Cinta Gadis Buta (AmahStories_)

1.1K 121 5
                                    

Saat takdir menghadirkan cinta diatas banyak perbedaan.

°°°

Seorang gadis cantik menatap jendela kamarnya dengan senyum yang selalu terukir dibibir ranumnya. Tak pernah ada yang tau dibalik senyum tulusnya tersembunyi banyak penderitaan. Dialah Agatha Vernezza, denting suara piano yang selalu menjadi temannya kala ia merasa sepi dan sendiri. Tak ada yang berbeda dari seorang Agatha dia gadis yang sangat cantik, senyum yang dimilikinya sungguh manis. Namun ia tak mampu melihat itu semua karena Tuhan sudah lebih dulu mengambil penglihatannya sejak ia berusia delapan tahun.

"Agatha," panggil seorang perempuan paruh baya sembari menghampiri putrinya itu.

"Iya, Ma." Agatha sudah terbiasa berjalan dengan bantuan sebuah tongkat.

"Kenapa kamu murung seperti itu sayang." Mama Agatha menghampiri Agatha yang tengah duduk didepan piano berwarna putih.

"Kak Andine belum pulang ya Ma?" hanya Andine satu-satunya kakak sekaligus sahabat dalam kesepiannya.

"Belum sayang mungkin sebentar lagi. Kenapa kamu bosen?" Agatha menganggukan kepalanya sejak ia buta Agatha tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan takut untuk bergaul.

"Assalamulaikum." percakapan mereka terpotong saat seseorang datang mengucap salam.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Kak Andine dari mana kok malam pulang kuliahnya." Andine memutar bola matanya malas.

"Ya maen lahh sama temen-temen gimana sih!" sahut Andine ketus lalu berjalan menaikki tangga menuju kamarnya.

"Andine tunggu!" teriakan sang Mama membuat Andine mengurungkan niatnya pergi ke kamar.

"Apaan lagi sih, Ma. Andine capek mau tidur." Agatha yang mendengar keluhan Andine menjadi sedikit tak enak.

"Kamu tidak lupa kan kalau Agatha itu buta karena siapa? Kamu. Mama cuma minta luangkan sedikit waktu kamu untuk Agatha agar dia tidak bosan di rumah terus."

Perkataan Mamanya membuat Andine menyadari kesalahannya hari ini. Tidak seharusnya ia bersikap seperti itu pada Agatha karena dirinyalah penyebab Agatha hidup dalam kegelapan. Andai dulu dia tak mendorong ayunan terlalu kencang hingga membuat Agatha terjatuh mungkin sekarang Agatha mempu hidup normal seperti gadis lainnya. Namun siapa yang mempu melawan kehendak takdir tidak ada.

"Agatha." Andine menghampiri Agatha yang tengah bersiap untuk tidur.

"Kak Andine, ada apa?" Andine segera memeluk adiknya itu.

"Maafkan sikap Kakak padamu tadi sore ya." Agatha tersenyum dan melepaskan pelukan mereka.

"Kak Andine nggak salah aku yang salah karena aku sudah menjadi beban buat Kakak karena aku juga Kakak nggak bisa maen sama temen Kakak maaf ya Kak."

"Kamu nggak salah, Dek kamu berhak untuk itu semua karena Kakak penyebab kamu seperti ini." Agatha menggelengkan kepalanya dia paling tidak suka kalau Andine selalu merasa bersalah.

"Ini bukan salah Kakak. Ini adalah takdir yang digariskan Tuhan untuk Agatha. Jadi jangan merasa bersalah lagi." Agatha menggenggam erat tangan Andine.

"Makasih, Dek. Kalau gitu Kakak ke kamar dulu." Agatha menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis.

°°°

Denting suara piano kembali berbunyi. Suara merdu dari Agatha kembali terdengar memenuhi setiap sudut rumahnya. Tanpa Agatha sadari ada seseorang yang tengah mengamatinya bernyanyi. Lirik lagu Lentera Cinta milik Pia Utopia yang dinyanyikan Agatha seakan mampu menghipnotisnya. Sehingga ia tak mampu mengalihkan pandangannya dari gadis cantik dihadapannya meski hanya sedetik.

STORY ABOUT LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang