05

7.2K 974 142
                                    

"Ng... itu pacarmu?"

Jimin menunjuk seorang lelaki yang tengah duduk diruang VIP. Lelaki pendek dengan rambut hijau menyala. Pakaiannya sangat berkilau dan sebatang rokok terselip dimulutnya. Lelaki yang tengah tertawa lebar dengan kedua kaki terkangkang sambil melemparkan lembaran-lembaran uang dari tangannya. Dan satu lagi, lelaki itu sama sekali tidak terlihat muda.

Seulgi menyembunyikan wajahnya malu. Tanpa menjawab pertanyaan Jimin, ia menghampiri lelaki tersebut. "Razy..."

"My Camelion!" seru lelaki itu seraya bangkit dan berusaha untuk memeluk Seulgi sebelum gadis itu mendorongnya dan menjauh. Seulgi menghela nafas lemah. Inilah alasan mengapa ia selalu menghindar bertemu dengan Razy. Lelaki itu gila. Dan norak.

"Aku hanya akan memberikanmu uang ini dan pergi secepatnya!" Seulgi melempar seikat tebal uang ke hadapan Razy. Razy tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ayolah, mengapa kau tidak minum sedikit untuk merayakan kerja kerasmu selama ini?" tawar lelaki itu dan langsung disambut gelengan kuat dari Seulgi.

"Ck! Cmon! Dan mengapa kau tidak mengenalkannya padaku?"

Seulgi menoleh pada orang yang ditunjuk oleh Razy, Park Jimin. "Hmm... dia..." Gadis itu menoleh pada Jimin yang menatapnya dengan tatapan jangan-sebutkan-namaku.

"...Mochi!"

"Mochi?"

"Ya, Mochi! Mochi!" Seulgi tertawa kikuk dan beberapa kali melirik pada Jimin yang sepertinya tidak senang mendengar nama samaran yang diberikan oleh Seulgi. Razy terlihat sedikit curiga sebelum Seulgi melanjutkan lagi perkataannya,

"...dia pacarku!"

"Oh, pacar Kamelion..." Lelaki itu tersenyum lebar. Kembali pada kondisinya semula. Lalu menyodorkan tangannya pada Jimin. "Aku Razy. Razy like Crazy. Nama yang gila, bukan? HAHAHAHAHA!!!" Jimin terkejut mendengar tawa Razy yang begitu keras dan memuncratkan air liurnya ke wajah Jimin. Membuatnya sedikit ragu untuk membalas uluran tangan Razy. Ia melirik Seulgi dan dibalas dengan senyuman simpul darinya.

"Ah, aku harus pergi sekarang!" Seulgi lebih dulu menjabat tangan Razy sebelum Jimin dan menarik lelaki itu mendekat padanya. Ia menyunggingkan senyum terpaksa dan membawa Jimin pergi dari hadapan Razy.

"Pacarmu gila!" bisik Jimin.

"Diam! Dia bukan pacarku!"

Tentu saja Jimin tahu itu.

Seulgi melangkahkan kakinya dengan cepat dan meninggalkan Jimin dibelakang. Ia sedikit kedinginan dan berharap untuk bisa pulang secepatnya. Ia bisa mendengar Jimin yang sedikit berlari menyusulnya. Jimin sedikit terengah-engah. "Kau akan pulang sekarang?" tanyanya.

"Aku tidak memiliki tujuan lain malam ini," jawab Seulgi cuek sambil mengeluarkan kunci mobilnya. Namun sebelum gadis itu hendak membuka pintu mobil, Jimin menahannya.

"Aku antar kau pulang." Jimin berdiri sangat dekat dengan tubuh Seulgi. Membuat Seulgi sedikit tersentak ketika melihat wajah lelaki itu dari dekat. Rona merah menjalar di pipinya.

Seulgi mengalihkan pandangannya dan berharap Jimin tidak menyadari wajahnya yang memerah. "Tidak, terima kasih." Ia berusaha untuk membuka pintu mobil lagi namun tangannya masih ditahan oleh Jimin.

"Bagaimana jika membicarakan kesepakatan yang kutawarkan tadi?"

Jimin menatap penuh harap.

"Aku tidak tertarik. Dan maaf, Tuan Polisi, aku harus pulang sekarang juga!"

Seulgi memaksa untuk melepaskan tangan Jimin yang menahannya, tapi tetap tak bisa lepas. Ia mengerahkan seluruh tenaganya hanya untuk lepas dari lelaki itu. Walaupun ia pengedar narkoba, tetap saja ia tak bisa mengalahkan tenaga pria. Seulgi menyerah. Dipandangnya lagi Jimin yang tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya tak senang.

