Ruangan Dokter...
Dokter POV
Setelah selesai tes,Aku mengajaknya keruanganku untuk mendengar penjelasannya.
Entah mengapa aku jadi tertarik kepadanya sejak tadi dia tiba-tiba masuk keruanganku,penampilannya yang sederhana jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya,rambutnya yang panjang diikat,wajah itu mirip dengan kakakku yang sudah tiada....tubuhnya mungil dengan warna kulit putih kekuningan,menurutku sangat menarik dan sekarang dia duduk dihadapanku."Bagaimana.....apakah kau jadi memberi penjelasan sepertinya kau ragu"tanyaku padanya.
"Maaf dokter,saya belum mengenal anda.Bagaimana saya bisa memberi penjelasan,saya takut..."jawabnya settttttttts membuatku ingin tertawa,dia benar-benar polos."Oke,perkenalkan namaku Kenan Nugrahardana.Aku dokter di rumah sakit ini sepertinya kamu sangat menutup diri....???"pertanyaanku membuatnya menatapku.
"Bisa di bilang begitu,kalau saya cerita Dokter adalah orang kedua yang tahu kehidupanku setelah sahabatku...."orang kedua wow dia sangat menarik dan unik,dia sedikit tersenyum dan itu manis sekali.
"Kalau begitu kita berteman,kamu sekolah dimana...???"tanyaku lagi.
"Saya bersekolah di SMAN Tunas Bangsa...."jawabnya singkat.
"Berarti aku adalah senior kamu.Ahhh...senang bertemu denganmu umur kamu 17 berarti kita beda 5 tahun..."dia sedikit terkejut.
"Benarkah oh berarti dokter orang yang pandai masih muda sudah jadi dokter bedah.Aku jadi salut..."
dia berkata sambil menjentikkan jari senang sekali rasanya mendapat pujiannya."Terima kasih, oh ya kamu jadi cerita kan???"
"Apakah dokter tidak sibuk??saya takut mengganggu jam kerja anda"tanyanya padaku.
"Karena aku dokter bedah jadi cuma menangani 3 sampai 5 pasien saja dalam sehari kebetulan hari ini pasien saya hanya adikmu...."dia sangat sopan sepertinya orang tuanya mendidiknya dengan baik."Owh kalau begitu saya akan menjelaskan.Sebenarnya saya tidak ingin mama dan papa tahu jika saya mencoba mendonorkan ginjal saya,mereka pasti akan menentangnya karena mereka menganggap saya tidak beruntung apalagi jika nanti organ tubuh saya ada pada Raka...."dia berhenti sejenak wajahnya berubah menampakkan kesedihan.
"Mungkin saya hanya tujuh tahun merasakan menjadi seorang anak yang sesungguhnya setelah kelahiran Raka semuanya berubah mulai dari sikap mama dan papa sampai kasih sayangnya atas apa yang terjadi pada Raka mereka selalu menyalahkan saya,bahkan Raka sendiri tak pernah menganggap saya kakak,saya tahu seorang anak pasti belum bisa hidup sendiri tetapi mama dan papa selalu bilang saya adalah anak yang selalu menyusahkan,saya selalu bertanya pada Tuhan.Mengapa menciptakan saya jika tidak ada yang menginginkan kehadiran saya...."ternyata kehidupannya berbanding terbalik dengan yang kukirakan,melihat airmatanya mengalir ingin sekali aku mengusapnya tapi aku baru kenal dengannya.
"Sudah cukup jangan diteruskan....aku tidak ingin melihatmu bersedih hapus air matamu dengan ini maaf karena membuat mu menangis."kataku,aku memberinya sapu tanganku,dia menerimanya.
"Maaf dokter.Saya menangis bukan salah dokter...."jawabnya
"Tapi aku membuatmu menceritakannya....."kataku selanjutnya.
"Dokter tolong jangan beri tahu mama dan papa,saya takut mereka___"aku langsung memotong bicaranya.
"Aku tidak akan memberi tahu mereka tenanglah.Sekarang kita berteman ya..."tawarku sambil mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan.
"Baik Dokter kira-kira kapan hasil labnya keluar..????"setelah menjabat tanganku,dia bertanya lagi.
"Nanti malam atau besok...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Yang Redup
Teen FictionIngin aku slalu bakit dari keterpurukan Hati ini begitu sesak hingga terasa amat sakit Bahkan lilin lebih terang Dari alam kehidupanku yang terasa pahit Tangisan dikegelapan Tak bisa dipungkiri dan kuungkiri Berhentilah Menjalani semua dengan baik...