0.3

130 12 1
                                    

Karena topeng ini
Telah melekat lama dalam wajahku
Berharap tak ada lagi luka
Yang mampu menggoresku
.
.

Azkia melihat pantulan dirinya di cermin. Jeans abu-abu lengkap dengan sweater hitamnya dan ransel merah kesayangannya sedangkan rambutnya ia ikat tinggi-tinggi, memperlihatkan leher jenjangnya.

Ting!!
Ponselnya berdenting, menandakan ada pesan masuk.

Evan : Di mana lo? Gue ama yang lain udah nunggu. Ngaret.

Tak berniat membalasnya, Azkia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas dan keluar kamar.

"Dek, mau kemana?" tanya Asma ketika melihat Azkia hendak membuka pintu depan.

"Main." jawab Azkia dan hendak langsung keluar.

"Kalo ditanya bunda tuh jawab yang bener." Fahmi tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya.
"Mau kemana kamu sore-sore gini?"

"Main."

"Iya kemana? Sama siapa?" Fahmi mulai kesal karena Azkia selalu irit ngomong.

"Bukan urusan lo kak." jawab Azkia malas.

"Udah, udah. Azkia boleh main tapi jangan pulang malem ya nak." Asma menengahi perdebatan anaknya.

"Gak diizinin juga Kia tetap pergi." ucapnya dan langsung pergi begitu saja.

"Astagfirullah.. Bunda gak apa-apa kan?" tanya Fahmi, khawatir ucapan adiknya itu melukai perasaan Asma. Namun Asma hanya menggeleng dan memberikan senyum terpaksa.

*****

"Lama banget lo, ampe jamuran kita nungguin." ucap Evan ketika melihat Azkia datang.

"Bawel ah. Buruan main." balas Azkia.

Saat sore cerah seperti ini, biasanya Azkia memang asyik bermain bola bersama teman-temannya di lapangan dekat komplek rumahnya. Dan hanya dia perempuan satu-satunya.

"Yang lain mana?" tanya Azkia seraya mengeluarkan bola dari ranselnya.

"Lagi gue suruh beli air, paling sekalian nyasar ke tukang rujak. Bumil kan mereka mah." jawab Evan.

Azkia paham kalau Nilo dan Reza memang suka sekali rujak.
"Main duluan." Azkia melempar bola ke Evan, dengan tanggap Evan menangkapnya.

Mereka berdua pun asyik menendang, mengecoh, dan menendang ke dalam gawang tanpa penjaga.

"5-2?" ledek Azkia dengan napas terengah-engah.

"Tau nih. Masa ketua tim futsal kalah." sahut Nilo.

"Sejak kapan di situ?" tanya Azkia, karena tidak menyadari kedatangan mereka.

"Daritadi. Kalian sih asyik pacaran, jadi gak nyadar." ledek Reza.

Azkia menjitak kepala Reza,
"Mana rujaknya?"

"Noh tinggal sambal doang." jawab Reza seraya menunjuk tempat sambal rujak, yang buahnya sudah masuk ke dalam perut.

"Pelit." sungut Azkia.

"Udah ah, ayo main. Dua lawan dua, gue ama Reza." kata Evan.

Mereka pun asyik bermain bola hingga pukul setengah 6 sore. Peluh sudah membasahi mereka, dan napas kian terengah-engah.

AZKIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang