Pagi ini Rakha sudah siap dengan pakaian formal kerjanya. Kemeja berwarna abu-abu dan celana serta blazer berwarna cokelat tua. Si Kecil Kania juga sudah dijemur oleh Rissa di halaman belakang rumah mereka. Bu Asih sudah sibuk dengan urusan dapur dan meja makan. Sepuluh menit lagi adalah waktu sarapan bagi keluarga Rakha.
Hanya Tatiana yang masih asyik di balik selimutnya. Dengkuran halusnya terdengar mengisi keheningan kamar sepasang suami istri itu. Tubuh Tatiana tidak bisa diam, bergerak ke kanan dan kiri. Dari dulu memang begitu. Walaupun dalam keadaan bangun Tatiana adalah wanita yang lemah-lembut, tapi gaya tidurnya lincah sekali. Rakha suka sekali memeluk Tatiana ketika tidur, agar tidur istrinya diam.
Semalam, itulah yang dilakukannya. Akhirnya bisa tidur sambil memeluk Tatiana. Senyum sumringah tidak lepas dari wajah Rakha. Selalu menyenangkan memang memeluk Tatiana. Apalagi sudah sekian lama tidak tidur seranjang. Intinya, pagi ini Rakha tambah bersemangat.
"Rakha mau pergi?" suara serak nan seksi itu membuat kegiatan Rakha berhenti. Rakha yang sedang mengancingi kemeja kerjanya menoleh dan mendapati Tatiana sudah terduduk di atas ranjang mereka. Pagi ini Tatiana cantik sekali. Dengan wajah putihnya yang polos dan rambut mencuat ke sana-sini.
Rakha menghampiri Tatiana dan duduk di dekatnya. "Aku harus ke kantor. Kerja."
"Kerja?" ulang Tatiana.
Dibelainya rambut Tatiana dengan sayang. "Iya, cari uang buat beli makan dan barang-barang lain," jawab Rakha.
Tatiana hanya manggut-manggut meski terlihat di wajahnya kalau ibu muda itu tidak terlalu mengerti maksud dari ucapan Rakha. "Taca ikut nggak?"
Rakha tersenyum, sementara tangannya menyelipkan sejumput rambut Tatiana ke belakang telinga. "Kamu di rumah ya, sama Mami, Bu Asih, dan Kania."
Tatiana kembali menangguk lagi sebelum memegangi perutnya dan merintih. "Aduh."
"Kenapa, Sayang?" tanya Rakha panik. "Perut kamu sakit?"
Tatiana menggeleng, tapi tangannya masih memegangi perutnya, mulutnya juga masih merintih pelan. "Taca mau pipis," ujar Tatiana sambil berlari menuju kamar mandi.
Syukurlah belum terlambat. Tatiana tidak mengompol lagi.
---
Wajah sedih Tatiana masih terlihat jelas di wajahnya ketika mobil yang dilajukan Rakha keluar dari rumah. Tatiana belum terlalu akrab dengan penghuni lain di rumah ini. Mami yang bawel dan ceria, Bu Asih yang ramah tapi banyak drama, dan Kania yang cuma bisa ketawa atau nangis saja kerjanya.
"Huft." Tatiana menghela napasnya berat. Sebenarnya Tatiana mau ikut Rakha ke kantor, tapi di sana pasti akan lebih banyak lagi orang yang tidak dikenalnya, dan Tatiana tidak suka itu. Datang ke tempat baru dan ketemu orang asing.
"Taca," panggil Rissa dengan Kania yang sedang tertawa di gendongannya. "Kamu ngapain berdiri di depan pintu gitu? Masuk yuk. Mami mau mandiin Kania. Kamu mau liat lagi?"
Tatiana melirik bayi cantik yang hanya menggunakan kaus dan celana dalam. Kulit Kania sedikit memerah setelah mendapat siraman sinar matahari pagi. Si Kecil itu sedang tertawa dan bertepuk tangan, entah untuk siapa. Melihat tawa Kania yang begitu menggemaskan, seolah terhipnotis Tatiana menganggukkan kepalanya.
Di kamar mandi, sudah tersedia bak mandi khusus bayi dengan air hangat. Tubuh gembul Kania sudah siap untuk berendam di bak tersebut. Melihat Kania yang tertawa saat berada di air, Tatiana ikut tersenyum. Tangan kecil yang mengepal itu mengepak air hingga membuat basah di mana-mana.
"Lho? Kok di depan pintu aja? Sini dong, Sayang," ajak Rissa yang melihat Tatiana hanya berdiri dan mengintip di pintu kamar mandi saja. Tatiana menggeleng pelan. Masih enggan dekat dengan ibu mertuanya sendiri. Sebelumnya, Tatiana pun memang hanya menonton dari jauh saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Kecil
RomanceRakha tidak akan pernah siap menghadapi istrinya yang sekarang