You Don't Know What Really Happens

2.2K 249 15
                                    

"Apa ini terbuat dari bahan-bahan yang kita beli kemarin?" Seulgi melahap cheese cake yang diberikan oleh Wendy.

Wendy mengangguk-angguk dan mengembangkan pipinya yang kemerahan. "Tentu saja, tentu saja. Apa itu enak? Apa kau suka? Kau suka kuenya tidak?"

Seulgi tertawa melihat ekspresi Wendy yang aneh. "Aaaah, nomu chuaa! Ini sungguh sungguh sangat enak. Berhentilah bermimpi jadi penyanyi Seungwan-ah~, kau akan kaya raya jika membuka toko kue."

Wendy kesal dan mencubit pipi Seulgi. "Hey, kau mengejekku sekarang? Setelah aku meluangkan waktuku untuk membuatkanmu kue-kue itu. Dasar! Suatu saat kau pasti akan bangga melihat sahabatmu ini menjadi penyanyi hebat."

Seulgi meringis kesakitan. "Hehe, tolong lepaskan dulu tanganmu dari pipiku. Aku mau makan lagi kuenya."

"Makanlah yang banyak, supaya kau benar-benar besar seperti beruang. Sehingga kau tidak bisa dance lagi! Pipimu, perutmu mungkin akan berguncang-guncang ketika kau mulai menari! Hahahahaha" Wendy tertawa geli, menunjukkan giginya yang putih dan rapi.

Seulgi melotot. "Apa itu sesuatu yang pantas dikatakan?! Sungguh bodoh sekali aku mau berteman dengan seseorang sepertimu. Dasar idiot. Akan kubuat kau minum banyak es dan banyak makanan berminyak sehingga suaramu akan serak seperti kodok." Seulgi terkekeh sambil mencubit-cubit lengan sahabatnya itu. Dia mengoleskan sedikit krim yang ada di cheese cake ke mulutnya.

"Seungwan-ah~" Seulgi melakukan aegyo.

*CHUPPSS* Seulgi mencium pipi wendi.

"AAAAAAH! BODOH! Berhenti dekat-dekat denganku. Jangan menciumku, aku merinding sumpah!!! BODOH!" Wendy langsung beranjak dari duduknya. "Kau tidak suka skinship tapi kenapa kau menciumku seperti ini? Mengesalkan sekali!"

Seulgi masih tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Wendy.

***

Wendy membersihkan pipinya di toilet. Sambil bercermin dia berpikir, dia menatap wajahnya sendiri dengan bingung. Bukan cuma Seulgi yang benci skinship. Dia juga benci harus bersentuhan dengan Seulgi. Ini mungkin bukan pertama kalinya Seulgi bercanda seperti itu. Tapi, setiap kali Seulgi mencium pipinya atau memeluknya, Wendy merasa begitu kesal dan marah.

Jantungku hampir copot.

Kang Seulgi bodoh.

Aku bahkan tidak bisa meredakan detak jantungku yang berdebar kencang.

Ah, aku benci perasaan ini.

Aku sangat kesal sekarang.

Aku ingin berteriak.

Kenapa dia bisa dengan mudahnya tertawa? Sedangkan aku betul-betul tersiksa setiap kali dia bersikap seperti itu.

Wendy mengeringkan wajahnya sambil tak henti-hentinya berbicara dalam hati.

"Wendy Oppa ya~" Suara imut Seulgi memecah keheningan di toilet.

Wendy sangat terkejut. "Astaga kaget! Kenapa kau ikut-ikutan kemari? Jangan panggil aku Oppa, aku benci itu. Lagipula kau kan sudah punya pacar, panggil saja dia."

"Kau lupa aku baru saja putus, huh?"

"Oh ya, aku lupa." Wendy mengetuk-ngetuk keningnya. "Kau belum menceritakan detailnya kenapa si brengsek yang lemah lembut terhadapmu itu berani memutuskanmu? Apa karena selama 3 tahun dia tidak pernah mendapatkan jatahnya ya? Hahahaha lucu sekali. Apa karena dia tidak tahan ingin berhubungan denganmu, tapi kau tidak bisa memberikannya?"

