Seulgi dikawal menuju salah satu bilik jeruji besi oleh empat penjaga dan satu polisi yang ia kenal, Park Jimin.
"Memperdagangkan narkotika dan melarikan diri dari penjara merupakan tindak kriminal berat. Kau akan di vonis dua puluh tahun penjara ditambah denda sebesar sepuluh juta dolar. Dan, jika hal itu sampai benar terjadi, maka kau akan menyesal untuk menolak kesempatan yang telah kuberikan..." Jimin tersenyum sinis sambil mengunci pintu penjara Seulgi.
Seulgi balas berkata, "Bagaimana jika kita bertaruh?" Gadis itu menatap penuh misteri. "Jika aku masih berada disini besok, maka kalian bebas menjatuhkan hukuman padaku. Tapi, jika kalian tidak menemukanku...."
Seulgi mendekatkan kepalanya pada jeruji besi. Menarik Jimin dan berbisik ditelinganya. "....pastikan kau menemuiku ditempat dimana para gadis membuka bajunya dengan senang hati...." bisiknya seksi. Ia mengerling sebentar pada Jimin sebelum berjalan menuju tempat tidur. "See you later, Black Widow!" seru gadis itu mengiringi kepergian Jimin yang terlihat tidak senang.
Ia tersenyum bangga setelah berhasil menggoda Jimin. Dengan santai, ia merebahkan tubuhku diatas kasur seraya memandang langit-langit. Alangkah indahnya jika ia sedang berbaring dikamarnya sendiri sambil memakan keripik kentang. Oh sial, perutnya mulai lapar. Dan masih sangat lama untuk jam makan malam.
"Hei! Gadis cantik!"
Seulgi melirik pada suara yang berasal dari bilik jeruji didepannya. Seorang lelaki dengan tato sekujur tubuhnya yang tengah menatapnya sambil menunjukkan gigi-giginya yang kuning. Seketika rasa mual menyeruak dari perutnya saat lelaki itu memanggilnya lagi dengan kalimat "gadis cantik".
"Akhirnya ada sedikit pencerahan disini selain melihat wanita-wanita tua..." kata lelaki itu. "Perkenalkan, namaku Bobby." Lalu lelaki itu kembali tersenyum dengan gigi-giginya yang menjijikan. Seulgi mengangguk tak peduli. Bahkan tidak berniat untuk memandang lelaki bernama Bobby itu.
"Kudengar kau merupakan gembong narkoba. Apakah itu benar?" Bobby kembali berbicara. Membuatnya Seulgi kesal.
"Ya, itu benar," jawab Seulgi singkat.
"Wow! Aku tidak percaya gadis secantik dirimu merupakan kriminal kelas berat!" ucap Bobby terkesima. Sedikit berhasil membuat Seulgi mengangkat wajahnya tinggi-tinggi karena prestasi buruknya yang gemilang.
"Yah, kau tahu, di dunia ini tidak ada yang sempurna," katanya sok bijak. Bobby yang mendengarnya hanya mengangguk setuju. "Kau tahu si Kamelion?" tanya Seulgi.
"Kamelion?" Bobby terdiam berusaha berpikir.
"Ya ampun, kau tidak tahu si Kamelion?!" Gadis itu terlihat tidak percaya saat Bobby menggelengkan kepalanya. "Kemana saja kau hidup selama di dunia ini?!"
"Maaf saja, aku sudah berada disini sejak delapan tahun yang lalu, jadi aku tidak mengikuti perkembangan dunia luar."
Seulgi tercekat. Delapan tahun?! Lelaki ini sudah mendekam selama delapan tahun?! Gigi kuning. Rambut gimbal. Tubuh tak sehat. Kulit berkerak. Dan otak yang menyempit. Dengan memperhatikan kondisi Bobby yang telah lama mendekam dipenjara membuat Seulgi bergidik ngeri. Bagaiamana jika ia menjadi seperti lelaki itu? Gigi kuning atau bahkan hitam serta kulit berkerak dan berkeriput. Ya Tuhan, ia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika dikurung selama dua puluh tahun.
Seluruh tubuhnya merinding. Membuatnya ingin keluar dari penjara ini. Secepatnya.
##
Lelaki dengan undercut hitamnya menghampiri salah satu pengawas kamera CCTV. "Terus awasi gadis yang dikuncir satu itu," perintahnya sambil menunjuk ke monitor. Menempelkan jarinya tepat pada gambar Seulgi yang tengah mengantri makanan.
Setelah memberikan beberapa perintah pada pengawas CCTV tersebut, Jimin kembali ke ruangan dimana Jungkook sedang menunggunya. Lelaki yang asik dengan game-nya it uterus saja mengajukan pertanyaan yang sama sejak tiga jam yang lalu.
