Part 5

2.4K 78 1
                                    

Beberapa hari Boy tak menemuiku. Tidak datang menjemput ataupun mencari untuk mengantar pulang seperti biasanya. Berusaha menghubunginya via telepon, tapi tak diresponnya. Sungguh bingung dibuatnya. Mengapa tiba-tiba saja dia berubah. Mungkinkah karena rasa bersalah telah menciumku? Atau atas alasan lainnya?

Hari itu kuberanikan diri mencari ke kelasnya. Beberapa kali mendatangi. Namun Boy selalu sedang tak ada di tempat. Kutemui Mawar yang merupakan teman dekatnya. Mulai bertanya, mungkin saja dia mengetahui suatu hal perihal perubahan sikap Boy terhadapku.

"Mawar ... tunggu!"

Mawar yang sedang berjalan sendiri menoleh, "ya."

"Boleh tanya sesuatu?"

"Ya."

"Emm ... Boy mana ya?"

Mawar meledek, seolah tahu apa yang ingin kuketahui tentang sahabatnya, "hmm ... bukannya mau tanya Boy kenapa?"

Hanya kujawab dengan senyuman. Menduga, Mawar mengetahui ada sesuatu antara diriku dan Boy. Mengingat kedekatan kami selama ini. Bagaimana perhatian Boy terhadapku. Mawar merupakan orang terdekat Boy, mungkin Boy juga bercerita tentang kami padanya. Tak menutup kemungkinan terdengar cerita bahwa dia telah menciumku.

Kuberanikan diri untuk bertanya mengenai suatu hal yang ingin kuketahui, "Mawar, kamu tau ga kenapa dia sekarang menghindariku?"

"Emm ... gue tanya dulu ya."

"Tanya apa?"

"Lu ga takut dekat sama Boy?"

"Maksudnya?"

"Lu suka sama Boy kan?"

"Emm ... entah," jawabku tak yakin.

"Dia juga udah bilang kan, kalo dia jelas-jelas buchi. Lu normal kan?"

"Aku ga tau, tapi yang jelas aku nyaman disisinya.

"Gini ya, gue udah lama temenan sama Boy. Tau banget dia gimana orangnya. Dia memang selalu terang-terangan mengatakan dirinya Lesbi. Ga malu mengakuinya, tapi dia ga pernah berusaha menjerumuskan siapapun. Kalaupun beberapa kali dia pacaran. Memang berpacaran dengan sesama Lesbi. Bukan orang yang masih bimbang kayak lu. Yaaa ... kecuali kalo dia suka banget sama cewenya kali. Mungkin bakalan dikejar."

"Memang gimana caranya aku bisa tau kalo ini lesbi atau bukan?"

"Bercinta sama dia."

"Apa?!" terkejut ku mendengar ucapan Mawar.

"Ya, gitu lah caranya. Kalo ga merasa jijik, itu artinya lu penyuka sesama jenis juga."

"Masa harus begitu?"

"Mentok-mentok pettinglah kalo cuma untuk ngetest sih."

"Petting itu apa?"

"Foreplay."

"Foreplay itu apa?"

"Ahhh ... cape deh. Buka kamus gih. Tar dikira gue ngajarin yang enggak-enggak ke anak yang masih lugu lagi. Udah ya, gue balik. Dahhh ...."

***

Terdiam memikirkan ucapan Mawar yang begitu terang-terangan. Apa benar untuk membuktikan bahwa aku seorang lesbian atau bukan harus melakukan hubungan badan dengan sesama perempuan?

Seandainya masih ada orang dewasa yang dapat membimbingku. Mungkin kegundahan ini tak kualami. Teringat kembali kepada ibu.

Dulu seringkali dia menasehati tentang berbagai hal yang berkaitan dengan cara menjaga diri dari pergaulan bebas. Ibu termasuk orang yang ketat. Tak membiarkanku berteman dengan teman lelaki. Bahkan teman-teman yang dekat denganku harus melalui persetujuannya. Itulah yang membuatku menjadi anak yang terbilang lugu. Pertemanan di sekolah sebelumnya juga dengan gadis-gadis belia yang bahkan masih terbilang kekanakan. Kini aku bingung sendiri, terombang-ambing dalam perasaan yang aku sendiri tak tahu.

Cinta Terlarang (Selesai ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang