“Hey, Song Seungwan!” Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dan berparas tampan memanggilnya dengan suara yang berat.
“Shon, Sunbae! Namaku, Shon-Seungwan, bukan Song!”
Laki-laki itu tertawa dan mengacak-acak rambut Wendy. “Aigoo.. Aku hanya menggodamu saja.”
“Ngomong-ngomong, Sunbae... Terima kasih atas bantuanmu dan team selama ini. Ini semua berkat kalian yang sudah membuat web kami semenarik itu, juga membuat penjualan tiket menjadi lebih mudah. Terima kasih banyak.” Ujar Wendy sambil membungkuk.
“Yah, itu bukan semata-mata karena teamku. Kalian yang mementaskan drama ini memang layak mendapatkan kursi yang terisi penuh oleh penonton. Kalian luar biasa! Seungwan jjang!”
“Terima kasih, hehe.” Di sela percakapan mereka, Wendy dipanggil oleh teman-temannya.. “Oh, Bogum-ssi, aku rasa aku harus berfoto dengan seluruh pemain.. Sampai ketemu nanti.” Wendy tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya.
“Ah, orang itu! Sudah kubilang untuk memanggil namaku saja... Dasar.”
***
“Kau tidak perlu ikut turun, Kang Seulgi. Aku bisa sendiri.”
“Ya (re:hey), kau pikir aku akan membiarkanmu sendirian disaat seperti ini?” Seulgi membuntuti Irene yang berjalan perlahan menuju apartemennya.
“Kau mau menginap?” Irene menahan pintu dari arah dalam.
“Ti..tidak.”
Irene langsung menutup pintunya. Tak lama setelah itu terdengar suara gedoran pintu dan teriakan namanya.
“Apalagi?” Wajahnya menyembul dari balik pintu.
“Aku akan menginap.” Seulgi berbicara sangat pelan sambil menatap ujung sepatunya.
Irene menarik lengannya dan dengan segala kekakuan yang dimilikinya, Seulgi hanya bisa berdiri melayangkan pandangannya ke setiap sudut apartemen Irene. Benda-benda kecil serta furnitur yang berwarna ungu dan pink membuat Seulgi bertanya-tanya apa dia sedang memasuki rumah barbie di kehidupan nyata atau tidak.
“Ya, apa kau patung? Mau berdiri di sana sampai kapan? Sini, berbaring di sebelahku.” Irene yang sedang tidak baik moodnya terlihat lebih menyeramkan dari yang biasanya.
Melihat Seulgi bergeming, dia berteriak “Lepas pakaianmu!”
Seulgi yang tersadar dengan refleks menutup dadanya dengan tangan yang tersilang di pundaknya. “Haha, pabo. Maksudku lepas saja pakaian luarmu, bukan seluruhnya. Sini, cepat!”
Mereka berdua berada di atas ranjang yang sama. Irene berbaring di sisi kanan tempat tidur sambil membelakangi Seulgi, dan Seulgi berada di sisi kiri dengan menghadap lurus ke arah dinding yang terdapat figura foto Irene yang terpampang besar.
“Kau tidak mau mendekat?”
“Oh?” Seulgi menuruti permintaan Irene dan bergeser satu jarak dari tempatnya semula.
“Lagi...” ujar Irene. Seulgi pun bergeser.
“Lagi...” Seulgi bergeser hingga tangannya bersentuhan dengan punggung Irene.
“Sekarang, peluk aku.”
Seulgi tak membantah sedikitpun. Dia hanya melakukan apa yang diminta oleh Irene. “Kemana Kang Seulgi yang biasanya sedikit nakal? Kenapa tiba-tiba jadi pendiam?”
“Hm... Karena ini rumahmu, Unnie.”
“Lalu?”
“Aku harus bertindak sopan di rumah orang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Stranger
FanfictionKisah seorang gadis yang memiliki banyak masalah namun tidak memiliki teman berkeluh kesah, sampai akhirnya dia mencari teman melalui forum di internet dan bertemu satu sama lain tanpa menunjukkan wajah masing-masing.