Part I: How It Started

253 140 65
                                    

Kita semua memiliki satu kehidupan.

Namun menurut legenda, kucing memiliki sembilan; sembilan dunia untuk mengeksplorasi, sembilan kesempatan untuk bermain, sembilan waktu untuk belajar—dan sembilan peluang untuk mencintai. Mungkin itu tampak sedikit tidak adil. Lagipula, siapa yang tahu apa yang akan manusia lakukan ketika mereka memiliki kesempatan kedua?

"Baiklah, Mimosa. Kau pasti bisa melakukannya." Seorang gadis pirang mengepalkan tangannya dengan erat. Namanya adalah Mimosa Forrest. Ia baru direkrut menjadi asisten editorial di sebuah perusahaan penerbitan lokal. Tentu ia merasa gugup, terlebih di tempat ini ia tidak punya satupun kenalan yang bisa diajak berbicara. Tetapi, Mimosa tidak mau kegugupannya merusak kesan pertama yang akan diperlihatkannya kepada orang-orang. Jadi, ia pun mencoba bersikap tenang sembari melangkah masuk ke dalam kantor penerbitan.

"Cukup ambil napas dalam-dalam... fiuh..." Mimosa mengelus-elus dadanya.

Hari ini adalah 8 April. Hari pertama Mimosa bekerja di kantor penerbitan. Ia lulus kuliah setahun yang lalu. Tak mau merepotkan orangtuanya lebih jauh, ia pun memutuskan untuk tinggal sendirian dan mencari pekerjaan. Awalnya ia cuma mencoba pekerjaan mudah seperti menjadi pegawai supermarket atau pengasuh di tempat penitipan anak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tetapi, lama-lama ia mulai berubah pikiran. Ia bertekad mencari 'pekerjaan tetap' supaya ia tidak harus berkeliling-keliling lagi demi mendapat pekerjaan. Setelah melewati beberapa test, salah satu perusahaan menerimanya dan di sinilah Mimosa sekarang. Di satu sisi, posisi ini seolah menunjukkan kalau Mimosa sudah dewasa.

"Tapi kenapa harus hari ini, dari semua hari?" gerutu Mimosa. "Mungkin ini suatu pertanda..."

Namun, Mimosa segera membuang pemikirannya itu jauh-jauh. Tidak. Ia tidak akan membiarkan pikiran itu mengganggunya. Setidaknya untuk hari ini. Ia pun lalu membuka pintu masuk tersebut dengan semangat antisipasi.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita berparas elegan menyambut Mimosa di meja resepsionis. Nada suara wanita itu terdengar ramah dan sopan. Tanpa sadar, tubuh Mimosa mulai menegang. Digenggamnya tasnya sendiri erat-erat. Ia pun memperkenalkan dirinya dengan gugup.

"U-um, hai! A-aku Mimosa Forrest, asisten editorial yang baru...!"

Sepertinya ketenangan yang tadi ia kumpulkan membludak begitu saja.

Wanita tersebut tertawa dan memberikan Mimosa tatapan lucu, membuat muka Mimosa langsung tersepuh kemerahan karena malu. Ia pun hanya bisa menunduk dengan keringat dingin yang mengalir turun di pelipisnya.

"Senang bertemu denganmu, Mimosa. Mari, akan saya antarkan ke kantor."

Mimosa mengangguk patuh dan berjalan mengikuti wanita itu dengan canggung dari belakang. Mereka pun sampai di sebuah ruangan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lobi. Ketika masuk, Mimosa dibuat terperangah oleh keadaan dalam ruangan tersebut.

Luasnya kira-kira 30 meter persegi, terhubung dengan sebuah unit dapur kecil dan toilet yang juga difungsikan sebagai kamar mandi. Di dalam kantor itu terdapat banyak lemari yang berisikan buku-buku tebal dalam berbagai bahasa, kebanyakan mengenai EYD, tips-tips kepenulisan, serta light novel. Di atas lemari-lemari itu juga terdapat tumpukan arsip yang tingginya sampai menyentuh langit-langit.

Ada tiga meja kerja di sana. Meja berukuran paling besar dengan tumpukan kertas dan dokumen yang ada di dekat satu-satunya jendela itu sepertinya adalah meja bosnya. Sementara meja lain dengan kondisi yang lebih rapi terletak di seberangnya, berhadapan dengan meja khusus untuk merakit alat elektronik yang berantakan. Terdapat kipas angin yang berputar dengan stabil di atas meja tersebut, memberikan udara yang sejuk. Namun gara-gara itu juga kertas-kertas jadi berterbangan tak tentu arah.

MY WILL [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang