya Rissa penuh selidik. "Kamu nggak maksa Taca untuk yang aneh-aneh kan?" tanya Rissa curiga.

"Suer, Mi." Rakha mengacungkan jari tangannya membentuk huruf "V". "Lagian Taca lagi palang merah. Nggak mungkin Rakha macem-macem."

Mendengar jawaban Rakha, membuat Rissa terdiam. Pasalnya, saat ia mencoba bicara dengan Tatiana, menantu kesayangannya itu terus mengatakan "Nggak mau Rakha." Hanya begitu terus, tidak mau mengatakan apa yang menyebabkannya seperti itu.

"Apa Taca mimpi buruk ya, Mi?" Spekulasi pertama Rakha. Mungkin saja semalam istrinya memimpikan sesuatu yang buruk dan membuatnya takut pagi ini. Rakha kebagian apesnya karena Tatiana malah takut padanya.

"Atau efek dapet." Rakha kembali mengutarakan spekulasi lainnya. "Biasanya kan perempuan kalau lagi datang bulan emosinya suka labil. Apalagi Taca dalam kondisi seperti sekarang."

Rissa hanya diam. Rakha bisa melihat bahwa ibunya juga sedang memikirkan kemungkinan lain, yang menyebabkan Tatiana mendadak berubah seperti ini.

"Atau ... Taca mulai ingat kejadian di malam sebelum dia kecelakaan," ujar Rissa pelan, membuat tubuh Rakha mematung seketika.

---

Salam,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam,

Rul

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mama KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang