Meskipun nggak sampe 150 vote chapter yang kemarin, agak kecewa huhu tapi cerita ini harus tetap dilanjutkan, setuju?
=========================
Juhyun memegangi pipinya yang bengkak karena sakit gigi. Giginya tidak bisa langsung dicabut karena masih terdapat peradangan. Juhyun harus menunggu beberapa hari sampai gusinya tidak bengkak lagi. Pemeriksaannya ternyata tidak terlalu lama, justru waktu yang dihabiskan untuk menunggu Seulgi kembali jauh lebih lama.
"Juhyun-ssi?" seorang laki-laki paruh baya dengan seragam yang khas menghampirinya.
"Ya? Siapa ya?" tanyanya terheran-heran.
"Aku supirnya Seulgi. Dia tadi menelponku untuk menggantikannya. Dia pergi ke suatu tempat, dan karena ada kecelakaan, dia takut terlambat untuk menjemputmu. Jadi dia pergi menggunakan taksi dan menyuruhku kembali ke sini untuk mengantarmu pulang," ujarnya dengan sangat sopan.
"Oh, begitu? Apa Anda tahu dia pergi ke mana?" tanya Juhyun lagi.
"Dia tidak mengatakan apapun. Tapi, dia memintaku untuk mengantarmu ke sana."
***
"Hai!!" sapa Seulgi dengan senyum merekah saat melihat Juhyun sampai di kafe yang dituju, "Pak, kau boleh pulang sekarang. Ini ongkos taksinya, terima kasih banyak."
Supir itu mengangguk dan memberikan kunci mobil ke Seulgi.
"Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" tanya Seulgi.
"Sudah lebih baik, gusiku sudah tidak terlalu bengkak. Tapi masih sedikit nyeri sepertinya," tangan Juhyun mengusap-usap pipinya.
"Ini, coba makan es krim ini. Aku sudah memesannya untukmu. Aku tadi buru-buru ke sini untuk memesan tempat. Kafe ini sangat terkenal, bahkan peraturannya ditulis tidak boleh di sini lebih dari 1 jam. Jadi aku menyewanya saja 3 jam untuk 2 kursi."
Seulgi mengatakannya dengan biasa saja, tetapi Juhyun yang mendengarnya tercengang, "apa kau benar-benar melakukan ini untukku?"
"Memangnya ada orang lain di depanku selain kau?"
"Tapi sepertinya hari ini tidak ada apapun untuk dirayakan?" Juhyun kebingungan lagi.
"Apa perlu menunggu hari besar dulu untuk memberimu sesuatu yang istimewa?"
Iya, begitulah manusia. Setelah melakukan sedikit kesalahan, biasanya akan ditutupi oleh perbuatan baik sehingga orang lain tidak akan curiga akan sisi buruknya.
***
"Hahaha Chanyeol kenapa fals begitu saat bernyanyi? Sepertinya dia terlalu gugup sampai-sampai tidak bisa mencapai nada tingginya," Seulgi tertawa sambil menyuap beberapa popcorn ke dalam mulutnya. Di tv berukuran 40 inch itu mereka menonton rekaman pentas projek akhir Seungwan.
"Haha, iya, aku rasa dia sangat gugup," Seungwan menunjukkan wajah sumringah dengan posisinya yang nyaman; berbaring di paha seulgi.
"Seungwan-ah... Aku minta maaf aku belum bisa menjadi yang terbaik untukmu. Bahkan saat pentasmu pun aku datang terlambat," Seulgi membelai kepala Seungwan dengan perlahan.
"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti. Lagipula, menonton tayangan ulangnya bersamamu seperti ini juga menyenangkan. Dalam hidup ini ada skala prioritas, dan mungkin aku bukan prioritas utama untukmu... "
Suasana menjadi hening. Seulgi ingin menyanggahnya, tapi di sisi lain perkataan Seungwan juga benar. Jika memang Seungwan adalah prioritasnya, kenapa selalu Juhyun yang menang?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Stranger
FanfictionKisah seorang gadis yang memiliki banyak masalah namun tidak memiliki teman berkeluh kesah, sampai akhirnya dia mencari teman melalui forum di internet dan bertemu satu sama lain tanpa menunjukkan wajah masing-masing.