Gadis itu masih terbaring lemah setelah operasi kemarin,entah apa yang membuat Kenan ingin menjaganya selama ia belum sadar.Kenan sedang duduk disofa yang ada disebelah ranjang,pandangannya tidak berpaling dari Kara.
Setetes Airmata yang jelas dilihatnya mengalir dari mata Kara yang terpejam,sebenarnya apa yang ia mimpikan.Kenan berjalan mendekati ranjang Kara,ia menggenggam tangan Kara dengan ragu."Yang aku rasakan tak lebih dari rasa sakit yang menyiksa....
Seberapa lama pun aku menangis aku tetap akan begini.....
Sebayak apapun aku bertanya semuanya sia-sia.....
Jika aku yang terlahir dari sosok yang berhati mulia....
Aku sudah tahu jika itu adalah takdirAku ingin memanggilmu dengan sepenuh hati
Aku ingin menatapmu setiap saat
Melihat sebuah senyuman yang merekah dibibirmu
Mendengar kau memanggilku dengan lembut
Mengusap rambutku untuk menyalurkan kasih sayang
Membendung air mata ini supaya tidak menetes
Itu adalah mimpi.....
Entah sampai kapan aku menunggu...Aku tahu
Aku selalu sendiri
Aku tahu
Aku juga teramat lemah
Sedang disana ada bulan yang ditemani bintang
Ada matahari yang ditemani awan
Ada hujan yang ditemani rintikan
Sampai membuatku harus merasa mereka mengejekku...
Mereka tersenyum dengan bangganyaAku disini
Aku perlu diakui
Aku bukan hanya bayangan
Aku punya hati bukan untuk dikasihani
Aku tidak ingin dunia melihatku
Aku hanya ingin kau yang melihatku
Lalu kau berkata
"Anakku sayang...mama menyayangimu"
Hanya Itu.........Kenan masih setia duduk disamping ranjang dengan tangannya yang menggenggam tangan Kara.
"Mungkin menurutmu ini terlalu cepat,kita baru berteman dua hari ini....Entah apa yang membuatku tertarik untuk ingin selalu menjagamu....kau mau berteman denganku jujur itu membuatku sangat senang.....kau tahu aku tidak pernah sedekat ini dengan seorang wanita....aku tidak tahu sebesar apa masalah yang kau hadapi tapi aku yakin kau sedang menderita......Aku tahu kau gadis yang kuat....cepatlah sadar....."Kenan bercerita panjang,tangannya masih tetap menggenggam tangan Kara.
Tanpa Kenan sadari Kara perlahan-lahan mulai membuka matanya,ia menggerakkan jarinya dan itu membuat Kenan terkejut lantas cepat-cepat melepaskan tangan yang digenggamnya.
"Kara kau sudah sadar....Aku periksa dulu sebentar"Kara hanya mengedip-ngedipkan kelopak matanya."Dokter bagaimana keadaan adik saya???"tanyanya lemah.
"Dia baik-baik saja....bahkan sudah siuman....oh iya apa yang kau rasakan???"Kenan masih berdiri disamping Kara,menatap gadis itu lekat-lekat.
"Aku senang mendengarnya....kepalaku masih sedikit pusing"mereka bertatapan sejenak,lalu Kara mengalihkan pandangan untuk menghindari rasa gugup.
"Itu pengaruh obat bius....sekarang kamu istirahat saja"perintahnya pada Kara.
"Aku tidak ingin istirahat."jawabnya membuat Kenan terkekeh geli.
"Tapi kamu baru saja siuman..."
"Dokter Kenan....aku lelah beristirahat,aku tadi sudah beristirahat banyak"jelasnya pada Kenan.
"Ya sudah terserah kamu...."Kenan membalikkan badannya hendak pergi tapi tangan Kara menahannya,sehingga membuat Kenan berhenti dan menatapnya.
"Dokter terimakasih banyak...."kata Kara selanjutnya sambil melepaskan tangan yang memegang lengan Kenan.
"Sama-sama....Aku akan kembali keruanganku...."Kara hanya menganggukkan kepada.
««««««««
ARGA POV
Pelajaran matematika benar-benar membuatku jenuh,sedari tadi aku hanya mencoret-coret buku tanpa mendengar penjelasan pak Agus.Ia melirik jam masih kurang 15 menit lagi istirahat,ia pun berdiri untuk izin ke kamar mandi.
"Pak saya izin ke toilet"kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Yang Redup
Ficção AdolescenteIngin aku slalu bakit dari keterpurukan Hati ini begitu sesak hingga terasa amat sakit Bahkan lilin lebih terang Dari alam kehidupanku yang terasa pahit Tangisan dikegelapan Tak bisa dipungkiri dan kuungkiri Berhentilah Menjalani semua dengan baik...