10

6.1K 743 75
                                    

Aku terpaku melihat pemandangan didepanku. Berpuluh-puluh orang tergeletak dijalanan dengan latar bangunan yang hampir hancur. Tentu aku bisa mencium amis darah yang berasal dari orang-orang tersebut.

Perkiraanku salah.

Aku tidak menyangka akan mereka akan bertindak secepat ini. Kurang dari seminggu, mereka telah melakukan terror di seluruh kota. Aku tahu alasan mereka melakukan ini, untuk mengingatkanku agar tidak ikut campur dalam peperangannya. Perangnya dengan Seulgi. Aku bisa dengan mudah menebaknya. Siapa yang berani meninggalkan petunjuk lokasi bom di tempatkan? Tentu saja untuk menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari aparat keamanan. Dan sayangnya aku mengakui kehebatan mereka. Percayalah, petunjuk yang mereka berikan tidak berbeda jauh dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Detective Conan. Membutuhkan waktu yang lama untuk memecahkannya dan membuatku selalu menjadi pahlawan kesiangan.

Ini adalah ledakan ke empat yang terjadi. Membuat eksistensi polisi dipertanyakan oleh masyarakat luas. Dan kami yang mengemban misi untuk menjaga kesejahteraan, tentu saja merasa ditampar dengan kejadian ini. Maka dari itu, ini bukan hanya perang antara dua pihak. Aku berhak ikut andil dalam perang ini.

"Jimin-ssi!" teriak Jinyoung sambil berlari menghampiriku. Ia langsung menyerahkan kertas laporan yang kuperintahkan padanya. "Sejauh ini sudah ada sebelas korban jiwa yang teridentifikasi," lapornya. Aku mengangguk mengerti. "Lanjutkan." Dan langsung dibalas anggukan patuh darinya.

Dengan petugas medis yang berlalu-lalang, aku memasuki sisa-sisa bangunan yang telah hancur. Beberapa tim SAR terlihat masih membongkar reruntuhan. Lalu itu dia, anak buah kesayanganku, Jeon Jungkook, juga orang yang saat ini kuragukan. Lelaki itu memberi isyarat untuk mendekat.

"Ada apa?" Aku berusaha untuk tidak terlalu curiga padanya, tapi melihat ekspresi ragunya saat aku mendekat membuatku tidak bisa untuk tidak curiga. Cukup lama sampai akhirnya Jungkook menyodorkan tangannya yang menggenggam sepucuk kertas.

"Aku menemukan ini..."

Tebak apa isinya?

Kang Seulgi. Kami menginginkannya.

Hanya dua kalimat. Dua kalimat dengan maksud yang satu.

"Dimana kau menemukannya?"

"Terselip di pintu mobilku saat hendak ke sini."

Ini terlalu kebetulan. Seluruh kecurigaanku terfokus pada Jungkook. Apa aku benar-benar harus menjadikannya pelaku utama?

Harusnya tidak. Aku tahu bagaimana Jungkook. Kami sudah mengenal lebih dari sepuluh tahun. Kutepiskan pemikiran itu, lagi.

"Aku akan menyimpannya. Jangan khawatir."

"Hyung, bagaimana dengan Seulgi? Mereka jelas-jelas menginginkannya. Apa yang akan kau lakukan?"

Aku tidak tahu. Aku bingung. Pertanyaan itu terus berputar dikepalaku hingga saat ini, hingga aku berdiri didepan gadis yang tengah terlelap. Hingga dua hari kedepan. Aku masih memikirkannya. Rencana ini, kerjasama ini, jelas merupakan rencana darurat yang hanya kurundingkan dengan Jungkook. Bekerjasama dengan mafia? Tentu saja bukan ide yang buruk. Membiarkan buronan berkeliaran didepan mata? Itu masalah. Dan sekarang buronan itu harus kulindungi dari siapapun yang berpotensi sebagai pengancam.

"Tiga kali."

Aku terkejut mendengar suara gadis yang kupikir telah tertidur itu.

"Tiga kali aku mendapatimu menatapku sepanjang malam. Berhenti lakukan itu, kau penyebab mimpi burukku selama tiga hari."

Sarkastik. Tapi itu ciri dari Seulgi. Gadis rapuh yang berusaha terlihat tegar dengan ucapannnya yang pedas. Namun aku jatuh hati padanya, walaupun hubungan kami semakin merenggang saat aku nekat mengecup keningnya seminggu yang lalu. Tahu apa yang terjadi setelah itu? Dia menamparku. Dan mengatakan hal yang membuatku serasa di tampar dua kali. "Jika kau pikir ini adalah kisah putri dongeng, maka kupastikan tidak akan ada akhir yang bahagia."

Wild LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang