'Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Ini benar-benar wangi parfumnya Seulgi. Tunggu-tunggu. Aku tidak sedang berhalusinasi kan? Tolong sadarlah Bae Joohyun... itu mungkin pikiranmu saja seolah mencium sesuatu.'
Irene berhenti di dua rak yang berbeda dari tempat Seulgi berdiri. Dia diam-diam mengamati gadis di sebelahnya. Pikirannya masih menerka-nerka apakah dia benar-benar Seulgi atau bukan. Postur tubuhnya, cara berpakaiannya, model rambutnya, semuanya sangat persis.
Seulgi terlihat sedang membaca-baca label di bagian belakang botol pengharum dan tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengamatinya.
"YA! KANG SEULGI!" Wendy meneriakkan nama Seulgi.
Bak disambar petir, Irene hampir tidak mempercayai apa yang terjadi saat itu. Irene menekan dadanya yang terasa berdetak sangat cepat, seolah udara di sekitarnya sudah habis.
***
Seulgi menoleh dan membacakan sesuatu yang ada di label belakang botol, "Keharuman yang begitu memikat. Membuat orang ingin terus mendekat..."
Wendy tertawa heran dengan kelakuan Seulgi. "Kau sedang apa sih? Dasar aneh."
"Jangan berani mengatakan aku aneh kalau kemarin saja kau tidak mau membayarkan laundryku. Dasar pelit!" Seulgi menatapnya sinis.
Wendy membuka matanya yang besar dan menunjuk-nunjuk Seulgi. "Woah! Apa kau bilang barusan? Pelit? Woah! Kemarin aku benar-benar tidak bawa dompet. Sekarang kau mau aku membayarnya? Apa kau mau aku membeli tempat laundrynya juga?" ujar Wendy disambut tawa Seulgi yang terdengar tidak asing di telinga Irene.
Irene sangat mengenal wangi itu.
Irene sangat mengenal suara itu.
Suara yang selalu memanggilnya.
Suara yang terdengar saat mereka tertawa bersama.
Tidak lama kemudian, Bo Gum datang menghampiri Irene yang terlihat menunduk sambil memegang dadanya. "Hyun-ah! Kau tidak apa-apa? Ayo kita pulang sekarang juga." ujarnya setengah berteriak.
Melihat reaksi Bo Gum yang panik, Seulgi segera menoleh.
"Nona, kau tidak apa-apa?" tanya Seulgi yang hendak menghampiri Irene. Bo Gum memberikan isyarat dengan tangannya bahwa Irene akan baik-baik saja dan Seulgi tidak perlu menghampirinya. Seulgi membungkukkan sedikit badannya memberi hormat. Mereka tetap melayangkan pandangannya sampai Irene dan Bo Gum tidak lagi terlihat.
"Ah, kasihan. Gadis tadi sepertinya sedang sakit. Seandainya aku sakit seperti itu apa yang kau lakukan, Wan? Misalnya, aku pingsan." tanya Seulgi.
"Aku? Tentu saja aku berteriak memanggil orang-orang, sampai mereka semua menolongmu..." Jawab Wendy percaya diri.
"Wah.. so sweet." Seulgi tersenyum lebar mendengar jawaban Wendy.
"Setelah orang-orang menolongmu. Aku akan minum kopi di kafe favoritku dan bersikap seperti tidak ada apapun."
"Kau mau mati ya?" Seulgi mengancamnya dengan kepalan tangan dan Wendy tertawa bahagia seperti anak kecil yang diberi cokelat.
***
Baechu:
Seul, kita harus bicara.
Kau tidak bisa dengan tiba-tiba seperti ini.
Aku tidak siap.
Baechu:
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Stranger
FanficKisah seorang gadis yang memiliki banyak masalah namun tidak memiliki teman berkeluh kesah, sampai akhirnya dia mencari teman melalui forum di internet dan bertemu satu sama lain tanpa menunjukkan wajah masing-masing.