Seulgi tidak menjawab. Dadanya tiba-tiba merasa sesak mendengar omongan Wendy.

"Apa karena selama 3 tahun dia hanya bisa memelukmu dan mencium bibirmu saja? Hey jawablah.. Aku yakin kau hanya berani sampai cium bibir saja, dan kau terlalu takut bahkan untuk memainkan lidahmu. Aku pernah melihatnya sekali, maaf."

Wendy merapihkan rambut dengan jemarinya. "Pria brengsek memang pikirannya penuh dengan seks. Untung saja kau bisa jaga diri baik-baik selama ini kan? Kalau dia berani menidurimu, aku habisi dia, sungguh."

Seulgi menggigit bibirnya, "E..e..m..m.... ya.. y.. yaa kau benar. Pria itu brengsek." Seulgi tidak berani menatap mata Wendy. Dia mencoba melirik ke arah Wendy kemudian menundukkan pandangannya ke bawah.

Bukan, Wen.. Kau salah.

Aku sudah lebih liar daripada apa yang kau pikirkan.

Aku bukan hanya pernah memainkan lidahku dengan Kai.

Tapi kami benar-benar sudah bertukar nyawa.

Kai bukan hanya pernah memelukku.

Dia bahkan sering memelukku dalam keadaan tanpa sehelai benangpun ditubuhku.

Bisa kau bayangkan sendiri, sejak 3 tahun aku bersamanya.

Sudah berapa kali kami melakukan hal itu? Tidak terhitung.

Kai sudah menikmati tubuhku, dan aku menyerahkannya begitu saja.

Dia meninggalkanku bukan karena tidak pernah mendapatkannya.

Tapi karena aku menolak untuk disentuh lagi.

Aku tidak mau lagi menjadi boneka seksnya.

Aku tidak sebaik yang kau pikirkan, Wen..

Tolong, berhentilah berpikir aku ini orang yang baik.

Prinsipku saja tidak bisa kujaga dengan baik.

Itu sangat membebaniku.

Seulgi menatap Wendy dengan mata berkaca-kaca. Sangat menyakitkan terus membohongi sahabatnya seperti itu, apalagi dengan kepercayaan penuh Wendy terhadapnya.

"Sudahlah, aku minta maaf kalau membuatmu memikirkan hal itu lagi. Jangan menangis di depanku. Ayo kita keluar.." Wendy menarik tangannya.

Wendy terkejut ketika melewati satu belokan dari toilet, dia hampir bertabrakan dengan Kai. Kai menoleh ke arah Seulgi. Seulgi tidak mau menatapnya.

"Seulgi?" Kai memanggil namanya dengan lembut. "Hey, Kang Seulgi. Boleh aku bicara denganmu sebentar?"

Wendy menatap Seulgi. Seulgi menggeleng.

"Dia tidak mau. Sudah ya" Wendy kali ini merangkul pundaknya.

"Hey, Kang. Aku kirim pesan saja ya. Tolong dibaca." Seulgi tetap tidak menoleh sedikitpun.

Tidak lama kemudian, handphone Seulgi bergetar.


From: Kai Ex

Seul, my bear. Aku ingat dulu kau pernah bilang kalau kau tidak pernah memberitahu hubungan kita yang 'panas' ini ke siapapun kan? Bagaimana jika aku menceritakannya sedikit saja kepada Wendy? Dia kan sahabatmu. Dia mungkin senang karena aku akan menceritakan betapa liarnya kau hari itu.


Seulgi kaget dan langsung menjauh dari Wendy. Tatapannya ketakutan. Wendy khawatir melihatnya. "Seulgi? Seul? Kau kenapa?" Seulgi terus melangkah menjauh sambil menatap wajah Wendy.

"Aku tidak kenapa-kenapa, Seungwan-ah~. Kau pulanglah duluan. Aku ingin bertemu dengan panitia acara festival dulu, ada yang tidak beres."

"Astaga, aku kira kau kenapa. Aku duluan ya." Wendy melambaikan tangannya.

Kai tersenyum, mengamati Seulgi dari jauh.

My Private StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang