Chapter 3

797 116 7
                                    

Cinta? Ataukah perasaan lain.

*Suzy pov

Aku menguap lebar. Mataku benar-benar sangat mengantuk. Aku berjalan memasuki rumah kakek sambil menguap lebar. Badanku terasa sakit semua. Aku mengambil air minum lalu merebahkan tubuhku di sofa dan terlelap.

*Author pov

Myungsoo membolak-balikkan ramyeon yang Suzy kasih. Myungsoo mencoba mencari tahu bagaimana cara untuk membukanya. Myungsoo mengambil pedangnya dan membelah ramyeon pemberian Suzy.

"Makanan apa ini?" Myungsoo memakan ramyeon mentah dan meludahkannya. "Kenapa Rasanya aneh sekali? Bagaimana mungkin orang di jaman modern memakannya?"

Myungsoo mempersiapkan air yang akan dia bawa ke rumah tabib. Para warga yang mengalami dehidrasi semakin meningkat. Kematian bayi juga semakin meningkat. Keadaan josean benar-benar kacau karena kekeringan panjang yang terjadi.

Mata Myungsoo tertuju pada sosok laki-laki tampan berbadan tinggi yang tersenyum padanya. Myungsoo memberikan hormat dengan menunduk 90 derajad.

Myungsoo dan laki-laki duduk sambil melihat langit yang bersinar cerah.

"Kau sendiri?" Tanya Myungsoo mengawali pembicaraan.

"Em. Aku sendiri. Hyung bagaimana kabarmu? Apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Tidak. Jeon ha, aku mohon sekali lagi jangan terlalu sering mengunjungiku. Aku tidak yakin bahwa ratu akan membiarkan ini terjadi."

"Hyung. Sampai kapan kau akan bersikap dingin kepadaku? Kumohon panggil aku Yeol. Lee Sungyeol."

"Maafkan aku jeon ha".

Myungsoo membungkuk dan meninggalkan putra mahkota. Myungsoo adalah putra dari seorang selir.

*10 tahun yang lalu

"Eomma." Myungsoo menangis melihat ibunya siap untuk di eksekusi.

Ibu myungsoo tersenyum kepadanya dan duduk didepan meja yang telah tersedia satu gelas racun.

Ibu Myungsoo adalah seorang selir yang sangat dicintai raja. Alasan ibu Myungsoo tidak bisa menjadi ratu adalah bekas luka bakar pada tangannya. Tapi ibu Myungsoo adalah cinta pertama raja.

Ibu Myungsoo kembali berdiri dan mendekati raja. Raja terlihat meneteskan air mata. Ibu Myungsoo memberikan hormat.

"Mama. Jika aku telah meninggal, biarkan Myungsoo memakai nama Kim Myungsoo bukan Lee Myungsoo. Dan biarlah dia hidup sebagaimana anak seusianya hidup. Jangan kurung dia di istana."

"Selir Kim." Ratu berteriak murka.

"Bahkan jika aku mati sekalipun aku tidak akan membiarkan anakku berada di tanganmu. Ingatlah bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan kebenaran. Semoga kau bahagia dengan ketamakanmu."

Ratu menahan emosinya. Selir kim berjalan menuju tempat eksekusi. Selir kim tersenyum ke arah myungsoo. Myungsoo bereteriak dan menangis. Selir kim meneguk racun itu dengan senyuman.

Myungsoo-ya, bahkan jika tidak ada yang mempercayaiku. Aku ingin kau mempercayaiku. Hiduplah dengan senyuman. Biarlah aku yang menjadi korban dari ketidakadilan. Myungsoo-ya, bahkan jika hidupmu penuh dengan amarah aku tidak ingin kau menyimpan dendam. Hiduplah dengan berguna untuk orang lain bukannya memperkaya diri dengan memanfaatkan orang lain. Myungsoo-ya anakku eomma mencintaimu. Saranghae.

Myungsoo menemui ratu yang memanggilnya. Myungsoo menyapa ratu dan duduk di hadapannya.

"Kau silahkan pergi dari istana. Aku telah mempersiapkan sebuah rumah untukmu. Yang aku harapkan dari kematian ibumu adalah ketiadaan kalian. Aku rasa aku harus berterimakasih kasih permintaan terakhir ibumu adalah kau pergi dari istana."

With you, i am more aliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang