Chapter 3 : dan ternyata kenyataannya berbeda dengan yang sering diceritakan
Veranda merebahkan dirinya di ranjang, cerita Sendy tadi masih terus terngiang di telinganya.
"Stella itu katanya pernah dilecehin sama Kevin, terus langsung diputusin."
"Kevin itu udah pernah diamuk sama Kinal tapi ya gitu, Kinal gak punya bukti buat jeblosin kevin ke penjara."
"Kevin dulu juga sempet pindah sekolah gara-gara desas-desus itu, tapi semuanya diberesin dengan cepat oleh pihak kevin sehingga gak berlarut-larut,"
"Yang bener-bener terpuruk waktu itu bukan orangtua Stella, tapi Kinal---orangtua Stella berusaha ikhlas dengan apa yang terjadi, tapi Kinal terpuruk dan memilih pindah ke Jepang buat nenangin diri."
Percakapan-percakapan itu terus berputar di kepalanya, membuat Veranda jengah dan memilih pergi mandi. Selama kurang lebih 30 menit Veranda baru keluar dari kamar mandi dan langsung memilih baju yang cocok yang akan dia gunakan untuk hangout malam ini.
.
.
.
.
.
"Lo kenapa ngajak pindah kafe? Biasanya juga di kafenya Marcel." tanya Sendy kepada Veranda.
"Males, bukannya nongkrong disuruh kerja iya!" ketus Veranda.
"Lagian lo bego, udah tau Marcel cuma manfaatin masih diterusin. Putusin gih, cari yang tulus ke lo!" sahut Frieska.
Veranda manggut-manggut dengan sesekali menyeruput frappuchino-nya.
"Kinal!" teriak Sendy sambil melambaikan tangannya, tidak perduli dengan tatapan ketiga sahabatnya ataupun orang-orang di dalam kafe.
Veranda melotot. "Lo ngajak Kinal?"
"Iya, gue kangen soalnya. Gak apa-apa kan?" tanya Sendy yang mendapatkan gelengan dari Naomi dan Frieska sementara Veranda hanya diam.
"Hai, Kak!" sapa Kinal kepada Sendy sambil tersenyum.
"Hai, duduk, Nal!" ujar Sendy. Kinal langsung duduk di sofa yang sama dengan Veranda dan Naomi.
"Nal, kenalin ini temen-temen kakak, yang itu namanya Veranda kamu udah kenal kan? Kalo yang itu namanya Naomi, dan yang ini namanya Frieska." kata Sendy memperkenalkan Veranda, Naomi, dan Frieska.
Kinal mengangguk. "Hai Kak Veranda, Kak Naomi, dan Kak Frieska..." sapanya.
Naomi dan Frieska tersenyum gemas. Percayalah, di balik wajah dingin Kinal, itu hanyalah topeng semata. Sejujurnya Kinal anak yang ceria seperti saat ini.
"Hai, Kinal!" balas Naomi dan Frieska, sedangkan Veranda hanya diam.
"Kamu gak mau pesen dulu?" tanya Sendy.
"Gak ah, nanti aja. Kalian aja yang kalo mau pesen lagi aja, biar aku yang traktir deh." jawab Kinal.
"Beneran ditraktir?" goda Sendy.
"Iya, gampang itu, tinggal ngomong sama Mama," jawab Kinal enteng.
Sendy nampak berpikir. "Pantesan! Orang kafe kamu ini." gerutunya.
Kinal tertawa. "Apa kabar, Kak?"
"Baik, kamu sendiri?"
"Aku cukup baik," Kinal tersenyum tipis.
"Kangen Stella?" tanya Sendy.
Kinal mengangguk. "Gak mungkin gak kangen sama kak Stella 'kan, kak? Gimanapun juga dari kecil 'kan kami deket, ah, udah jangan dibahas lagi---takut baper!" ujar Kinal.
![](https://img.wattpad.com/cover/99484704-288-k898942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, What is Love?
FanfictionKau tahu? Mereka bilang hidupku sempurna, aku anak populer, pintar, terlahir dari keluarga berada, dikelilingi oleh orang-orang yang menamakan diri mereka 'teman', memiliki segala yang aku mau. Tapi, ada satu hal yang tidak pernah aku miliki serta a...