Namun Jimin tetap diam.

Oh, ya ampun. Seulgi benar-benar kesal saat ini. "Baiklah, kau ingin menangkapku lagi? Lakukanlah!" Gadis itu menyodorkan tangan satunya lagi. Ia bisa melihat borgol yang berada didalam jaket Jimin dan bersedia untuk di borgol kembali. "Cepat borgol a―"

"Akan aku hapus."

"Hah?"

"Jika kau bersedia untuk mempertemukan bos-mu denganku, aku akan menghapus seluruh catatan hitam-mu," kata Jimin. Dilihatnya Seulgi yang membulat kaget.

"Memangnya ada hal seperti itu dalam kepolisian?" Seulgi ragu-ragu. Walaupun sebenarnya ia sangat tergiur dengan tawaran tersebut. Hidup sebagai buronan memang sangat mengganggunya. Ia tidak bisa berjalan santai layaknya orang lain. Ia tak bisa makan disembarang tempat, terutama yang memiliki kamera cctv. Dan zaman sekarang hampir seluruh tempat memiliki kamera cctv. Itulah yang membuatnya sangat tidak nyaman.

Jimin menjawab pertanyaan Seulgi dengan gelengan kepala. "Tidak ada, tapi kita bisa memanipulasinya," ujarnya.

"Memanipulasi? Kita?"

Kali ini Jimin mengangguk. "Kau bisa memanipulasi kematianmu dengan aku sebagai saksi matanya. Dan jika itu terjadi, maka seluruh catatan hitam-mu akan diangkat dan setelah itu kau akan dihapuskan dari buron," jelas Jimin.

Seulgi masih ragu. "Mengapa itu terdengar sangat mudah?" Ia menatap Jimin curiga. Membuat Jimin menghela nafasnya. "Memang terdengar mudah, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Tenang saja, aku yang akan mengurus masalah itu nanti. Percaya padaku."

"Jadi?"

"Jadi?" Seulgi mengulang pertanyaan Jimin.

"Apa kau akan membawaku pada bos-mu?"

Pilihan sulit. Seulgi tidak tahu harus memilih yang mana namun jelas-jelas ia sangat tergiur dengan tawaran Jimin walaupun ia tidak percaya sepenuhnya pada lelaki itu. Tetapi jika ia membawanya pada bos-nya, ada kemungkinan ia bisa saja kehilangan pekerjaannya, yang berarti juga kehilangan uangnya.

"Kau mungkin berpikir bahwa kau mungkin akan kehilangan pekerjaan ini jika menerima tawaranku..."

Seulgi mengangguk setuju pada tebakan Jimin.

"Aku tahu kau tidak dibayar murah untuk melakukan perkerjaan ini. Bayangkan jika kau tidak lagi menjadi buron, kau bisa membuka usaha dengan uang yang kau kumpulkan selama ini. Kau tidak harus selamanya menjadi pengedar narkoba, Kang Seulgi..."

Ucapan Jimin sangat benar. Ia masih bisa membuka usaha dan mendapatkan kembali uangnya. Tanpa sadar, Seulgi menyunggingkan sebuah senyum tipis sambil membayangkan hidupnya nanti.

Sadarlah, Kang Seulgi! Dia itu polisi yang pernah menangkapmu! Bisa saja ini hanya sebuah perangkap!

Sebuah bayangan dirinya muncul dan langsung menyadarkan Seulgi. Senyumnya menghilang, diganti dengan tatapan tajam penuh curiga.

"Mengapa kau melakukan ini? Memberikanku semua jalan keluar untuk berhenti menjadi pengedar narkoba? Apa kau berusaha untuk menjebakku?"

Jimin mengedikkan bahunya. "Aku hanya ingin membantu. Sejujurnya, aku tidak suka melihatmu melakukan pekerjaan itu. Kau masih muda, tidak seharusnya kau terjebak dalam dunia yang hitam putih..."

"Kau juga seumuran denganku," celetuk Seulgi tak senang.

"Tapi aku tidak memiliki catatan hitam selama ini," balas Jimin.

Seulgi mendecih. "Berbanggalah dengan hal itu!"

"Aku anggap itu sebagai jawaban 'iya' darimu." Senyum Jimin mengembang. Ia langsung melepaskan cengkramannya pada Seulgi dan membiarkan gadis itu memasuki mobilnya.

Sebelum Seulgi benar-benar pergi, Jimin mengintip dari balik jendela mobil. Memberi isyarat untuk menurunkan kaca tersebut dengan mengetuk-ngetuk kacanya.

"Apa lagi?" tanya Seulgi malas.

"Berikan aku nomor-mu. Juga alamat rumahmu."

Wild LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang