Kalau ada salah ketik, tolong kasih tau ya. Soalnya nggak aku edit.
---
Pagi ini Rakha berangkat dengan wajah senang dan hati tenang. Kecupan manis dari istrinya, Tatiana, mengantar kepergiannya menuju kantor. Wajah cantik Tatiana yang segar, sungguh menaikkan mood-nya. Tidak ada adegan menangis karena mengompol dan sebagainya. Tatiana bangun di pelukannya. Bahkan sempat bergelung manja dan menggemaskan. Rakha punya firasat bagus tentang hari ini.
Sampai di kantor, Rakha menjalani harinya dengan tenang. Walaupun sebenarnya pikiran Rakha terbagi antara rumah dan pekerjaan. Sering terlintas di benaknya senyum dan tawa anak-istrinya, membuat semangat kerja Rakha semakin berkobar. Beberapa pekerjaan yang dulu terbengkalai saat merawat Tatiana yang sakit, sedikit demi sedikit ia selesaikan.
Jam menunjukkan sudah tengah hari ketika Rakha baru saja menerima telepon dari rekanan kerjanya. Belum ada lima detik Rakha menyudahi teleponnya saat ponselnya kembali berdering.
"Ya, Mi?" sapa Rakha pada Rissa yang menghubunginya.
"Kha, aduh. Kamu dari mana aja sih? Dari tadi Mami hubungin sibuk terus!" Belum juga membalas sapaan anaknya, Rissa sudah mengomel sebagai pembuka. "Ini Mami bingung. Taca tiba-tiba nangis. Manggil-manggil nama kamu terus. Mami coba deketin, malah tambah kenceng nangisnya. Mana Kania mulai ikutan nangis denger suara mamanya nangis."
"Taca nangis kenapa, Mi?" tanya Rakha ikutan panik.
"Kalo Mami tau, Mami nggak nelepon kamu. Udah, kamu cepetan balik deh. Kasian Taca sama Kania jadi nangis terus."
"Iya, Mi. Rakha pulang sekarang."
Harapan Rakha bahwa hari ini akan berjalan lancar, selancar Jalan Thamrin di hari lebaran, musnah seketika. Telepon dari Rissa yang mengabarkan bahwa Tatiana menangis tiba-tiba, membuat Rakha ingin segera pulang ke rumah untuk mengetahui apa yang terjadi pada istrinya.
---
Akhirnya, Rakha menginjakkan kaki di rumah. Setelah menempuh jalanan yang lumayan padat siang hari ini. Sepanjang jalan Rakha gelisah. Tapi, dia juga perlu konsentrasi penuh agar selamat sampai di tujuannya.
Langkah Rakha cepat menuju kamar tidurnya bersama Tatiana. Mendengar kabar dari ibunya kalau Tatiana menangis membuat Rakha lumayan cemas. Walaupun dalam hati Rakha tetap berharap kalau semua baik-baik saja, karena ia tidak mendengar suara Tatiana yang nyaring.
"Mami," panggil Rakha pelan ketika memasuki kamar. Di sana ia bisa melihat Rissa yang sedang menepuk pelan punggung Tatiana yang berhadapan dengan dirinya. Dua wanita dewasa yang Rakha sayang dan cintai itu sedang berbaring berhadapan.
"Sssh." Rissa langsung meminta anak kebanggaannya itu mengecilkan suaranya. Suara Rakha bisa membangunkan anak kesayangannya yang tidak lain dan tidak bukan, Tatiana Cantika, sang menantu. Rissa mengelus sebentar kepala Tatiana sebelum bangkit dari tempat tidur. Ia menghampiri Rakha yang berdiri di ambang pintu. "Jangan dibangunin, Taca baru tidur. Hampir dua jam dia nangis terus," ujar Rissa dengan suara pelan. Kemudian dengan kode menunjuk ke luar kamar, Rissa mengajak Rakha untuk mengikutinya. Rakha membalasnya dengan anggukkan.
Sebelum keluar mengikuti langkah ibunya, Rakha mendekat ke ranjang di mana istrinya masih tertidur menyamping. Kakinya tertekuk dengan lutut menyentuh dada. Matanya membengkak, tanda Tatiana memang banyak menangis seperti yang dikatakan ibunya. Rakha mengecup kening Tatiana. "Kamu kenapa lagi, Sayang?" tanya Rakha tanpa suara, takut membangunkan Tatiana.
Setelah itu, Rakha keluar kamar menghampiri Rissa yang sudah menunggu. "Mi, Kania mana?" tanya Rakha saat menduduki single sofa di ruang keluarga. Rakha kangen juga sama anaknya yang lucu nan gemas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Kecil
Roman d'amourRakha tidak akan pernah siap menghadapi istrinya yang sekarang