Gatau kenapa rasanya makin kesini ceritanya makin absurd ya? hehe.Semoga suka dengan ceritanya (:
Enjoy!
Gea sedang cekikikan gak jelas di kelasnya yang sepi.Dia sedang ber sms ria dengan kak Dhimas.Gea sedang memikirkan bagaimana tampang kak Dhimas saat dia memberi tahu bahwa Revan rabies,semakin Gea memikirkan hal tersebut,semakin Gea tertawa terbahak-bahak
‘Mumpung kelas lagi sepi,gue bebas ketawa.Bodo amat gue dikira gila apa engga yang penting gue seneng haha’
Gea pun melirik arloji nya,jam sudah menunjuka pukul 1 siang.Gea memutuskan untuk pergi dari sekolahnya karna perutnya sudah berteriak meminta makan
***
Gea mengendarai mobilnya di keramaian kota Bandung,dia menuju cafe kesukaannya.Cafe dimana Gea sering menghabiskan waktunya.Gea pun memasuki halaman parkir cafe tersebut.Di depan pintu masuk,tertera nama ‘Vanilla Cafe’
Gea pun melangkah memasuki cafe tersebut.Di dalam cafe,dia melihat anak anak sebayanya sedang berkumpul bersama teman temannya.Gea pun memilih tempat favourite nya,yaitu kursi pojok ruangan yang pemandangannya ke arah jalan raya.
Gea pun duduk,lalu seorang pelayan menghampirinya.Gea pun menyebutkan pesanannya,yaitu vanilla latte dan cupcake coklat kesukaannya.Pelayan pun pergi,Gea duduk termenung sendiri
‘Kok kayaknya gue udah kenal banget sama Revan ya? Rasanya kayak gue sama dia udah kenal dari dulu.Tapi gak mungkin,gue sama dia kan baru kenal belum lama ini’
Gea menopangkan dagu nya ditangan,sambil melihat keadaan diluar.Gea menajamkan pandangannya saat melihat seseorang yang dikenalnya
‘Itu Damian kan? Eh apa bukan ya? Tapi mirip Damian banget.Ngapain Damian ada di sekitar sini?’
Gea memperhatikan gerak gerik orang yang mirip seperti Damian tersebut.Namun tiba tiba pelayan membawakan pesanannya, Gea mengucapkan terimakasih kepada pelayan saat Gea kembali melihat ke luar,orang yang mirip Damian tersebut sudah lenyap
‘Mungkin gue salah liat’ gumam Gea
Gea pun memutuskan untuk memakan pesanannya.Entah kenapa dia tiba tiba tidak nafsu makan,padahal ini makanan kesukaannya.Akhir akhir ini Gea lebih sering melamun.Tiba tiba suara handphone nya berbunyi,Gea pun segera mengangkat telfon yang masuk ke handphone nya
‘Halo’ Gea berbicara
‘.......’
‘Ada di Green cafe,kenapa?’
‘....’
‘Ah ok,gue tunggu ya’
Gea memutus percakapan dengan seseorang itu.Kini dia menunggu agar seseorang itu segera datang.Makanannya sudah habis.Ada seseorang yang datang menghampirinya dengan senyuman.Gea melihat orang itu dan balas tersenyum
‘Udah selesai makannya?’
‘Udah,yuk’
‘Ok’
Gea pun membayar pesanannya di kasir lalu pergi meninggalkan Green cafe bersama seseorang tersebut
‘Pake baju kerja makin ganteng aja duh’ Gumam Gea dalam hati
Gea masuk ke dalam mobil milik seseorang tersebut.Mereka pun memulai percakapan ringan seperti biasa,hingga tiba tiba Gea bertanya
‘Ian,gue tadi liat orang yang mirip lo’
Pertanyaan Gea membuat Damian terdiam.Gea menoleh ke arah Damian yang sedang menyetir,rahangnya kaku
‘Kenapa dia?’
‘Ian,lo kenapa deh?’ Tanya Gea
‘Ah? Gapapa,berarti muka gue pasaran dong ya?’ Damian mencoba bercanda untuk memecah suasana kaku yang tadi ia buat
‘Haha iya banget,duh kasian amat sih lo’ Gea tertawa
Damia hanya tersenyum sekilas dan membawa Gea ke taman kota.Damian turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Gea.Gea pun memandang ke sekitarnya
‘Taman kota?’ Tanya Gea
‘Iya,taman kota’
‘Oh ok’
‘Yuk’ Damian mengamit tangan Gea
Mereka pun berjalan mengitari taman kota sembari bercanda ria.Seperti pasangan mungkin? Damian mengajak Gea duduk di tempat duduk yang tersedia
‘Lo pernah rasain gimana rasanya di tinggal pergi selamanya sama orang yang kita sayang?’ Tanya Damian,Gea mengangkat alisnya lalu menggeleng
‘Belum’
‘Lo pernah rasain rasanya saat lo suka sama seseorang,dan ternyata temen seseorang itu juga suka sama kita?’
‘Belum pernah juga,memang kenapa?’
‘Gapapa,gue berharap lo gak akan pernah ngalamin hal kayak gitu’
Keduanya pun terdiam.Lalu tiba tiba terdengar seorang perempuan berteriak memanggil nama Gea
‘GEAAAAAA!’
Gea pun menoleh untuk melihat siapa yang meneriakkan namanya.Saat melihat orang tersebut Gea bingung
‘Kak Namira? Ngapain teriak-teriak? Kak Nami yang anggun teriak? Aneh’
Namira pun berhenti di hadapan Gea dan Damian.Namira menarik lengan Gea agar berdiri di belakag punggungnya.Gea mengernyit bingung
‘Ada apaan sih?’
Gea menyadari nafas Namira yang terengah-engah karna habis berlari.Tiba tiba ucapan Namira yang di dengar Gea membuatnya tercengang
‘Lo gak puas udah ngebunuh sahabat gue? Sekarang lo mau ngebunuh dia juga? Sarap lo emang’ Suara Namira bergetar karna emosi
‘Nam gue...’ Belum sempat Damian menjelaskan,Namira usdah memotong perkataannya
‘Mau bilang apa lo? Mau bilang kalau lo belum puas bunuh orang yang deket sama gue?’
Damian terdiam tidak menjawab pertanyaan Namira
‘Nah diem kan lo.Denger kata gue baik-baik.Lo jangan pernah ketemu Gea lagi’ Ucap Namira penuh penekanan
Namira pun menarik tangan Gea untuk pergi dari tempat tersebut.Gea hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh Namira.Mereka sampai di parkiran mobil
‘Masuk’ Ucap Namira singkat
Gea pun segera masuk ke dalam monil tersebut.Gea diam memandangi Namira yang sedang menyetir
‘Mobil lo dimana?’
‘Eh di tinggal di cafe kak’
‘Cafe mana?’
‘Green cafe’
Namira pun mengendarai mobilnya ketempat dimana Green cafe berada.Saat sampai disana,Gea disuruhnya turun untuk mengambil mobilnya
‘Dateng ke rumah gue’ Ucap Namira
Gea pun hanya mengangguk.Dia menyalakan mesin mobilnya dan meluncur menuju rumah Namira.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Enemy
Fiksi Remaja(Slow Update) Copyright © 2014 by Justcallmecaa. Cerita absurd seorang Dhivanna Gea dengan Revandi Albert Mahesa