"Apa dia sudah melarikan diri?"
"Tidak, Bodoh! Dia tidak akan bisa melarikan diri dari pengawasanku!" jawab Jimin geram. Well, actually he is little bit nervous. The girl isn't an ordinary girl that he could arrested easily. "Tidak. Tidak mungkin dia bisa melarikan diri dari tempat ini. Tempat ini diepnuhi oleh CCTV." Jimin terus bergumam berusaha menenangkan rasa cemasnya sendiri.
Kemudian ia menoleh lagi pada Jungkook. "Lalu bagaimana dengan gadis Kim itu?"
"Dia sedikit cerewet, tapi terlihat sangat manis," jawab Jungkook tanpa menolehkan wajahnya.
"Wah wah lihatlah siapa yang sedang jatuh cinta sekarang? Aku menanyakan keadaannya, bukan pendapatmu tentangnya!" Jimin menjitak kepala Jungkook dengan keras hingga lelaki itu mengerang kesakitan.
"Dia baik-baik saja! Aku baru saja kembali dari sel-nya!" seru Jungkook tak senang. Jimin tak hirau melihat Jungkook yang sepertinya benar-benar marah. Situasinya saat ini lebih penting daripada mengurusi lelaki manja bernama Jeon Jungkook itu. Dan itu membuatnya lapar.
Jimin mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, lalu menyodorkan pada Jungkook. 'Belikan aku beberapa makanan. Kau tidak bisa menolak perintah dari atasanmu sendiri." Dan ia tersenyum penuh kemenangan saat Jungkook dengan tidak ramahnya menerima uang yang disodorkan oleh Jimin. Sambil menunggu kembalinya Jungkook, Jimin menyandarkan tubuhnya dan menaikan kedua kakiknya keatas meja. Ia mencoba untuk tertidur sebentar sementara para narapida sedang makan malam diruangan yang penuh dengan CCTV.
KRRRRIIIINNGGG!!!
Baru saja Jimin hendak terlelap dalam mimpinya, alaram kebakaran berbunyi dengan kencang. Tubuhnya sontak meloncat kaget dan meraih pistol dipinggangnya. Jimin berlari menyusuri koridor yang dipenuhi oleh para narapidana yang berlarian dengan panik. Secepat mungkin ia berlari untuk mencari gadis pengawasannya, Kang Seulgi. Ia berlari keruang makan yang terlihat sangat panik dengan kepulan asap yang keluar dari arah dapur. Namun ia masih tak menemukan gadis itu.
"Oh, sial!" umpat Jimin. Dalam keadaan seperti inilah penjahat menggunakan waktunya untuk melarikan diri. Ia menerobos masuk kedalam dapur yang dipenuhi oleh asap dan api yang berkobar besar diarea pemanggang. Itu dia pintu yang menghubungkan dapur dengan tempat penyimpanan bahan makanan! Ruangan yang dituju Jimin karena terdapat cerobong asap yang langsung terhubungan dengan pemanggangan.
Tangan Jimin yang hendak meraih ganggang pintu tiba-tiba ditepis dengan kasar. "Apa yang kau lakukan disini, Park Jimin?! Kau bisa mati terpanggang!"
Jimin menoleh pada sumber suara. Rambut oranye. Mata sipit. Mengenakan baju narapidana. Kang Seulgi!
PLAK!!
Seulgi menampar wajah Jimin. "Apa yang kau tunggu!? Kita harus keluar dari sini!" Seulgi menarik tangan Jimin keluar dari dapur yang dipenuhi oleh asap. Tepat setelah mereka berhasil keluar, sensor asap aktif dan memancarkan air ke seluruh ruangan.
Tangan Jimin terus ditarik untuk berlari. Dengan air yang terus menghujani mereka, pandangannya mulai buram. Lalu ditengah-tengah koridor kosong saat air mulai berhenti, Seulgi melepas tarikkannya pada tangan Jimin. Lelaki itu dapat melihat Seulgi yang berdiri didepannya namun tak jelas. Lalu ia mengusap wajahnya untuk menghilangkan air yang membasahi wajahnya.
Dan saat penglihatannya mulai jelas, gadis itu tidak ada.
She's gone. Just like a camelion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Liar
FanfictionSeulgi tidak membutuhkan cahaya dalam dunianya. Dia seorang pendendam, pembenci dan pengkhianat untuk hidupnya sendiri. Seorang kriminal yang akan terus hidup sebagai kriminal. Jimin, seseorang yang mencoba membawa cahaya untuk Seulgi tanpa mengetah...