‘Gimana ya,kalau tiba tiba gue di samperin vampire ganteng kayak Edward,kira kira reaksi gue kayak gimana ya? Hmm’ Gea berkata pada dirinya sendiri.Tetapi sebuah suara,tiba tiba membuat Gea kaget.
‘GEA!’ Teriak seseorang,membuat Gea menoleh ke arah pintu
‘HEH GUE GAK CONGE YA,LU KIRA KIRA DONG KALAU TEREAK,GILA!’ Gea balas berteriak
‘Gea lu bikin gua takut’ Ucap seseorang itu
‘HARUS NYA GUE YANG BILANG GITU NYET,LU MASUK RUMAH ORANG SEENAKNYA AJA’
‘Eh anak cewe ngomongnya kek gitu’ Balas seseorang itu sambil melangkah mendekati Gea.Gea pun bangkit dari duduknya,lalu memandangi orang itu dengan pandangan sengit
‘Lu mau apa kesini hah?! Mau larang-larang gue lagi?’
‘Ckckck,lu salah paham mulu sama gua,gua kasih tau lo,dan fakta itu bener’
‘Bener apanya? Lu jangan fitnah orang kayak gitu’ Gea berkata dengan tatapan dingin
‘Tatapan lu gak mempan di gua’ Ucap seseorang itu,membuat Gea mendelik
‘Lu mau ngapain kesini? Lu ganggu bersantainya orang cantik tau gak’
‘Dih cantik apaan,muka kayak tokek gitu’
‘REVAN PERGI LU DARI RUMAH GUA’ Ucap Gea sambil mendorong Revan.Tetapi yang di dorong tidak bergerak sedikitpun
‘Ge,bibir lo warnaya merah,kira kira manis gak ya rasanya?’ Revan bertanya dengan wajah innocent.Membuat darah seketika berkumpul di pipi Gea
‘Revan mesum lu! Pergi dari rumah gueeeeeeee’
‘Cie ada yang blushing cieeeee’ Ucap Revan sambil mencolek-colek pipi Gea
Gea memberikan tatapan sengit ke arah Revan,dan segera berlari ke arah kamarnya.Bodo amat Revan mau ngapain di rumah gue,pikirnya.Gea mengunci pintu kamarnya dan duduk di depan jendela kamarnya.
Masih hujan.Gea paling senang jika huja turun.Dulu jika hujan turun,Gea langsung berlari ke halaman rumahnya lalu bermain di bawah rintik hujan.Gea pun kembali mengingat masa itu,dimana dia hanya bermain sendiri,berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa Gea kecil tidak merasa kesepian
Dimana dia harus tinggal di rumah besar yang selalu sepi,hanya ditemani dengan Bik Minah.Gea kecil hanya bisa tersenyum lemah jika melihat teman teman sebayanya dijemput oleh orang tuanya di taman kanak-kanak.Gea selalu merasa iri kepada temannya,padahal Gea sendiri memiliki kedua orang tua
Bagi Gea,orangtuanya hanya bisa memberikannya materi,bukan cinta,bukan kehangatan keluarga.Gea benar benar menginginkan kehangatan keluarga,dimana orangtuanya bisa memperhatikan Gea sepenuhnya
Tiba tiba Gea tersadar bahwa dulu ada orang yang selalu menjemputnya di taman kanak-kanak,namun Gea tidak bisa dengan jelas mengingatnya,yang Gea ingat,bahwa dia perempuan mengenakan seragam SMP dan selalu menjemputnya di taman kanak kanak
Meskipun tak bisa mengingatnya dengan jelas,namun Gea bersyukur masih ada yang perhatian dengannya
‘Apa gue bener bener iri sama temen temen gue dulu?’ Tanya nya pada diri sendiri
‘Kalau iya,berarti gue bener bener kesepian’
Gea menyentuh kaca jendelanya,dingin,berembun.Gea terhanyut perasaannya,kesepian.Gea menghela nafas,tanpa terasa air matanya jatuh dan Gea akhirnya menangis dalam kesunyian
***
Revan hanya menatap Gea yang berlari menuju kamarnya tanpa berniat untuk mencegah
‘Apa sih yang ada dipikiran Gea? Gak ngerti gue’ Pikirnya sembari menggelengkan kepalanya
Revan pun keluar dari rumah Gea.Masih hujan.Revan segera berlari ke arah motornya rela menembus hujan agar bisa datang ke suatu tempat
Pikiran Revan melayang mengingat kejadian 2 tahun yang lalu,singkat memang,tetapi sulit dilupakan.Revan tersenyum getir mengingat masa itu,masa masa indah sekaligus menyakitkan
Revan pun sampai di tempat tujuan,hampir sekujur tubuhnya basah kuyup,namun dia tidak peduli.Revan segera berlari ke toko bunga
‘Pasti mau beli bunga daisy ya?’ Tanya penjaga toko bunga tersebut
‘Eh iya hehe,ada kan?’
‘Pastinya’ Penjaga toko tersebut memberikan bunga pada Revan
‘Masih segar’ Katanya menjelaskan,Revan hanya tersenyum lalu membayarnya
Revan pun segera pergi menuju tempat yang dituju.Digenggamnya bunga daisy itu erat.Revan berhenti,lalu berlutut memegang gundukan tanah dihadapannya,diletakannya bungan yang tadi dibelinya,lalu di usap nya nisan yang bertuliskan nama ‘Senada Carina’ Revan mengusap nisan itu sembari menutup matanya,mengingat semua hal yang dilakukan bersama seseorang yang memiliki nama tersebut
‘I miss you’ lirihnya
Air mata Revan jatuh di pipinya,namun tidak ada yang bisa melihat karna dia menangis di bawah guyuran hujan.Biarkan hanya Senada dan Tuhan yang tahu bahwa dia menangis
‘Maaf aku menangis,padahal udah janji ya gak bakal nangis? Tapi aku gak bisa.Apa kabar sayangku? Aku harap kamu bahagia,jika kamu bahagia aku pasti bahagia.Sudah 2 tahun lamanya kamu meninggalkan aku dengan semua kenangan yang pernah kita alami bersama’ Revan menghela nafas pelan
‘Tidakkah kau tahu bahwa aku sangat merindukanmu? Tetapi aku mengikhlaskan kau pergi karna Tuhan tau yang terbaik untukmu.Kau ada dalam hatiku,tempat rahasia,dimana tidak ada satu orang pun yang dapat menyentuhnya.Aku tau kau masih mencintaiku meskipun ragamu tak terlihat,namun dapat dirasakan’
‘Aku ingat semua tentangmu,prilakumu,kesukaanmu,tawamu,sedihmu,aku ingat semuanya.Itu semua bagai terpatri di benakku,takan pernah hilang’
‘Hari ini hujan,tepat seperti pertama kali aku melihatmu,dan tepat seperti saat terakhir aku melihatmu.Aku harap,kamu bahagia disana,selalu mencintaiku seperti janjimu,karna aku akan selalu mencintaimu seperti janjiku’
Revan pun bangkit,lalu tersenyum samar
‘Aku harus pulang,sampai ketemu lagi sayangku’
Revan pun pergi dari tempat itu dengan perasaan sedih dan bahagia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hi hi! maaf baru sempet update lagi hehe :3
Part ini agak alay Revannya #Plak
PS = Bacanya sambil denger 'Nostalgia' by Sungha Jung ada di multimedia
Caa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Enemy
Novela Juvenil(Slow Update) Copyright © 2014 by Justcallmecaa. Cerita absurd seorang Dhivanna Gea dengan Revandi Albert Mahesa