Part III: Fight

109 96 25
                                    

Sudah beberapa hari terlewati sejak Kyle muncul kembali. Dalam beberapa hal, Mimosa mulai terbiasa. Ada baiknya juga memiliki teman yang serumah denganmu.

"Pagi, Mimosa!"

"Oh, selamat pagi!"

Dengan cara lain... yah, itu agak aneh. Tetapi berkat Kyle pula, Mimosa jadi tidak pernah merasakan kesepian lagi. Jika dulu yang menyambutnya ketika pulang adalah ruangan yang sunyi dan kosong, sekarang sudah ada Kyle.

Pernah suatu ketika, Mimosa terbangun tengah malam dan pergi ke ruangan sebelah untuk mengambil air minum. Dilihatnya Kyle masih terbangun. Kyle tidak menyadari kehadiran Mimosa, saat itu dia sedang bersama kucing hitam—membisikkan sesuatu yang tidak dapat didengar oleh Mimosa. Namun begitu Mimosa masuk, Kyle langsung berhenti.

"Mimosa, awas!"

Dan tentu saja, Kyle masih mengganggunya di tempat kerja.

"Argh! Apa?!"

"Haha, just kidding."

Hebat... sudah genap barang keempat yang terjatuh minggu ini. Entah itu kardus, dokumen, atau cangkir kopi. Mimosa masih tidak bisa santai karena ulah Kyle. Anak itu, gigih sekali mengusili Mimosa. Ia sendiri tidak bisa menghilangkan rasa cemas terhadap Kyle dalam hatinya, membuatnya tidak fokus bekerja.

"..."

Mimosa juga sudah terbiasa dengan pelototan Vincent.

Pada hari ketiga, Mimosa pun memutuskan untuk memberitahu Kyle agar berhenti mengikutinya bekerja lagi.

"Kau perlu menemukan hal lain yang bisa dilakukan. Aku mungkin akan dipecat jika mengacau terus-menerus."

"Yeah... hehe, maaf soal itu." Untungnya, Kyle mau menuruti kata-kata Mimosa. Awalnya Mimosa kira, Kyle akan tersinggung atau tidak mau disalahkan. Keusilan Kyle sampai saat ini memang belum pernah melewati batas, tapi melihat raut wajahnya yang menunjukkan penyesalan itu, Mimosa mau tak mau jadi tersenyum juga.

Setelah mengambil alih sedikit, Kyle memutuskan untuk tinggal di rumah dan mencari hal lain yang bisa dilakukan.

"Dan kalau kau mau, kau bisa menggunakan komputerku. Untuk bermain game, misalnya," saran Mimosa seraya menunjuk komputer miliknya yang masih bagus di ruangan keluarga.

"Hmm, sekarang kau terdengar seperti Ibuku."

"Nah, aku lebih tua darimu, jadi kau wajib mendengarkan aku," tegas Mimosa sambil berkacak pinggang.

Kyle mengerutkan dahinya dan menyilangkan tangan. "Bukankah itu seharusnya kalimatku?"

Andaikan Kyle masih hidup, pastilah dia bertumbuh menjadi pria dewasa dengan tinggi badan yang melampaui Mimosa. Berumur setahun lebih tua, dan usil. Menyenangkan rasanya menggoda Kyle sekarang, tapi rasanya agak aneh, bila mengingat masa lalu. Pertemuan terakhir mereka ... tidak begitu nyaman untuk dikenang.

"Semuanya berbeda sekarang, jadi kurasa ini giliranku."

Sejujurnya, Mimosa telah berusaha keras untuk mencegah dirinya merasakan kembali buih-buih cinta yang lama. Rasa cinta Mimosa terhadap Kyle... bagaimanapun, harus ia hapuskan. Ia tidak tahan terus tertekan seperti ini. Mencintai Kyle hanya akan membuat ia terluka—itulah yang dipelajarinya dari peristiwa lima tahun yang lalu.

Bahkan sampai sekarang, Mimosa dan Kyle masih saja bersenang-senang... belum benar-benar serius membicarakan masa lalu. Kapanpun Mimosa merasakan rasa bersalah itu, ia hanya akan memendamnya dan menutupinya dengan senyuman.

Ini aneh. Ada beberapa hal yang ingin Mimosa katakan pada Kyle begitu lama ... tapi untuk beberapa alasan, ia merasa lebih kesulitan mengungkapkannya sekarang.

MY WILL [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang