Chap 1_1.3

572 53 5
                                    

Alarm berbunyi. Zi Tao bergegas bangun dan merapikan tempat tidur. Setelah mandi, Zi Tao sibuk memasak di dapur. Setelah masakan tersaji di meja, Zi Tao mengambil makanan untuknya sendiri dan membangunkan isi rumah. Satu orang pria dan dua orang wanita. Mereka adalah bibi ZiTao beserta suami dan putrinya.

Anak Bibinya bertanya "siapa yang tengah berulang tahun sampai Zi Tao membuat sup rumput laut?" Bibi mengatai Zitao "kurang berpendidikan karena merayakan ulang tahunnya sendiri padahal ibunya meninggal tepat dihari ulang tahunnya"

"Terima kasih atas doanya, Bibi." Ujar Zi Tao masa bodo.

Bibi merasa kasihan dengan adikku yang miskin dan bekerja keras untuk membesarkan Zi Tao. Zi Tao memperingatkan bahwa bibinya sudah bicara kelewatan, dia boleh saja adiknya tapi dia juga ibunya. Oleh karena itu, ia merasa lebih dekat dalam hati dan juga dalam hukum.

"Kau jangan kabur ya!!" Ucap bibi "Tidak aku mau pergi sekolah, bukan kabur" Begitu Zi Tao membuka pintu, di luar hujan. Ada dua buah payung di dekat pintu, tapi paman melarang Zi Tao memakainya. Bibi lalu meminta Zi Tao bertemu dengannya di bank sepulang sekolah dengan membawa buku tabungan.

"Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak melakukannya, kan?"

"Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak punya buku tabungan." PlTak! Kepala Zi Tao kena lemparan mangkuk nasi.

"Sudah kubilang, aku tak punya buku rekening. Berapa kali aku harus mengatakannya pada Bibi?"

"Terus dimana rekening Ibumu? Dimana asuransi ibumu?"

"Mana aku tahu?"

"Apa kubilang, dia itu pasti dirasuki makhluk lain." Ejek Anak bibinya.

"Ya. Ada hantu di punggungmu." Balas Zi Tao membuatnya ketakutan. Zi Tao pun memutuskan untuk hujan - hujanan ke sekolah.

Bukannya ke sekolah , Zi Tao malah pergi ke tepian pantai. Zi Tao sedang melamun di tepi laut. Yifan juga sedang melamun di padang rumput.

Zi Tao membawa kue. Dia lalu mengenakan syal merah ibunya.

Yi fan memikirkan pembicaraannya dengan kakek semalam.

"Tuanku. Apa kali ini anda juga akan pergi sendirian?"

"Ya, sepertinya begitu. Tidak ada wanita yang pernah aku temui yang bisa melihat pedangnya."

Kakek merasa hal itu melegakan baginya. Dia berharap pengantin segera muncul saat Yi Fan kesakitan karena pedang itu. Tapi jika pedang itu terlihat, kakek berharap tidak ada seorangpun yang menyadarinya. Itu keinginan kakek, keserakahan kakek sebagai manusia.

Tapi Yi Fan juga merasa lega, karena kakek ada disisinya. Setidaknya untuk malam ini, dia senang karena masih hidup. Mereka kemudian bersulang.

Entahlah. Yi Fan belum menemukan gadis yang bisa melihat pedangnya. Baguslah, kakek cukup bersyukur karena belum ada yang melihatnya. Ia terkadang ingin Yi Fan segera menemukan wanita yang bisa mencabut pedang tersebut saat ia kesakitan karena pedang itu namun terkadang ia tak ingin seorang pun mengetahuinya. Manusia itu serakah.

Yi Fan juga senang karena kakek masih terus bersamanya sehingga ia punya banyak wine. Keduanya pun bersulang.

Kembali ke padang rumput. Yi fan berjalan mondar-mandir sambil memegang bunga yang ia petik.

Di tepi laut, zi tao menyalakan lilin kue ulang tahunnya. Zi Tao berkata "saat aku berusaha 9 tahun, aku berjanji tidak akan pernah melakukan hal ini lagi. Tapi sekarang aku putus asa, jadi aku meminta Tuhan untuk mengerti" Eun Tak kemudian memejamkan mata dan mulai berdoa.

GOBLIN The Lonely and Great GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang