Bagian 1. Nightmare

91 2 6
                                    


"Hallooo.....halloo...haiiii.....haiii...." suara Arsenio menggema memecah keheningan, Arsenio merasa terjebak diruangan gelap itu seorang diri entah bagaimana bisa dia berada di tempat seperti ini padahal beberapa waktu lalu dia yakin masih duduk di meja belajarnya menyelesaikan tugas algoritma.

__Ahhh...algoritma, apa mungkin seperti cerita-cerita di film, algoritma tadi adalah algoritma ajaib yang merupakan sebuah kode ke dunia metafisika?__pikir Arsenio.

Apapun itu yang jelas dia sekarang sedang berada diruang gelap sendirian dan harus mencari jalan keluar, gelap adalah kata lain dari tiadanya cahaya maka Arsenio meraba saku celana mencari sumber cahaya miliknya namun nihil, tidak dia temukan handphone kesayangan nya itu, korek api?tentu benda itu tidak akan ada di saku seseorang yang tidak akrab dengan tembakau seperti Arsenio.

Arsenio terus berjalan menyusuri ruang gelap itu. Antara rasa takut bingung jengkel dan penasaran.

"Halloo....hallooo.....apa ada orang?"

Arsenio berjalan semakin jauh atau hanya berputar ditempat yang sama tidak jelas berbeda, dia hanya berusaha memastikan apa ada orang lain selain dirinya, segala kemungkinan dipikirkan apakah dia sedang dikerjai oleh orang-orang terdekatnya, apakah dia sedang di planet lain diculik alien bahkan kemungkinan dia sedang ada dalam sebuah reality show pun terlintas.

"Ayolah....ini tidak lucu.."

"Ma......mama...ini bahkan bukan hari ulang tahunku....."

sambil mengendap-endap melangkahkan kaki keringatnya bercucuran bukan karena pengap dari ruang gelap itu, ruangan itu memiliki suhu yang dingin dengan udara segar dan sedikit lembab seperti suhu di sebuah hutan yang dipenuhi tumbuhan besar. Tiba-tiba seeets seeets terdengar suara lembut seperti sesuatu yang bergerak, Arsenio dalam sikap waspada seketika membalikkan badan dan melihat cahaya violet berhamburan di kejauhan, Arsenio mendekati cahaya itu selangkah demi selangkah.

"Jangan......."

suara itu samar terdengar, Arsenio menghentikan langkah __ada suara??benarkah?__ namun kemudian diabaikannya suara itu, cahaya violet itu seolah melambai-lambai memanggilnya lagi.

"Arsen....jangan...." suara itu lagi dan kali ini semakin jelas __Hei...suara itu memanggil namaku?__ tapi terlambat Arsenio sudah bersentuhan dengan cahaya itu melayang-layang didalamnya seperti tarian yang indah, kemudian "Kriiaaakkk...." terdengar suara retakan dan "Duarrrrrr....." disusul ledakan cahaya yang cukup besar hingga membuat tubuh Arsen terpental.

"Arsen........tidak..."

Ah suara itu lagi

"Ayaaah....!!!!!" teriak Arsen, keringatnya bercucuran, jantungnya masih berdegub tak beraturan, perlahan mata tajamnya melirik ke arah jam dinding yang berdentang

Dimana aku?apa aku sudah mati?

"Ayleen....Arsen......sarapaaan....." panggil Mrs.Rosaline dari meja makan.

Itu suara mama....ahhh syukurlah hanya mimpi...aku masih hiduuupp___ batin Arsenio yang sangat bahagia mendengar teriakan ibu seolah itu adalah alarm bagi kehidupannya.

Sudah pagi rupanya, sama seperti pagi biasanya udara terasa begitu segar burung berkicau riang matahari muncul secara perlahan, berbanding terbalik dari malam Arsen yang mencekam.

The Evil In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang