Part VII: Behind The Mask

87 38 63
                                    

Langkah kaki Mimosa bergerak semakin cepat seiring perhatian orang-orang di sekitarnya mulai melimpah ruah. Rambut pirang panjangnya yang sengaja dikuncir kuda melambai-lambai. Mimosa malu luar biasa. Wajahnya merah padam dan batinnya terus mengulang-ulang kalimat yang sama.

"Aku harus cepat sampai, aku harus cepat sampai, aku harus cepat sampai, aku harus cepat sampai," begitulah Mimosa membatin (atau nge-rap) yang dimulai dari awal turun bus tadi sampai di pertengahan jalan ini. Ia berusaha setengah mati untuk tidak melirik atau berhenti berjalan barang sedetik saja. Gaunnya yang kelewat mencolok membuat perhatian seluruh pejalan kaki tertuju kepadanya. Ia paling tidak suka dipandangi seperti itu. Kyle sendiri tidak bisa membantu banyak karena sosoknya yang tak tertangkap mata.

"Semangat, Mimosa! Aku mendukungmu!" seru Kyle berapi-api. Pemuda itu memasang wajah serius dan membuat gerakan seperti menyalurkan sesuatu pada Mimosa.

Namun Mimosa hanya mengangguk-angguk tak tertarik. Ia lebih sibuk meratapi kebodohannya sendiri yang malah memilih jalan kaki daripada naik taksi. Padahal kalau tinggal naik taksi, ia tidak perlu semalu dan secapek ini, 'kan! Di saat Mimosa mulai kehabisan napas, mereka pun akhirnya tiba di depan restoran The Ledbury. Terlihat lah di sana seorang pria gagah bersetelan jas hitam polos yang tengah menunggu dengan kerennya.

"Vincent!" teriak Mimosa kelelahan.

Yang dipanggil segera menoleh. Sama seperti Kyle, pria itu juga menganga saat melihat Mimosa datang dengan mengenakan gaun hitam elegannya.

Mimosa berkeringat dingin.

"Sepertinya gaun ini memang tidak cocok denganku," bisik Mimosa, yang langsung dijitak kuat-kuat oleh Kyle.

"Berpikir positif dong!"

"Mimosa?" Vincent akhirnya berkata setelah diam cukup lama.

Mimosa mengelus kepalanya sambil mengaduh sebentar sebelum kemudian tersenyum formal. "H-hallo, Vincent."

"Itu kau?"

Huh?

"Apa aku terlihat an—"

"Tidak buruk." Vincent menggamit tangan Mimosa di lengannya dan menuntunnya perlahan memasuki restoran. Warna pakaian mereka berdua sungguh selaras seperti pasangan pengantin yang hendak menikah. Mimosa tersipu. Sementara Kyle hanya mengambang di udara di belakang mereka, menautkan buku-buku jemarinya di punggung, dan tersenyum dengan pandangan nanar tatkala suhu dingin AC restoran menyapa.

.

.

.

.

.

.

MY WILL

Part 7 of 9

.

.

.

.

.

.

Mereka bertiga pun masuk beriringan dan duduk di meja yang telah dipesan oleh Vincent. Mimosa tidak bisa menahan dagunya terjatuh setelah melihat bagian dalam restoran tersebut. Lampu-lampu berbahan kristal, alunan musik klasik yang mengalun indah, tamu-tamu dengan pakaian resmi... wow, apik sekali. Dengan sentuhan nuansa Eropa yang begitu kental, Mimosa tak heran kalau suasana Restoran The Ledbury ini selalu ramai dikunjungi masyarakat. Banyak juga pelanggan wanita berkelas lain yang memakai gaun branded mahal, membuat Mimosa sedikit bernapas lega. Ia kira dirinya akan menjadi pusat perhatian lagi. Syukurlah ternyata tidak.

MY WILL [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang