Aku,inilah diriku

39 3 0
                                    

Sinar matahari mengintip di balik jendela,hembusan angin menggerakkan tirai.
Seorang gadis mungil tertidur sambil memeluk buku,bukan diranjangnya tetapi di meja belajar dengan kepala yang bersandar di meja.
Dia mengerutkan kening saat cahaya matahari menembus retinanya.
Di harus segera bangun jika tidak ingin terlambat masuk sekolah dan ini masih hari rabu.
~~~
Jemarinya mulai merapikan buku-buku pelajaran untuk hari ini dan sekarang ia sudah siap untuk berangkat sekolah,tak lupa ia membawa buku kesayangannya,bisa di bilang teman sejati,karena buku itu slalu ada untuknya dalam keadaan apapun.
Kakinya melangkah meninggalkan kamar ketika diruang tamu disambut oleh kedua orangtua yang sibuk bergurau dengan adiknya sehingga tak memperhatikan kedatangannya.
Di hari yang masih pagi ini sudah disambut kejadian yang tidak mengenakkan.Bahkan menawarkan sarapan atau memberi uang saku menatapnya saja orangtuanya tidak mau.Inilah takdir yang harus dihadapinya mau tidak mau.

Seperti biasa dia sampai di sekolah paling awal padahal menurutnya ini sudah siang,langkahnya melewati koridor menuju kelas yang paling pojok.Ya memang dia anak yang pintar,rajin,pendiam.Dia tak pernah ambil pusing walau temannya hanya satu.
Kelas XI IPA 1,itulah yang tertera di pintu kelas.Ia memandangi kelas yang masih kosong itu dan bergerak ke salah satu bangku yang paling belakang,karena menurutnya di belakang lebih nyaman.

"Ra...!!!"panggil salah satu siswi dari pintu,dia mulai berjalan mendekatinya.
"Apa Din,kamu manggil kayak gak pernah lihat aja".Jawabnya datar.
"Ya maaf....gimana kabar kamu???"ia selalu memberi perhatian kepada sahabatnya ini,andai kehidupan Kara sepertinya maka sahabatnya akan selalu tersenyum.
"Seperti biasa..."Jawabnya lalu memalingkan wajahnya ke buku kesayangannya tersebut.
"Kring...Kring...Kring......"bel masuk berbunyi.

Akhirnya pelajaran hari ini berakhir Kara memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sebelum pulang.Jemarinya meraba setiap buku yang tersusun rapi,kemudian dia mengambil salah satu buku yang berjudul "untuk ayah dan ibu"senyumnya muncul meski terlihat miris.
     Saat aku menumpahkan setetes air
     Kau yakinkan aku tuk terus berjuang
     Disaat hari ini begitu rapuh
     Yang membuatku sesak untuk bernafas
    Jemari ini yang slalu mengusap setiap peluh yang menetes
    Bibir ini yang selalu mengucap kata ajaib
     Apakah aku harus selalu menunggu hujan darah
     Apakah aku perlu mengunjungi alam yang tak pernah kulihat
Air matanya menetes,ia tak sanggup membaca buku ini lagi,walau sebenarnya buku ini bertolak belakang dengan kehidupannya,ia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua yang sesungguhnya,ini semua palsu........
Dia duduk termenung di dalam bus matanya menatap ke arah jendela.Ia acuh pada sekitarnya,bahkan ada yang duduk disebelahnya ia tak menyadari.

POV
"Gadis yang unik....kita satu sekolah,tapi aku tidak pernah melihatnya"gumamnya dalam hati yang tengah memperhatikan sosok gadis di sebelahnya.
Arga Lanta Arsya nama laki-laki yang duduk disamping Kara....dia kelas XI IPA 3,bisa di bilang dia cowok yang keren,tapi dia cukup pintar.

Meski bisa di bilang Kara melamun tapi ia tetap memperhatikan perjalanan pulang.Akhirnya bus sampai di halte,Kara pun beranjak keluar bus.Ia menapakkan kakinya untuk pulang,jarak rumah dengan halte bus tidak terlalu jauh.

Dirumah....
Sepi itulah yang ia rasakan,ayah dan ibunya belum pulang sedangkan adiknya les musik,Ia menuju dapur untuk makan.
"Non mau saya masakin apa untuk makan siang???"tanya wanita paruh baya yang tidak lain adalah pembantu dikeluarganya.
"Gak usah bi,biar saya masak mie sendiri"beri tahunya.
"Non bibi bangga sama enon,enon itu mandiri dan selalu tegar"ucapnya sambil mengelus rambut Kara.
"Bi apakah Kara ini tidak pantas dilahirkan,Tuhan tidak adil dengan Kara,Apakah dosa Kara dimasa lalu begitu banyak,apakah Kara bukan putri kandung ayah dan ibu??"tanyanya meneteskan airmata sambil memeluk bibi yang ia anggap sebagai ibunya,karena ibu kandungnya tak pernah menganggapnya ada.
"Enon gak boleh bicara seperti itu,enon harus selalu sabar,bibi yakin suatu saat nyonya dan tuan akan menganggap non ada,non bisa menganggap bibi seperti ibu enon...."katanya terenyuh mendengar isakan Kara.
"Terima kasih bi,Kara harus kuat"ucapnya sambil mengusap air matanya yang sempat tumpah.
"Enon tunggu disini,pokoknya bibi yang masak.."sambil belalu untuk masak mie.

Setelah selesai makan Kara ke kamarnya menaruh tas lalu merebahkan badan di kasur dengan keadaan tengkurap.Ia kembali membuka buku kesayangannya yang ia bernama pelita,jemarinya mengukir dilembaran kertas itu,
       Pelita,apa lagi yang harus Kara tanyakan
       Siapa yang hendak menjawab
       Kemana takdir akan membawaku
       Dimana aku dapat mengenali diriku
       Jika aku tanya pada Tuhan
       Apakah aku harus meninggalkan jasadku untuk menemukan jawaban
      
Kapan tangisanku berakhir
Kapan seulas senyum tanpa beban merekah di bibirku
Jika aku cahaya
Maka aku adalah yang paling redup .

Tak lama kemudian ia tertidur.

»»»»
"Kara sayang,kamu sudah makan???"tanya seorang wanita yang ia kenali adalah ibunya.
"Mama....aku selalu merindukan mama,aku ingin peluk mama untuk sekali saja,aku hanya ingin mama menganggapku ada......"tangisnya pecah tatapannya sendu.
"Maafkan mama...Mama juga menyayangimu...."meraih putrinya itu untuk merengkuh diperlukannya.
"Mama apa salahku,mengapa kau begitu tega menyiksaku...."tanyanya masih dipelukan sang ibu.
"Maafkan mama...."sahutnya melepaskan pelukan Kara.Dengan perlahan langkahnya mundur,Kara tak mengerti apa yang terjadi kini airmata semakin deras mengalir.
"Mama....jangan tinggalkan aku,aku ingin merasakan kasih sayangmu....Mama.....!!!!"panggilnya seraya mengejar tapi apa daya,sang mama hilang di telan cahaya,ia pun terjatuh,hatinya sakit ...amat sangat sakit.

Tubuhnya berkeringat,jemarinya meremas seprei hingga kusut....."Mama"teriak kembali ke alam sadar,bekas airmata masih bergelinang di kantong matanya.
"Hanya mimpi,uhh ini memang tidak adil,Tuhan apakah aku boleh menuntut kepada Mu,mana kebahagiaan yang kau janjikan pada setiap umat Mu?apakah aku tidak pantas merasakannya??"tanyanya lalu merebahkan badannya.

Tak terasa malam datang menjemput sedangkan gadis itu masih berada di alam tak sadarnya,setelah bermimpi tadi matanya masih menuntut untuk tidur."neoue miso neoue hyanggikaji,hangsang gidaryeowassjyo sonkkoba wassjyo eoneu gose issdahaedo nan geudaeppunijyo......."alarmnya berdering,tangannya bergegas mengambil handphone tersebut teryata sekarang pukul 15.45.....dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan setelah itu beranjak tidur.

Salam kenal ya....semoga para readers like ceritanya.

Cahaya Yang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang