Chapter 1 : Meet her for the first time
Seorang gadis cantik berjalan dengan anggun melewati koridor sekolah sendirian. Setiap orang yang melihatnya menyapa serta mengagumi parasnya. Wajahnya cantik---bak bidadari---yang turun dari khayangan. Banyak kaum adam yang mengidolakan serta mendambakan untuk memilikinya, paling tidak---mengenalnya lebih dekat. Tapi, semua harapan harus pupus ketika seorang pria menghampiri gadis itu.
"VERANDA!" panggilnya.
Gadis itu, Veranda---menghentikan langkahnya. Dia merasa muak mendengar suara orang yang baru saja memanggil namanya. Ingin sekali rasanya mengabaikan, tapi apa boleh buat---banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya. Bagaimanapun juga, Veranda enggan merusak citra baiknya.
"Veranda!" sapa orang itu ketika sampai dihadapan Veranda.
Veranda memaksakan senyum. "Ada apa, Marcel?" tanyanya.
Marcel ikut tersenyum. "Cuma mau bilang, nanti sore jangan lupa! Kamu harus dateng dan ngisi acara di kafe Mama aku, dan---Mamaku bilang dia kangen kamu, sayang!" katanya.
Veranda mengangguk. "Okay, jam 7 'kan? Aku duluan ya, Cel---ada rapat osis. Bye..." pamit Veranda lalu buru-buru pergi dari hadapan Marcel---dia sudak merasa muak, sangat muak.
Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Lagi-lagi banyak murid yang menyapanya---dia hanya tersenyum setulus mungkin serta sekali-kali membalas sapaan mereka. Satu kata yang menggabarkan suasana hatinya saat ini---muak---benar-benar muak dengan semua drama yang ada dihidupnya. Ingin lari. Veranda ingin melarikan diri rasanya, tapi dia sadar---hal itu tidak akan membantu apa-apa, dan justru memperumit keadaan.
Bruk!
Veranda menabrak seseorang yang sedang berjalan terburu-buru. Orang itu melihat Veranda sekilas. Membantu Veranda berdiri. Mengucapkan permintaan maaf. Lalu pergi begitu saja. Veranda tidak mengenalnya. Tapi dari seragam yang digunakan oleh orang itu, Veranda bisa menyimpulkan bahwa dia 'murid baru' di sekolahnya.
Anak-anak yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo. Veranda diabaikan. Bidadari sekolah mereka yang merangkap sebagai ketua osis diperlakukan dengan seperti itu. Tapi Veranda cuek. Dia malah merasa penasaran dengan orang yang menabraknya. Ada aura nyaman sekaligus melindungi dari orang itu. Dia tersenyum kecil dan kembali melanjutkan langkahnya.
●●●
"Okay, ada pertanyaan soal acara HUT sekolah kita minggu depan?" tanya Veranda diakhir rapatnya.
"Tidak ada!" koor anggota osis kompak.
Veranda tersenyum. "Hmm, rapat kali ini cukup sampai di sini, dua hari lagi kita rapat mengenai pengisi acara serta pengajuan proposal pendanaan. Sekian dari saya, terimakasih!" ujar Veranda mengakhiri rapat.
Orang-orang di ruangan itu mulai membubarkan diri masing-masing dan kembali ke kelas. Veranda masih membereskan beberapa dokumen yang berhubungan dengan acara ulangtahun sekolahnya. Dia tidak menyadari ada orang yang sedang mengamatinya dari ambang pintu ruang osis. Perlahan dia menutup pintu dan menguncinya. Dia mendekati Veranda lalu menjegal pergelangan tangannya yang sedang sibuk merapihkan berkas.
"Lepas!" ketus Veranda.
"Aku mau bicara sama kamu!" ujar orang itu dingin.
"Bicara apalagi? Diantara kita semuanya sudah berakhir, Ke-vin! Jadi stop ganggu aku!"
"Gak semudah itu, cewek sialan! Lo udah permainin gue jadi lo harus terima akibatnya!" geram Kevin lalu menyeringai.
Veranda mendelik. Kevin tersenyum licik kepada Veranda. "Pintunya udah gue kunci, dan guru juga lagi pada rapat di kantor. Jadi---gak akan ada yang akan ganggu kita, sayang!" ujarnya sambil memperlihatkan kunci yang ada digenggamannya.
"Kevin, le-pas!" ronta Veranda sambil berusaha melepaskan cengkraman Kevin. Kevin menggeleng dan kembali menyeringai. Dia semakin mendekati Veranda dan memojokkannya ke tembok. Veranda tidak bisa berkutik lagi.
"To-tolong!" teriaknya.
Kevin tersenyum remeh. "Teriak, Veranda. Ayo teriak---mereka gak akan peduli!" tantang Kevin.
Veranda meneguk air liurnya dengan susah payah. Dasar cowok gila! umpatnya dalam hati. Dia berdoa pada Tuhan. Paling tidak, dia masih percaya dengan keajaiban Tuhan.
"Tolong!" teriaknya sedikit lebih keras.
"Gue bilang gak akan ada yang de-"
Brak!
Suara pintu didobrak mengagetkan keduanya. Kevin berdecak lalu menengok ke arah pintu. Dia mendelik.
"Kinal..." lirihnya.
Orang yang mendobrak pintu itu menghampiri Kevin dan mencengkeram kerah bajunya. "LO!" ujarnya menunjuk Kevin. "Lo mau ngancurin masa depan anak orang lagi huh? Gak cukup Kakak gue jadi korban lo? Dasar baj*ngan!" maki orang itu lalu memukuli Kevin habis-habisan.
"Stop! Aku mohon stop!" teriak Veranda.
Orang itu berhenti memukuli Kevin tapi dadanya masih naik-turun tanda menahan amarah. Dia menatap ke arah Veranda lalu menyeretnya. Saat keluar dari ruang osis barulah nampak siswa-siswa yang tengah menonton aksi pukul-pukulan tadi. Mungkin, suara pintu didobrak tadi sangat keras sehingga mengundang perhatian. Veranda mendengus sebal. Lagi. Dia hanya dijadikan tontonan tanpa ada yang benar-benar perduli---kecuali...
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Veranda kepada orang yang tengah menyeretnya sekaligus jadi malaikat penolongnya dari Kevin si cowok gila.
Orang itu masih diam. Dia berjalan menuju taman---setelah sampai taman dia melepaskan cengkramannya dari tangan Veranda.
Dia menatap datar pada Veranda. "Lo harus hati-hati sama yang namanya Kevin----dia itu cowok brengs*k---dia baj*ngan, jangan sampe lo jadi korbannya yang entah keberapa. Gue saranin, jauhin dia!" katanya memperingati.
"Kamu kenal Kevin darimana?" tanya Veranda heran.
"Lo gak perlu tau itu semua, yang jelas---jangan pernah berhubungan sama si cowok brengs*k itu, gue gak mau lagi ada masa depan yang hancur karena cowok baj*ngan itu!" gerammya.
"Okay----thanks udah mau nolongin aku." kata Veranda tulus.
Orang itu hanya menghela napas lalu meninggalkan Veranda.
"Tunggu!" teriak Veranda lalu menghampiri orang itu. "Nama kamu siapa?" tanyanya.
Orang itu tersenyum tipis walau sedang membelakangi Veranda. "Kinal, Devi Kinal Putri..." jawabnya lalu kembali melangkah pergi.
"Devi Kinal Putri..." gumam Veranda.
TBC~
[a/n]
Hello? This is me... *plak malah nyanyi. Hehe...
Gimana? Dapet Feel-nya? Semoga dapet deh, hehe...D
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, What is Love?
FanfictionKau tahu? Mereka bilang hidupku sempurna, aku anak populer, pintar, terlahir dari keluarga berada, dikelilingi oleh orang-orang yang menamakan diri mereka 'teman', memiliki segala yang aku mau. Tapi, ada satu hal yang tidak pernah aku miliki serta a...